Latar Belakang Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara)

Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. USU Repository © 2009 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah suatu realitas. Tetapi apakah kehidupan para petani menjadi semakin baik dari hari ke hari, merupakan suatu pertanyaan. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa kehidupan para petani di negara-negara berkembang semakin sulit karena sebagian besar sumber kehidupan warga negara tergantung dari pertanian, maka kesulitan tersebut menjadi tantangan utama bagi negara juga Pakpahan, 2004 hlm. 12. Sektor pertanian Indonesia, dewasa ini dan pada masa mendatang, masih akan menghadapi tantangan yang besar, terutama pada sub sektor non pangan utama, seperti hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan dan perhutanan. Persaingan yang ketat antar negara produsen komoditas komersial diduga akan semakin terjadi. Bukan mustahil, produsen komoditas pertanian Indonesia hanya akan menjadi penonton di rumahnya sendiri, Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. USU Repository © 2009 menyaksikan pergulatan para produsen agribisnis dari negara lain untuk merebut pasar dalam negeri yang sangat potensial Gumbira, dkk, 2001 hlm. 16 . Potensi sub sektor perkebunan untuk dijadikan andalan ekspor di masa- masa mendatang sebenarnya sangat besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik jika kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas perkebunan Arifin, 2001 hlm. 77. Usahatani yang dijalankan petani adalah usahataninya membentuk suatu sistem yang khas, memadukan berbagai komoditas yang diintegrasikan dalam satu kesatuan usaha. Pola umum yang dibentuk dalam sistem usahatani adalah tanaman pangan, ternak, tanaman tahunan, dan atau kombinasi dari dua sampai tiga komoditas utama tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan disekitarnya fisik, biologi, sosial buda ya. Dari beberapa komoditas yang diusahakan petani terlihat ada komoditas yang diunggulkan atau diandalkan dalam perekonomian keluarga. Sehingga muncul penciri usahatani berbasis komoditas seperti usahatani berbasis kakao. Tanaman perkebunan seperti kakao menjadi andalan ekonomi petani di wilayah tersebut. Namun produksi dan produktivitas kakao masih tergolong rendah. Petani masih menjalankan usahatani kakao secara tradisional seperti tanpa pemberian pupuk, pengendalian OPT belum optimal dan pemeliharaan seperti pemangkasan belum dilaksanakan. Di lain pihak teknologi usahatani kakao sudah Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. USU Repository © 2009 banyak dihasilkan, namun penyebaran ke tingkat petanipengguna belum optimal. Berdasarkan kondisi sistem usahatani demikian, maka teknologi yang dipilih adalah teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao, seperti pemangkasan, pemupuka n, pengendalian OPT dan perangsang bungabuah. Pemilihan teknologi ini disesuaikan dengan kondisi lapangan dan keinginan kelompok tani kooperator setelah diidentifikasi masalah dan pemecahan masalah dengan teknologi tersedia Anonimous, 2008 hlm. 4. Mutu biji kakao sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara, curah hujan, dan lain-lain. Namun yang paling menentukan adalah proses fermentasi biji kakao, sebab kegagalan pada proses fermentasi tidak dapat diperbaiki pada proses selanjutnya. Dalam fermentasi akan ditentukan cita rasa, kenampakan kakao, pengurangan rasa pahit, dan sepat pada biji. Demikian pula adanya mata rantai yang cukup panjang sebelum di ekspor, yang memungkinkan terjadinya pencampuran berbagai mutu biji kakao. Hal ini juga akan menurunkan mutu keseluruhan biji yang akan kita ekspor. Selanjutnya akan mengurangi daya saing kakao kita di luar negeri, bahkan tidak menutup kemingkinan ekspor kakao kita ditolak Susanto, 1994 hlm. 72. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki perkebunan kakao rakyat dan pemerintah yang cukup luas, seperti di Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. USU Repository © 2009 Langkat, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir dan Serdang Bedagai. Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah penghasil kakao. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan produksi kakao pada tahun 2003 sebesar 506,30 ton, pada tahun 2004 sebesar 520,17 ton, pada tahun 2005 sebesar 530,71 ton dan pada tahun 2006 sebesar 534,60 ton dan pada tahun 2007 sebesar 546,40ton. Dalam hal ini dapat dilihat terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 produksi kakao di Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas tanaman yang cukup besar, dengan total luas tanaman menghasilkan sebesar 2.583,64 Ha, pada tahun 2006 memiliki luas 2.564,35 Ha, pada tahun 2005 memiliki luas 2.458,30 Ha, pada tahun 2004 memliki luas 2.369,00 Ha, dan pada tahun 2003 memiliki luas 2.084,00 Ha. Inilah mengapa diperlukan suatu strategi pengembangan yang baik agar perkembangan produksi kakao semakin baik, sehingga hasil produksi tidak mengalami kelebihan produksi dalam negeri, akan tetapi dapat menghasilkan pendapatan devisa dengan memasarkan ke luar negeri, dangan tujuan memperoleh devisa BPS, 2008 hlm. 56. Sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian dari beberapa kegiatan subsistem yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain, antara lain subsistem faktor input pertanian atau pengadaan sarana produksi pertanian, subsistem produksi pertanian atau budidaya pertanian usahatani, subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri hasil pertanian, subsistem pemasaran faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan, dan subsistem kelembagaan penunjang atau subsistem jasa Anonimous, 2005 hlm. 2-3. Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. USU Repository © 2009 Kegiatan kerjasama antara pemerintahan daerah Kabupaten Tapanuli Utara dengan HSF Hanns Seidel Foundation Republik Federal Jerman berlangsung mulai tahun 1998. Ini merupakan program kerjasama dalam pelestarian Danau Toba dan difokuskan kepada program pelestarian lingkungan hidup. Kegiatan- kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pedesaan terhadap lingkungan hidup setempat, memberikan langkah-langkah yang nyata dalam pelestarian lingkungan hidup kepada masyarakat setempat dan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pelatihan selama proyek percontohan Anonimous, 2007 hlm. 2. Setelah pemekaran, Tapanuli Utara menjadi terdiri dari 15 kecamatan yang sebelumnya terdiri dari 24 kecamatan. Namun tidak secara keseluruhan memiliki perkebunan kakao. Berikut adalah tabel luas areal dan produksi kakao menurut kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara. Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara, 2007 Tabel 1. Tabel Luas Tanaman, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Kakao Menurut Kecamatan Pada Tahun 2006 No Kecamatan Luas Tanaman Produksi Rata-rata Produksi 1 Parmonangan 94,00 6,25 625,00 2 Adian Koting 786,00 195,53 578,49 3 Sipoholon 0,00 0,00 0,00 4 Tarutung 0,00 0,00 0,00 5 Siatas Barita 0,00 0,00 0,00 6 Pahae Julu 589,00 99,00 529,41 7 Pahae Jae 546,00 63,85 585,78 8 Purbatua 710,00 103,19 557,78 9 Simangumban 448,00 52,35 588,20 10 Pangaribuan 14,00 0,00 0,00 11 Garoga 100,00 0,00 0,00 12 Sipahutar 0,00 0,00 0,00 13 Sibrong-borong 0,00 0,00 0,00 14 Pagaran 0,00 0,00 0,00 15 Muara 0,00 0,00 0,00 Jumlah 3287,00 520,17 566,63 Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. USU Repository © 2009 Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa Kecamatan Adian Koting adalah salah satu kecamatan yang memiliki luas areal dan produksi tertinggi di Kabupaten Tapanuli Utara, dengan luas areal 786 ha. Adapun persentase luas lahan usahatani kakao kecamatan Adian Koting untuk kabupaten Tapanuli Utara adalah sebesar 23 . Sedangkan produksi kakao di kecamatan Adian Koting sebesar 195,53 ton. Adapun persentase produksi kakao di kecamatan Adian Koting untuk kabupaten Tapanuli Utara adalah sebesar 37 . Usahatani kakao di kecamatan Adian Koting merupakan daerah yang memiliki luas lahan dan produksi terbanyak di kabupaten Tapanuli Utara. Meskipun usahatani perkebunan kakao masih belum merata diusahakan di kabupaten Tapanuli Utara, perlu dianalisis, dievaluasi perkembangannya apakah usahatani tersebut layak diusahakan atau tidak. Untuk mengetahui apakah perkebunan kakao di kabupaten Tapanuli Utara layak dikembangkan atau tidak, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam, dengan menganalisis kondisi setiap faktor yang terkait dengan pengelolaan perkebunan kakao.

1.2 Identifikasi Masalah