Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Belakangan ini berjuta-juta remaja di Asia telah menggunakan narkoba, mulai dari menghirup bahan-bahan kimia ngelem oleh anak jalanan, kemudian ekstasi
oleh remaja sampai kepada pecandu berat heroin putaw. Dikalangan anak jalanan usia 7-8 tahun sudah ada yang menggunakan lem atau ganja. Meningkatnya kasus
orang yang meninggal akibat over dosis adalah gejala yang sangat mengkhawatirkan. Indonesia disebut-sebut sebagai produsen sebenarnya dapat dihindari, paling tidak
dibatasi produksinya, bila ada tindakan ketat dari aparat keamanan untuk melakukan pengawasan di bandara, khususnya terhadap warga negara tertentu yang diduga kuat
menjadi kurir.
1
Indonesia yang semula menjadi negara transit atau pemasaran, sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan telah pula
merupakan negara eksportir atau negara produsen benda berbahaya tersebut. Perkembangan masyarakat dewasa ini telah membawa kemudahan dalam
segala aspek kehidupan didorong secara ekstra pesat oleh sistem informasi dan komunikasi beserta permasalahannya di berbagai bidang yang didukung oleh
teknologi canggih dan kemajuan serta perkembangan sosial budaya telah mencapai titik yang menakjubkan. Namun kemajuan ini berdampak dalam dua belahan yang
1
Muhammad Taufik Makarao, Suhasril dan Moh. Zakky, Tindak Pidana Narkotika, Bogor : Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 2-3.
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
tidak sama yaitu ada yang positif dan memberi kesejahteraan hidup manusia dan belahan yang lain membawa manusia kehidupan yang sengsara dan maut.
2
Membawa kesengsaraan maksudnya adalah hasil teknologi canggih di dunia medis dan farmatologis yaitu narkotika dan psikotropika tanpa kedua zat ini dunia
kedokteran akan lumpuh. Zat ini dipergunakan untuk membius pasien yang akan dioperasi atau menghilangkan nyeri pada pasien yang menderita luka parah pada
tubuhnya. Keadaan semacam inilah yang menyebabkan terciptanya kemudahan bagi
terbentuknya mata rantai peredaran narkotika. Dan hal ini terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan tidak menutup
kemungkinan di kota-kota besar di Indonesia terdapat mata rantai perdagangan narkotika internasional. Seperti gambar distribusi peredaran narkoba di bawah ini,
yang bersumber dari Badan Narkotika Kota Banyumas.
Gambar 1. Distribusi Peredaran Narkoba
2
O.C. Kaligis dan Soedjono Dirjosisworo, Narkoba dan Perdilan di Indonesia, Bandung : PT. Alumni, 2002, hlm. XI.
B B
A A
N N
G G
K K
O O
K K
M M
E E
D D
A A
N N
S S
U U
R R
A A
B B
A A
Y Y
A A
B B
A A
L L
I I
J J
A A
K K
A A
R R
T T
A A
G G
O O
L L
D D
E E
N N
T T
R R
I I
A A
N N
G G
L L
E E
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Golden Triangle segitiga emas adalah negara-negara Birma-Thailand-Laos melalui Hongkong. Narkoba dari Hongkong masuk ke Indonesia melalui Surabaya,
Medan, Bali dari ke tiga kota ini masuk ke Jakarta, seperti yang terlihat dalam peta distribusi di atas. Berdasarkan peta distribusi tersebut dapat diketahui bahwa Medan
adalah merupakan jalur masuknya narkoba. Perkembangan teknologi dan kemampuan manusia mengemas narkoba
penggunaannya bukan lagi sekedar untuk pengobatan tapi melainkan sebagai perangsang yang memberi efek halusinasi sehingga orang yang menggunakanya
merasa senang, gembira, dan terbebas dari masalah atau beban yang menimpa pikirannya. Padahal dampak yang ditimbulkannya sangat berbahaya bagi keselamatan
jiwa dan raga pemakai maupun orang lain. Ini terjadi karena hasil teknologi yang gemilang disalahgunakan.
