Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
masyarakat diperoleh dari fermentasi buah-buahan dan bahan-bahan yang lain. Limbah pulp yang selama ini tidak diperhatikan masyarakat ternyata dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan cuka alternatif. Selain bahan bakunya melimpah dapat juga memberi keuntungan bagi petani dan masyarakat dalam hal
penciptaan lapangan kerja baru Kamaruddi dan Sudirman, 2008 hlm. 1
2.2 Landasan Teori
Kakao Theobroma cacao L. merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penting yang secara hirstoris pertama kali dikenal di Indonesia pada
tahun 1560, namun baru menjadi komoditas penting sejak tahun 1951. Kemudian pemerintah mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun
1975, yaitu setelah PTP VI berhasil meningkatkan produksi tanaman ini melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid
Sunanto,1992 hlm.89. Faktor iklim merupakan salah satu syarat utama pembudidayaan tanaman
kakao. Tanaman kakao tumbuh di daerah yang berada pada 10 LU hingga 10
LS, namun dilihat dari penyebaran pertanaman kakao terdapat pada daerah antara 7
LU hingga 18 LS. Tampaknya penyebaran tanaman kakao erat kaitannya dengan
penyebaran curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Oleh karena itu, Indonesia yang terletak diantara 5
LU dan 10 LS merupakan daerah
pengembangan yang cocok. Poedjiwidodo, 1996 hlm. 19. Pohon kakao mencapai tingkat produksi yang matang sesudah enam atau
tujuh tahun, dan mulai berbuah sesudah 4-5 tahun. Ada banyak varietas hibrida yang berbuah dan mencapai tingkat kematangan lebih cepat dibandingkan dengan
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
varietas tradisional. Pohon terus menerus berbuah selama beberapa tahun, kadang- kadang sebanyak 50-60 tahun, tetapi pada umumnya hasil buah turun sesudah
umur kira-kira 20-25 tahun, atau lebih awal lagi kalau pohon tidak dipelihara dengan baik atau mengalami penyakit yang serius. Memang hasil sangat
bergantung pada varietas yang dibudidayakan, usia pohon dan manajemen serta factor cuaca iklim dan lingkungan. Dalam keadaan yang normal, varietas
tradisional yang dibudidayakan tanpa pupuk dapat menghasilkan antara 150 sampai dengan 500 kg kakao biji kering = dry beans per hektar, kuantitasnya
sangat tergantung kepada usia pohon, sedangkan beberapa varietas hybrida baru dapat menghasilkan sampai jauh diatas 1000 kg pada tahap matang. Pernah
dilaporkan bahwa beberapa varietas menghasilkan lebih dari 2500 kg dengan kondisi yang ideal Cocoa, 1993 hlm. 83.
Tanaman kakao diperkirakan akan mengalami puncak produksi pada umur tanaman memasuki tahun ke-10 sampai tahun ke-15, kemudian akan menurun
pada tahun-tahun berikutnya. Hingga saat ini pengembangan jenis cokelat Indonesia sebagian besar ditujukan pada jenis BulkHibrida. Jenis ini agak tahan
lama dibandingkan jenis Fine Flavour Cacao. Hal ini untuk menunjang program pengembangan coklat di Indonesia Tumpal, dkk, 2003 hlm 67.
Studi kelayakan pada hakekatnya adalah metode penjajagan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut
dilakukan Najiyanti dan Danarti, 2001 hlm. 92. Evaluasi dan monitoring pada usahatani kakao perlu dilakukan. Hal ini
dikarenakan perkembangan kakao pada umumnya di Sumatera Utara dan
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
khususnya di Tapanuli Utara mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan kurangnya peran banyak faktor, misalnya : minat petani kakao kurang untuk
mengusahakan tanaman kakao, peran pemerintah kurang berfungsi dengan baik sebagai penentu kebijakan dan memberi stimulus bagi petani. Evaluasi dan
monitoring untuk berbagai program yang telah dijalankan pemerintah itu perlu dilakukan, agar dapat melihat sejauh mana program-program tersebut berhasil.
Pada usahatani kakao perlu juga dilihat bagaimana posisi usahatani tersebut di daerah penelitian. Untuk melihat posis tersebut perlu dilakukan suatu
analisis kelayakan usahatani secara finansial. Kelayakan finansial suatu usahatani dinilai dengan menggunakan konsep nilai uang yang akan didapatkan dari
usahatani tersebut pada nilai uang bersih pada saat ini net present value, NVP dengan menggunakan tingkat faktor terdiskon tertentu. Nilai NVP pada tingkat
persentase sektor terdiskon tertentu yang memberikan nilai 0 dinamakan tingkat pengembalian internal internal rate of return, IRR proyek
Iyung, 2007 hlm. 102. Analisis kelayakan finansial dapat dianalisa dengan menghitung ROI,
dimana:
ROI =
Suatu proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, dan dinyatakan terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternatif, hanyalah bila hasil-
hasil yang diperoleh dari proyek tersebut dapat dibandingkan dengan sumber- sumber yang diperlukan. Pengukuran ini dinamakan criteria investasi. Tiap
criteria investasi didasarkan pada asumsi bahwa bagi masyarakat tingkat kepuasan Laba bersih
Modal awal x 100
Simon K.V. Napitupulu : Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.
USU Repository © 2009
yang diperoleh pada saat ini adalah lebih besar daripada saat yang akan datang atau kebalikannya, disebut time preference Gray dkk, 2002 hlm. 46.
Analisa secara teknis berhubungan dengan input proyek penyediaan dan output produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisa secara teknis
akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan. Analisa secara teknis akan dapat mengidentifikasikan
perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau tahap awal pelaksanaan
Gittinger, 1986 hlm. 49. Teknologi merupakan cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak
manusia Daniel, 2002 hlm. 110.
2.3 Kerangka Pemikiran