Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1. 1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao Selama 5
Tahun Terakhir
1. Perkembangan Luas Tanam 2003-2007 di Daerah Penelitian
Perkembangan luas tanam usahatani kakao di daerah penelitian mengalami perubahan. Perubahan luas tanam usahatani kakao ini mengalami peningkatan dari
tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Peningkatan luas tanam ini dapat dilihat pada tabel 11 berikut :
Tabel 10. Luas Tanam Usahatani Kakao Tahun 2003-2007 di Desa Pagaran Pisang
Tahun Luas Tanam ha
Pagaran Pisang Perkembangan
Adian Koting Perkembangan
2003 3
- 19
- 2004
71 2.666,67
448 2.257
2005 74
4,23 473
5,58 2006
76 2,70
486 2,75
2007 76
486
Rataan 668, 41
566,33
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 9, menjelaskan bahwa perkembangan luas tanam usahatani kakao di desa Pagaran Pisang kecamatan Adian Koting antara tahun 2003-2007 yaitu
sebagai berikut: Persentase perkembangan luas tanam secara rata-rata tahun 2003-2007 di
Pagaran Pisang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Adian koting Besarnya perkembangan persentase luas tanam secara rata di desa Pagaran Pisang
adalah 668,41 dan di kecamatan Adian Koting adalah 566,335. Pada tahun 2003, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani
kakao sebesar 3 ha. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 19 ha.
Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 71 ha. Peningkatan luas tanam di desa Pagaran Pisang pada tahun
2004 adalah seluas 68 ha. Sedangkan untuk luas tanam kecamatan Adian Koting adalah seluas 448 ha. Peningkatan luas tanam kecamatan Adian Koting adalah
seluas 427 ha. Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani
kakao sebesar 74 ha. Peningkatan luas tanam usahatani kakao di desa Pagaran Pisang adalah seluas 3 ha. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki
luas tanam sebesar 473 ha. Kecamatan Adian Koting memiliki peningkatan luas tanam usahatani kakao seluas 25 ha.
Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao sebesar 76 ha. Peningkatan luas tanama usahatani kakao di desa Pagaran
Pisang adalah seluas 2 ha. Sedangkan kecamatan Adian Koting memiliki luas 35
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
tanam sebesar 486 ha. Peningkatan luas tanam untuk kecamatan Adian Koting adalah seluas 13 ha.
Pada tahun 2007, Desa Pagaran Pisang memiliki luas tanam usahatani kakao seluas 76 ha. Sedangkan kecamatan Adian Koting memiliki luas tanam
usahatani kakao seluas 486 ha. Pada tahun 2007, luas tanam usahatani kakao tidak mengalami peningkatan.
2. Perkembangan Produksi tahun 2003-2007 di Daerah Penelitian
Produksi usahatani kakao di daerah penelitian juga mengalami perubahan. Perubahan yang tersebut adalah terjadinya peningkatan produksi dari tahun
2003-2007. Peningkatan perkembangan produksi untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 10 berikut :
Tabel 11. Produksi Usahatani Kakao Tahun 2003-2007 di Desa Pagaran Pisang dan Adian Koting
Tahun Produksi ton
Pagaran Pisang Perkembangan
Adian Koting Perkembangan
2003 4,20
- 28,00
- 2004
29,33 598,33
195,53 598,32
2005 53,42
82,13 338,25
75,55 2006
54,05 1,18
341,75 3,99
2007 54,05
341,75
Rataan 169,16
169,47
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 10, menjelaskan bahwa perkembangan produksi usahatani kakao di desa Pagaran Pisang dan kecamatan Adian Koting antara tahun 2003-2007 yaitu
sebagai berikut: Secara rata-rata persentase perkembangan produksi kakao lebih tinggi di
kecamatan Adian Koting dari pada di desa Pagaran Pisang. Persentase perkembangan produksi di kecamatan Adian Koting sebesar 169,47 dan di desa
Pagaran Pisang sebesar 169,16 .