Penyalahgunaan oleh si pemakai dan kemudian dijadikan komoditas bisnis haram dan memberikan keuntungan yang luar biasa bagi produsen dan pengedar
gelapnya. Sementara si pemakai yang pasti kecanduan dan hidup dalam kebergantungan yang pada akhirnya membawa kematian. Badan Narkotika Nasional
yang selanjutnya disingkat BNN, mengemukakan bahwa pengguna narkoba selama kurun waktu 6 enam tahun terakhir ini telah berjumlah 56. 524 orang, seperti yang
terlihat dalam Tabel di bawah ini.
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 1. Data Kasus Tindak Pidana Narkoba Di Indonesia Tahun 2001-2006 Akhir November
No Kasus
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Total
1 Narkotika 1907 2040 3929 3874 8171 9422
29343 2 Psikotropika 1648
1632 2590 3887 6733 5658 22148
3 Bahan Adiktif 62 79 621 648 1348 2275
5033 Jumlah 3617
3751 7140
8409 16252
17355 56524
Kenaikan - 3,7 90,3 17,8 93,3 6,8
205 Sumber : Data Statistik BNN Tahun 2007
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa, tindak pidana narkoba di Indonesia tahun 2001 sampai dengan akhir November 2006 secara keseluruhan berjumlah
56.524. Jumlah ini telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, untuk narkotika pada tahun 2001 ada sebanyak 1.907 kasus, tahun 2002 ada 2.040 kasus, 3929 kasus
untuk tahun 2003, tahun 2004 ada 3.847 kasus, 8171 kasus untuk tahun 2005 dan 9.422 kasus pada tahun 2006 bulan 11, jumlah total untuk narkotika 29.343 kasus.
Hal ini berarti untuk pemakai narkotika mengalami kenaikan yang cukup signifikan.. Psikotropika pada tahun 2001 ada 1.648 kasus, tahun 2002 ada 1.632 kasus,
tahun 2003 ada 2.590 kasus, 3.887 kasus untuk tahun 2004, 6.733 kasus untuk tahun 2005, pada tahun 2006 ada 5.658 kasus, jumlah totalnya 5. 658 kasus. Pengguna
bahan adiktif pada tahun 2001 ada 62 kasus, tahun 2002 ada 79 kasus, 621 kasus untuk tahun 2003, tahun 2004 ada 648 kasus, 1.348 kasus untuk tahun 2005 dan
2.275 kasus pada tahun 2006 bulan 11, jumlah total untuk bahan adiktif 5.033 kasus.
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Indonesia disebut-sebut sebagai produsen sebenarnya dapat dihindari, paling tidak dibatasi produksinya, bila ada tindakan ketat dari aparat keamanan untuk
melakukan pengawasan di bandara, khususnya terhadap warga negara tertentu yang diduga kuat menjadi kurir.
3
Ancaman narkoba sekarang ini cukup mengkhawatirkan bukan hanya kalangan dewasa yang menikmati barang haram tersebut melainkan juga
pelajar yang jumlahnya mencapai 1.920, seperti yang dapat di lihat dalam Tabel 2 di bawah ini
Tabel 2. Data Pelaku Tindak Pidana Narkoba Menurut Status Pekerjaan Tahun 2001- 2006
TAHUN NO PEKERJAAN 2001
2002 2003
2004 2005 2006
JUMLAH TOTAL
1 PNS 39
31 57
64 137
121 449
2 POLRI TNI 6
40 54
112 233
201 646
3 SWASTA 1288
1766 2991
3548 8143 13914
31650 4 WIRASWASTA
769 656
1029 1580
3504 4663 12201
5 TANI 127
99 132
222 323
478 1381
6 BURUH 833
582 1111
1774 4389 4675
13364 7 MAHASISWA
202 257
345 356
610 678
2448 8 PELAJAR
141 153
309 214
393 710
1920 9 PENGANGGURAN
1579 1726
3689 3453
5048 6195 21690
JUMLAH 4924 5310
9717 11323
22780 31635
85689
Sumber : Data Statistik BNN Tahun 2007
3
Muhammad Taufik Makarao, Suhasril dan Moh. Zakky, op. cit., hlm. 2-3.
