Hasil analisis yang dilakukan oleh Tambunan menunjukkan bahwa elastisitas kesempatan kerja tidak pernah lebih dari 0,50, ini berarti penambahan
PDB hanya mampu menambah kesempatan kerja 0,50 unit. Menurut Makmun dan Yasin 2003, pertumbuhan ekonomi yang negatif selama tahun 1998 dan 1999,
sangat mempengaruhi penciptaan lapangan kerja. Dampak krisis moneter sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang mempunyai elastisitas
kesempatan kerja yang tinggi, yaitu sektor konstruksi, jasa dan transportasi komunikasi. Krisis moneter yang hampir terjadi di semua negara berakibat
permintaan akan barang dan jasa mengalami penurunan yang sangat tajam. Turunnya permintaan berdampak aktivitas perusahaan mengalami stagnasi atau
penurunan atau bahkan menghentikan produksinya. Bersamaan dengan itu penawaran tenaga kerja mengalami peningkatan, yaitu baik yang disebabkan
karena penambahan penduduk maupun dari tenaga kerja yang terpaksa menganggur, karena turunya aktivitas produksi.
4.5.3. Kondisi Perekonomian
Berdasarkan data tahun 1996 BPS, 2001, perekonomian Indonesia hanya mengalami pertumbuhan hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998, pertumbuhan
ekonomi ini menunjukkan penurunan yang sangat tajam. Pada tahun 1998 krisis ekonomi bertambah parah karena banyak wilayah Indonesia yang diterpa musim
kering, inflasi yang terjadi di banyak daerah, krisis moneter di dalam negeri
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
maupun di negara-negara mitra dagang seperti sesama ASEAN, Korsel dan Jepang akan sangat berpengaruh. Perbaikan kondisi perekonomia yang dilakukan
pemerintah masih belum memberikan pengaruh yang signifikan, karena hingga tahun 2000 pertumbuhan ekonomi hanya meningkat menjadi 4,8 persen.
Lambatnya pemulihan kondisi perekonomian ini menyebabkan jumlah pengangguran semakin meningkat, yang akan mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi tidak secepat yang diharapkan. Stabilitas ekonomi makro yang dinamis merupakan syarat keharusan untuk
dapat melakukan pembangunan di berbagai bidang. Sejarah Indonesia telah menunjukkan bagaimana besarnya pengaruh ekonomi makro ini pada upaya-
upaya perbaikan kesejahteraan masyarakat. Nilai mata uang yang tidak stabil ataupun inflasi yang tidak terkendali berpengaruh buruk pada kinerja
perekonomian secara keseluruhan. Demikian juga besarnya utang yang ditanggung, ternyata membuat ekonomi Indonesia sangat rentan dan membatasi
opsi kebijakan yang dapat diambil. Untuk meningkatkan kinerja dan stabilitas ekonomi makro, menurut Bappenas 2004 perlu diambil langkah-langkah
kebijakan yang tepat, antara lain memformulasikan APBN yang memberikan prioritas penciptaan lapangan kerja melalui pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Pemerintah juga harus mengelola kebijakan fiskal, termasuk pengelolaan utang publik, secara lebih efektif, efisien, dan bertanggung jawab,
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
serta menyempurnakan kebijakan sektor Perminyakan dan Gas Bumi dalam rangka peningkatan penerimaan negara dari sektor migas.
Dalam hal pengelolaan kebijakan fiskal, harus ditingkatkan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter antara Pemerintah dan Bank Indonesia, dengan tetap
menjaga peran masing-masing, untuk lebih meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Dalam upaya meningkatkan makro ekonomi, harus diciptakan iklim
usaha yang sehat dan transparan. Selain itu meningkatkan daya saing ekonomi melalui peningkatan mutu dan produktivitas, yang antara lain dapat dicapai
melalui invensi, inovasi, dan teknologi juga seharusnya menjadi prioritas dalam kebijakan pemerintah. Berhubungan dengan daya saing ekonomi Indonesia,
pemerintah juga harus memperbaiki dan meningkatkan peran Indonesia dalam kerjasama ekonomi antar negara baik regional maupun internasional.
Mengingat peran lembaga keuangan yang cukup besar dalam stabilitas ekonomi, maka perlu meningkatkan upaya-upaya penyehatan dan penertiban
lembaga keuangan dan perbankan. Demikian juga dengan revitalisasi pengelolaan
aset-aset negara, serta mendorong terwujudnya pengelolaan BUMN secara efisien
dan bertanggung jawab. Selain dipengaruhi oleh hubungan industrial, penyebab menurunnya
kemampuan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja disebabkan oleh iklim investasi yang tidak kunjung membaik. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja apabila terjadi peningkatan investasi.
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
Pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung didorong oleh peningkatan konsumsi. Inventasi cenderung tidak meningkat dan bahkan dalam
beberapa tahun sebelumnya menunjukkan penurunan. Dengan demikian, meskipun perekonomian meningkat, penciptaan lapangan kerja sangat lambat.
Perkembangan investasi yang belum pulih dipengaruhi oleh berbagai kebijakan termasuk kebijakan di bidang ketenagakerjaan. Keberpihakan
pemerintah yang tidak seimbang antara kebijakan ketenaga-kerjaan dan kebijakan investasi telah menimbulkan keengganan bagi para penanam modal melakukan
ekspansi atau menanamkan modalnya di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab dari lambatnya perkembangan investasi yang pada gilirannya
memperlambat penyediaan lapangan kerja. Dengan keterkaitan ini, upaya untuk mengatasi masalah pengangguran
harus dilakukan dengan kebijakan yang terpadu yang diarahkan pada penciptaan iklim penanaman modal yang kondusif, termasuk kebijakan dalam mengatur
ketenagakerjaan yang tidak terlalu memberatkan para penanam modal. Dengan iklim penanaman modal yang kondusif, investasi akan meningkat dan pada
gilirannya akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab terdahulu maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dipengaruhi tiga sektor yang utama,
yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi terbesar terhadap
PDRB Sumatera Utara. 2.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa investasi PMDN tahun sebelumnya, PMA tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja, dan kondisi perekonomian
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dengan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 98,39 persen. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan sektor ekonomi Sumatera Utara akan semakin meningkat dengan
meningkatnya investasi dan jumlah tenaga kerja. 3.
Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa investasi PMDN tahun sebelumnya, investasi PMA tahun sebelumnya dan jumlah tenaga kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, sedangkan kondisi perekonomian sebelum dan sesudah resesi tidak
menunjukkan perbedaan terhadap pertumbuhan ekonomi.
68
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008