Pada tahun 2003, produksi usahatani kakao di desa Pagaran Pisang adalah sebanyak 4,20 ton, sedangkan untuk kecamatan Adian Koting adalah sebesar
28.00 ton. Pada tahun 2004, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao
sebesar 29,33 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2004 adalah sebesar 25,13 ton. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi sebesar 195,53
ton. Peningkatan produksi untuk kecamatan Adian Koting adalah sebesar 167,53 ton.
Pada tahun 2005, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 53,42 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2005 adalah sebesar 24,09
ton. Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani kakao sebesar 338,25 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2005 adalah sebesar
142,72 ton.
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2006, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 54,05 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2006 adalah sebesar 0,63 ton.
Sedangkan untuk kecamatan Adian Koting memiliki produksi usahatani kakao
sebesar 341,75 ton. Peningkatan produksi pada tahun 2006 adalah 13,50 ton.
Pada tahun 2007, Desa Pagaran Pisang memiliki produksi usahatani kakao sebesar 54,05 ton. Sedangkan produksi di kecamatan Adian Koting sebesar
341,75 ton. Produksi ini dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 tidak ada mengalami perubahan.Di desa Pagaran Pisang dan Kecamatan Adian Koting tidak
terjadi perkembangan produksi dari tahun 2006-2007.
5.1.2 Perkembangan Sub-sub Sitem Agribisnis input produksi, budidaya,
pengelolaan, pemasaran
Perkembangan sub sistem agribisnis usahatani kakao di daerah penelitian ini terdiri dari beberapa hal yang dijelaskan. Hal-hal yang berkaitan dengan sub
sistem agribisnis di dalam penelitian ini adalah input produksi yang digunakan, budidaya yang dilaksanakan, cara pengelolaan, dan cara pemasaran. Untuk lebih
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : •
Input Produksi Penggunaan input produksi pada usahatani kakao di daerah penelitian
adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk TSP, KCl, Urea, Kandang, dan herbisida.
•
Budidaya
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Suatu usahatani itu berhasil panen apabila dikelolah dengan baik, atau dengan kata lain dapat dikatakan menggunakan teknik budidaya yang baik.
Budidaya tanaman kakao ini memiliki tahapan-tahapan, yaitu pembibitan dan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.
•
Pengelolaan
Pengelolaan kakao merupakan hal yang penting dilakukan. Hal ini dikarenakan mutu suatu kakao tergantung pada tahapan pengelolaan kakao.
Pengelolaan kakao yang baik akan menghasilkan mutu kakao yang bagus. Pengolahan kakao yang dibangun haruslah mampu menampung dan mengolah
seluruh hasil kebunnya. Pengelolaan kakao ini dimulai dari bagaimana pemetikan atau pemanenan dari buah kakao, pengupasan buah kakao, penjemuran buah
kakao. Pengelolaan juga memerlukan tenaga kerja, sarana dan prasarana alat penjemuran, pisau, gudang pemeraman Pengelolaan kakao di daerah penelitian
masih bersifat manual. Petani sampel belum ada yang memakai mesin, misalnya mesin pemecah buah kakao.
•
Pemasaran
Pemasaran hasil kakao penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan, karena pemasaran salah satu ujung tombak dari kegiatan agribisnis. Jika
pemasaran hasil kakao dilakukan dengan baik, maka usahatani kakao akan menghasilkan keuntungan yang maksimal
5.1.3. Kelayakan Usahatani Kakao Secara Finansial
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Kelayakan usahatani kakao sangat perlu dilakukan. Hal in dikarenakan, dengan mengetahui kelayakan usahatani kakao, dapat dibuat suatu kesimpulan
apakah usahatani kakao tersebut layak diusahakan atau sebaliknya, tidak layak diusahakan. Kelayakan usahatani kakao ini dianalisis dengan menggunakan
metode Return On Investment ROI. Adapun rumus dari ROI adalah sebagai berikut:
ROI =
Kelayakan usahatani kakao di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini :
Tabel 13. Rata-Rata ROI Usahatani Kakao di Daerah Penelitian Uraian
Modal Rp Laba Rp
ROI
Total 122.092.000,00
225.508.000,00 1,85
185 Rata-Rata
4.069.733,33 7.516.933,33
1,63 163
lampiran 6
Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa, kelayakan usahatani kakao secara total sebesar 1.85 185. Sedangkan untuk rata-rata usahatani tersebut memiliki nilai
5.1.4. Masalah-masalah Yang Dihadapi Petani Dalam Usahatani Kakao
Setiap usahatani, apapun itu bentuknya selalu menghadapi masalah- masalah dalam pengembangannya. Begitu juga halnya dengan usahatani kakao di
daerah penelitian terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi petani kakao. Masalah-masalah yang dihadapi dalam usahatani kakao adalah sebagai berikut:
1. Serangan hama dan penyakit,
Serangan yang sering dihadapi petani kakao adalah disebabkan oleh hama. Hama yang menyerang tanaman kakao di daerah penelitian adalah
Laba bersih Modal awal
X 100
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
penggerek batang buah PBK. Penggerek batang buah atau Conopomorpha cramerella menyerang buah kakao mulai dari muda sampai menjelang masak.
2. Harga Kakao yang lebih rendah dengan harga kakao dibandingkan dengan daerah lain.
Harga kakao di daerah penelitian lebih rendah bila dibandingkan dengan harga di daerah lain seperti di kabupaten Asahan, dan langkat. Dalam penentuan
harga posisi petani sangat lemah, petani tidak terlalu berperan dalam menentukan harga kakao, karena pedagang pengumpul dating sendiri ke daerah penelitian.
3. Kurangnya pengetahuan petani mengenai informasi pasar
Petani kurang mengetahui bagaimana pasar, yakni mengenai harga kakao, posisi kakao itu sendiri di pasar. Petani hanya bisa menjual produk kakao kepada
pedagang pengumpul, dimana harga kakao tersebut ditentukan oleh pedagang pengumpul. Harga yang ditentukan ini biasanya relatif murah.
4. Transportasi yang tidak lancar di daerah penelitian
Masalah transportasi merupakan masalah yang penting di daerah penelitian. Baik masalah jalan rusak maupun pengangkutannya. Jalan rusak
mengakibatkan pengagkutan sedikit yang mau datang. Sehingga ongkos transportasi menjadi mahal, yang menimbulkan biaya lebih besar lagi.
5. Kurangnya Modal Petani Kakao
Petani di daerah penelitian memiliki modal yang terbatas. Sehingga usahatani kakao mereka tidak dilaksanakan secara optimal.
6. Tidak adanya lembaga yang dapat menyatukan petani
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Di daerah penelitian lembaga-lembaga seperti kelompok tani, KUD, Koperasi Pertanian tidak ada. Sehingga tidak ada lembaga yang mengayomi dan
menyatukan petani dalam hal-hal yang berkaitan dengan usahatani mereka.
7. Kurang aktifnya penyuluhan pertanian terhadap petani.
Masalah yang dihadapi petani di daerah penelitian adalah kurangnya penyuluhan pertanian kurang aktif dilaksanakan.
5.1.5. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah dalam Usahatani Kakao
Jika ada masalah-masalah yang dihadapi petani, maka akan ada upaya- upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada
usahatani kakao.Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut sebagai berikut :
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
1. Pemberantasan terhadap hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit yang dilakukan petani kakao di daerah penelitian adalah dengan cara mekanis dan kimiawi.
2. Berusaha meningkatkan harga dengan cara mengetahui informasi harga di
pasar. 3.
Berusaha meningkatkan informasi tentang harga dengan cara menyediakan sarana informasi harga di pasar .
4. Meminta bantuan kepada pemerintah dan menggalakkan kegiatan gotong
royong dalam perbaikan jalan yang rusak 5.
Meminjam modal kepada pihak pemerintah maupun swasta sebagai penambahan modal dalam usahatani kakao
6. Perlu dibentuknya lembaga masyarakat seperti KUD, Koperasi Pertanian dan
Kelompok tani 7.
pemerintah perlu menggalakkan penyuluhan mengenai pertanian kepada masyarakat.
5.2. Pembahasan 5.2.1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Usahatani Kakao Selama 5