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Tabel data di atas menunjukkan bahwa PNS yang menggunakan narkoba dalam kurun waktu tahun 2001-2006 ada sebanyak 449. Sementara untuk POLRI dan
TNI ada 646 orang, untuk yang kalangan swasta ada 31.650, selain itu untuk wiraswasta ada 12201, buruh 13.364, mahasiswa yang menggunakan narkoba ada
sebanyak 2448 orang, dan untuk kalangan pelajar yang menggunakan narkoba ada sebanyak 1920 dan untuk kalangan yang penggangguran ada 21.690 orang.
Berdasarkan data yang diungkapkan di atas bahwa bahwa penggunaan narkoba diantara masing-masing kalangan selalu terjadi kenaikan dari tahun ke tahun.
Perkembangan terakhir ini menunjukkan bahwa tampaknya masalah narkoba telah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Peredarannya telah menyusup ke sendi-sendi
masyarakat, mulai dari anak sampai dewasa. Dikalangan anak jalanan yang berusia 7-8 tahun sudah ada yang
menggunakan lem selain itu dalam perkembangannya siswa sering dibujuk dengan “snack narkoba” seperti permen dan makanan kecil yang sudah mengandung narkoba.
Pada awalnya mereka akan membayar dengan uang jajannya sendiri ketika uang jajan tidak memadahi maka, mereka akan menggunakan uang SPP atau mencuri. Angka
orang yang menggunakan narkoba berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 3. Data Pelaku Tindak Pidana Narkoba berdasarkan Usia Tahun 2001-2006
TAHUN NO USIA
2001 2002 2003
2004 2005
2006 JUMLAH
TOTAL 1 16 Thn
25 23
87 71
127 175
508 2 16-19
501 494
500 763
1668 2447
6373 3 20-24
1428 1755
2457 2879
5503 8383
22405 4 25-29
1366 1386
2417 2888
6442 8105
22604 5 29
1604 1652
4256 4722
9040 12525
33799 JUMLAH 4924
5310 9717
11323 22780
31635 85689
Sumber : Data Statistik BNN Tahun 2007
Tabel di atas menunjukkan bahwa yang menggunakan narkoba di bawah usia 16 tahun ada sebanyak 508 orang, sementara untuk yang berusia antara 16-19 tahun
ada 6373. Masa remaja dianggap sebagai masa yang kritis karena dalam masa periode ini sedang terjadi gejolak untuk mencari jati dirinya menjelang dewasa karena belum
memiliki pegangan dan masih labil. Sementara untuk usia 20-24 tahun yang menggunakan narkoba sepanjang
tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 akhir November, yang menggunakan narkoba berjumlah 22.405 orang, yang berusia 25-29 tahun ada sebanyak 22.799
orang dan untuk yang berusia di atas 29 tahun ada sebayak 85.689 orang. Berdasarkan data di atas yang paling memprihatinkan adalah korban pada umumnya
remaja dan dewasa muda yang justru sedang usia produktif. Adapun jenis narkoba yang dipergunakan oleh kelompok teratur pakai adalah ganja 71, sabu 50,
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
ekstasi 42, dan penenang 22. Di sisi lain yang menjadi masalah di Indonesia ada sekitar 572.000 pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik.
4
Penyalahgunaan narkoba serta zat adiktif lainnya sudah menjadi isu umum di kalangan masyarakat. Peredaran serta penggunaan narkoba dari waktu ke waktu
sudah semakin meluas, saat ini konsumennya sudah semakin beragam mulai dari anak-anak, remaja sampai dengan orang yang sudah dewasa. Hal ini tentu sangat
mengkhawatirkan, tidak bisa dibayangkan bagaimana nasib bangsa ini jika generasi muda yang diharapkan menjadi generasi penerus telah terkontaminasi hal yang buruk
Penggunaan narkoba umumnya dimulai sejak masa anak-anak atau remaja. Penelitian dari Dadang Hawari, psikiater yang banyak menangani korban narkoba,
sekitar 90 korbannya adalah remaja usia sekolah atau mulai terlibat dengan masalah narkoba pada usia sekolah. Tak sedikit dari mereka yang sudah mulai mengenal dan
menggunakan pada kelas 5-6 SD. Para pengedar memang mengincar anak-anak yang masih polos ini karena keingintahuan yang tinggi dan tidak mau dianggap
ketinggalan dari kelompoknya.
