Proses dan Syarat-syarat Terjadinya Persepsi Persepsi Terhadap Kualitas

terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapi “. 23

3. Proses dan Syarat-syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Bimo Walgito persepsi terdiri dari 3 proses yaitu, proses fisik atau kealaman, proses fisiologi, dan proses psikologis. 24 a Proses fisik atau kealaman. Proses ini terjadi pada saat obyek menimbulkan stimulus atau rangsangan dan stimulus atau rangsangan tersebut mengenai alat indera. b Proses fisiologis, proses yang terjadi pada saat obyek sebagai rangsangan diterima oleh syaraf sensoris otak. c Proses psikologi, proses dimana individu menyadari atau mempersepsikan tentang apa yang diterimanya melalui alat indera. