Kesempatan Kerja 1. Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
diharapkan oleh tenaga kerja. Preferensi subyektif seseorang yang akan menentukan berapa besar jam kerja optimal yang ditawarkan dan tingkat upah
yang diharapkan Tambunan, 2001a. Ekonom memandang bahwa waktu senggang merupakan kebutuhan pokok
manusia, sementara upah juga merupakan barang normal semakin banyak semakin disukai. Tenaga kerja dianggap tidak suka pada jam bekerja namun suka
pada pendapatan dan leisure. Oleh karena itu penawaran tenaga kerja berhubungan positif dengan tingkat upah, namun karena leisure juga diinginkan
oleh tenaga kerja, maka penawaran tenaga kerja bersifat backward bending bengkok ke belakang. Pada tingkat upahnya meningkat karena ingin
mempertahankan jam leisure-nya untuk mengurusi keluarga dan sebagainya.
2.5. Kesempatan Kerja 2.5.1. Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Tolok ukur kemajuan ekonomi, meliputi pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi pembayaran luar negri Makmun,
2004. Secara nasional data menunjukkan bahwa lumpuhnya ekonomi wilayah industri di perkotaan menyebabkan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi
wilayah pedesaan dan meningkatnya pengangguran sebagai akibat meningkatnya migran pulang ke desa. Menurunnya laju perekonomian di desa dan bertambahnya
jumlah tenaga kerja di desa serta meningkatnya harga konsumsi dan biaya
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
produksi di bidang pertanian jelas akan mengurangi kapasitas produksi pertanian yang dihasilkan.
Pemberian kemudahan modal pemerintah untuk pengembangan sektor UKM akan mampu mengatasi levelling off penurunan tingkat kemampuan dan
meningkatkan keuntungan. Pengembangan agribisnis dan agroindustri di pedesaan juga akan mampu meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesempatan kerja
penduduk sehingga akan meningkatkan agregat supply. Menurut Makmun dan Yasin 2003, pergeseran agregat supply, secara teoritis dapat diturunkan dari
fungsi produksi agregat dan keseimbangan pasar tenaga kerja, yang secara matematis ditulis:
Y = f N, T, SDM, INF Dimana :
Y = produksi N = tenaga kerja
T = teknologi SDM = sumber daya manusia
INF = infrastruktur 2.5.2. Kesempatan Kerja dan Upah
Dalam perekonomian pasar-bebas tradisional, ciri-ciri utamanya antara lain adalah penonjolan kedaulatan konsumen, utilitas atau kepuasan individual, dan
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
prinsip maksimalisasi keuntungan, persaingan sempurna dan efisiensi ekonomi dengan produsen dan konsumen yang atomistik, yaitu tidak ada satu pun produsen
atau konsumen yang mempunyai pengaruh atau kekuatan cukup besar untuk mendikte harga-harga input maupun output produksi, tingkat penyerapan tenaga
kerja dan harganya yakni tingkat upah, ditentukan secara bersamaan atau sekaligus oleh segenap harga output dan faktor-faktor produksi di luar tenaga
kerja, dalam suatu perekonomian yang beroperasi melalui perimbangan kekuatan permintaan dan penawaran Todaro, 2000. Produsen meminta lebih banyak
tenaga kerja sepanjang nilai produk marjinal yang akan dihasilkan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja melebihi biayanya tingkat upah. Dengan
asumsi bahwa hukum produk marjinal yang semakin menurun berlaku dan harga produk ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar, maka nilai produk marjinal
tenaga kerja tersebut akan memiliki kemiringan yang negatif atau mengarah dari bawah ke atas Gambar 2.1. Hal ini berarti tenaga kerja yang direkrut selanjutnya
oleh pihak pengusaha atau produsen akan mendapat tingkat upah yang lebih rendah daripada tenaga kerja sebelumnya.
Pada sisi penawaran, setiap individu diasumsikan selalu berpegang pada prinsip maksimalisasi kepuasan. Kenaikan tingkat upah akan setara dengan
kenaikan harga bersantai biaya oportunitas. Seandainya tingkat upah mengalami kenaikan, maka penawaran tenaga kerja, yakni para pekerja itu sendiri akan
meningkat. Motivasi kerja mereka bertambah karena adanya iming-iming upah
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Korelasi tersebut ditunjukkan oleh kemiringan positif mengarah dari bawah ke atas atas kurva penawaran tenaga
kerja yang juga termuat dalam Gambar 2.2.
D
L
S
L
D
L
S
L
F G
W
2
W
e
W
1
L
e
T in
g k
at u
p ah
Penyerapan tenaga kerja
Sumber: Todaro, 2000 Gambar 2.2. Hubungan Tingkat Upah dengan Penyerapan Tenaga Kerja
Gambar 2.2. memperlihatkan bahwa hanya satu titik yang melambangkan tingkat upah ekuilibrium, yaitu W
e
, jumlah tenaga kerja yang akan ditawarkan oleh individu pasar tenaga kerja sama besarnya dengan yang diminta oleh
pengusaha. Pada tingkat upah yang lebih tinggi, seperti pada W
2
, penawaran tenaga kerja melebihi permintaan sehingga persaingan di antara individu dalam
memperebutkan pekerjaan akan mendorong turunnya tingkat upah mendekati atau tepat pada titik ekuilibriumnya. Sebaliknya, pada upah yang lebih rendah W
1
,
Novita Linda Sitompul: Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara, 2007. USU e-Repository © 2008
jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan sendirinya akan melebih kuantitas penawaran yang ada sehingga terjadilah persaingan di
antara para pengusaha atau produsen dalam memperebutkan tenaga kerja, sehingga hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau tepat
pada titik ekuilibrium. Pada titik We jumlah kesempatan kerja yang diukur pada sumbu mendatar atau horisontal adalah sebesar L
e
. Secara definitif, pada titik L
e
inilah tercipta kesempatan atau penyerapan tenaga kerja secara penuh full employement. Artinya pada tingkat upah ekuilibrium tersebut semua orang yang
menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, sehingga sama sekali tidak terdapat pengangguran.