5
Keberadaan anak memang perlu mendapat perhatian terutama mengenai tingkah lakunya. Proses perkembangan seseorang kearah dewasa, kadang-kadang
menimbulkan perbuatan yang lepas kontrol, mulai dari anak-anak menuju remaja sering sekali mencoba hal-hal yang baru misalnya saja mencoba narkotika yang pada
akhirnya menimbulkan kecanduan. Tingkah laku yang demikian disebabkan karena
4
http;www.sinarharapan.com diakses 31 Januari 2008.
5
http:www.scholarships.comhome. diakses 28 Januari 2008
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
dalam masa pertumbuhan sikap dan mental anak yang belum stabil dan juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan pergaulannya.
Kepala Pusat Pencegahan Badan Narkotika Nasional BNN, Muji Waluyo mengungkapkan, saat ini ribuan anak sekolah telah mengkomsumsi narkoba. Siswa
yang mengkonsumsi narkoba ada 15.800 orang, 11.000 diantaranya berada dijenjang sekolah menengah atas. Sisanya, empat ribu orang di sekolah menengah pertama, 800
siswa di sekolah dasar.
6
Ketua pelaksana BNN Sutanto mengemukakan bahwa salah satu permasalahan bangsa ini adalah meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba di Indonesia. Berdasarkan survey nasional tahun 2003 di 26 propinsi, yang dilaksanakan BNN bersama UI dengan sampel 13.710 responden, diperoleh data
sebagai berikut: Prevalensi penyalahgunaan narkoba terdeteksi sebesar 3,9 atau 4 dari 100 pelajar adalah penyalahguna narkoba, usia rata-rata pertama kali
menyalahgunakan narkoba adalah 15 tahun.
7
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia terbukti mengakibatkan kerugian di segala bidang. Selama 2004 saja, besaran biaya ekonomi dan kriminal akibat
penyalahgunaan narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 23,6 triliun, jumlah itu 78 persennya merupakan kontribusi biaya ekonomi. Biaya terbesar timbul dari
konsumsi narkoba, sebanyak Rp 11,3 triliun. Begitulah sepenggal isi hasil penelitian BNN tentang biaya ekonomi dan sosial akibat penyalahgunaan narkoba pada 10 kota
6
http:www.tempointeraktif.comhgnasional diakses 28 Januari 2008
7
http:www.ui.edupostseminar-nasional-tentang -narkoba, ditulis Admin pada tanggal 11 Juli 2005 diakses 28 Januari 2008
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
besar di Indonesia tahun 2004 yang disosialisasikan kepada para pengurus dan staf Badan Narkotika Provinsi .
8
Berdasarkan data di atas sungguh sangat mengejutkan, belum lagi mereka yang terkena dampak lain akibat narkoba yaitu orang yang terkena penyakit
AIDSacquired immune deficiency syndrome atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh yang hingga kini belum ditemukan obatnya karena penggunaan jarum suntik
yang sudah terkontaminasi penyakit tersebut. Narkoba adalah zat yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi susunan syaraf pusat, sehingga
menimbulkan perubahan aktivitas mental, emosional, dan perilaku penggunanya dan sering menyebabkan ketagihan dan ketergantungan kepada zat tersebut.
Kapolda Sumut Irjen Pol Nurdin Usman mengungkapkan, bahwa kasus penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara Sumut dari tahun ke tahun terus
menunjukkan grafik menaik. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2007 terjadi trend peningkatan yang cukup signifikan. Hingga akhir November tercatat kasus
penyalahgunaan narkoba yang ditangani Polda Sumut sepanjang tahun 2007 mencapai 2.769 kasus dengan jumlah tersangka 3.875 orang. Grafik penanganan
kasus narkoba yang cenderung menaik tersebut terhitung dari tahun 2004 sebanyak1.303 kasus dengan tersangka 1.757 orang, tahun 2005 sebanyak 2.089
8
http;warnawarnibali.blogspot.com2005 diakses 13 Februari 2008. Hasil survey salah satu rumah sakit di Bandung menunjukkan dari tahun ke tahun penyalahgunaan narkoba semakin
meningkat. Pada tahun 1998 penderita yang hasil tesnya positif hanya ada 16 orang,pada tahun 1999 melonjak menjadi 104 orang, dan tahun 2002 menjadi 150 orang. Dari 62 pasien yang dirawat pada
tahun 2002 diketahuiberdasarkan jenis kelamin lebih banyak pria dari pada wanita 88,7 dan 11,3 dan pada umunya usia pertama kali memakai narkoba adalah usia 12tahun.
harianumumpikiranrakyat.com Sabtu 31 Mei 2003.
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
kasus dengan tersangka 2.982 orang, tahun 2006 sebanyak 3.207 kasus dengan tersangka 4.842 orang, dan tahun 2007 hingga akhir November tercatat 2.769 dengan
jumlah tersangka 3.875 orang.
9
Seperti yang dapat dilihat dalam grafik 1 berikut ini.
1303 1757
2089 2982
3207 4842
2769 3875
1000 2000
3000 4000
5000
2004 2005
2006 2007
Grafik 1. Jumlah Kasus Tindak Pidana Narkoba di Sumatera Utara
KASUS TERSANGKA
Gambar 2. Grafik Jumlah kasus Tindak Pidana Narkoba di Sumatera Utara
Berdasarkan gambar grafik di atas, maka segenap komponen masyarakat sangat dituntut untuk mewaspadai bahaya dari narkoba. Tahun demi tahun, terus
berganti angka pengguna narkoba di kota Medan pun terus mengalami peningkatan. Bahkan, diduga telah menjangkiti semua kalangan, baik itu pelajar, PNS, hingga
kalangan professional. Permasalahan penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari segi medis, psikiatrik, psikolosial ekonomi,
politik, sosial budaya, kriminal, dan sebagainya. Pada dasarnya narkotika maupun zat adiktif merupakan zat yang sangat bermanfaat di bidang kedokteran. Zat ini dapat
9
http:www.isekolah.org diakses 28 Januari 2000
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
digunakan untuk membius pasien yang akan dioperasi guna menghilangkan rasa nyeri atau sakit pada pasien.
Seiring dengan bertambahnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan karena perkembangan zaman serta kemampuan manusia untuk mengolah, mengemas untuk
penggunaan zat tersebut, bukan lagi untuk pengobatan tapi untuk penenang atau perangsang yang dapat menimbulkan efek halusinasi sehingga setiap orang yang
menggunakannya merasa senang dan gembira dan dapat meringankan beban pikiran. Padahal dampak dari penggunaannya sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa
maupun raga si pemakai, selain itu dapat menimbulkan ketergantungan. Penyalahgunaan narkoba sudah menjadi isu yang umum oleh karena itu setiap
mayarakat diharapkan partisipasinya untuk menanggulangi bahaya narkoba. Pengguna narkoba untuk kalangan anak dan remaja sudah mencapai peningkatan
yang cukup mengkuatirkan. Sedangkan berdasarkan usia untuk mereka yang terlibat kasus narkoba dapat dilihat di dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 4. Data Pelaku Tindak Pidana Narkoba Sejajaran Poltabes MS Dalam Kurun Waktu 3 tiga Tahun 2005-2007 Menurut Umur
TAHUN NO UMUR
2005 2006
2007 JUMLAH 1
15 9
18 12 39
2 16-19
130 244 165 539
3 20-24
436 754 425 1615
4 25-29
297 606 454 1357
5 30
508 685 610 1803
Jumlah
1380 2307 1666 5353
Sumber: Sat Narkoba Poltabes MS, tahun 2008
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Berdasarkan tabel di atas tahun 2005, untuk anak yang berusia kurang dari 15 tahun ada 9 orang, sementara untuk tahun 2006 ada 18 orang dan untuk tahun 2007
ada 12 orang, antara tahun 2005 sampai tahun 2006 ada kenaikan 2 kali lipat. Sementara untuk dari tahun 2006 sampai ke tahun 2007 terjadi sedikit penurunan.
Untuk anak yang berusia 16-19 pada tahun 2005 ada 130 orang, tahun 2006 ada 244 orang, dari sini dapat kitahui ada terjadi kenaikan antara 2005 sampai ke
tahun 2006. Tahun 2007 akhir November ada sebanyak 165 orang, di sini terjadi penurunan angka orang yang menggunakan narkoba. Usia 20-24, pada tahun 2005
ada 436 orang dan tahun 2006 ada 754 orang di sini terjadi kenaikan yang cukup signifikan dan pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 425 orang.
Tahun 2005, untuk yang berusia 25-29 ada sebanyak 297 orang, tahun 2006 ada kenaikan yang cukup pesat yaitu 606 orang, dan terjadi penurunan menjadi 454
orang. Usia di atas 30 tahun pada tahun 2005 ada sebanyak 508 orang dan ada kenaikan sedikit pada tahun 2006 ada sebanyak 685 orang dan pada tahun 2007 ada
penurunan menjadi 610 orang. Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas pengguna narkoba adalah orang
yang berusia muda. Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan. Tidak bisa dibayangkan bagaimana nasib bangsa ini jika generasi muda yang diharapkan
menjadi penerus bangsa terkontaminasi oleh pengaruh yang buruk, selain itu pada umumnya pelaku tindak pidana terutama kelompok pemakai adalah orang yang
berusia muda. Meningkatnya tindak pidana narkotika pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu:
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
1. bagi para pengedar menjanjikan keuntungan yang sangat besar, sedangkan bagi
para pemakai menjanjikan ketentraman dan ketenangan hidup, sehingga beban psikis yang dialami dapat dihilangkan.
2. janji yang diberikan narkotika itu menyebabkan rasa takut terhadap risiko
tertangkap menjadi berkurang, bahkan sebaliknya menimbulkan keberanian.
10
Menurut Kasat Narkoba Sundarti, kasus narkoba dikalangan pelajar akan tetap tetap diproses secara hukum. Tapi jika usianya belum sampai 17 tahun, maka akan
didampingi oleh Balai Pemasyarakatan Bapas.
11
Kapolda Sutanto mengemukakan suatu diskresi agar pengusutan anak-anak pemakai narkoba tidak diperkenankan sebagai tersangka. Dia menegaskan selaku
penyidik polisi memang memiliki kewenangan diskresi yang menjadi alasan pemaaf dalam penanganan kasus pidana. Sedangkan menurut Hendarman Supanji hal tersebut
harus dilaksanakan secara selektif dan hati-hati. Aparat harus bisa memastikan bahwa pelaku yang mendapatkan diskresi benar-benar seorang pemakai yang menjadi
korban peredaran Oleh karena itu sebelum hal tersebut disepakati maka kasus demi perkasus harus dibahas secara komprehensif. Kebijakan yang dikemukakan oleh
Kapolri mendapat dukungan dari Komisi nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM. Sebab langkah itu dinilai sebagai bentuk tanggung jawab yang diberikan
negara terhadap anak-anak, terutama menyangkut masa depannya.
12
10
Ibid
11
http:www.kapanlagi.com senin, 14 Mei 2007 diakses 28 Januari 2008
12
http:www.pikiran-rakyat.com di akses tanggal 28 Januari 2008
Novalina Kristinawati Manurung : Kebijakan Kriminal Criminal Policy Terhadap Anak Pemakai Narkoba Di Kota Medan, 2009
USU Repository © 2008
Diskresi Polri ini dari segi kemanusian adalah merupakan hal yang mengembirakan karena anak adalah generasi muda yang masih panjang masa
depannya dan sudah sepantasnya anak mendapatkan perlindungaan. Komnas HAM menilai keputusan tersebut sesuai dengan UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak dimana anak-anak berhak mendapat peraturan yang melindunginya.
13
Pemberian perlindungan juga sesuai dengan konvensi internasional tentang hak-hak sipil dan politik serta konvensi hak ekonomi sosial budaya yang telah
diratifikasi pemerintah Indonesia. Di sana diatur pemberian perlindungan terhadap anak-anak. Anak yang menjadi pemakai narkoba adalah korban perilaku orang
dewasa yang berperan sebagai pengedar. Karena itu pembinaan yang diterapkan kepadanya tidak dapat disamakan dengan orang dewasa yang juga tersangkut masalah
narkoba. Jika dilakukan bersama-sama dengan orang dewasa justru akan berdampak negatif bagi anak-anak.
14
Berdasarkan alasan di atas, maka penulis tertarik untuk menyajikannya menjadi suatu penelitian dalam tesis ini.
B. Perumusan Masalah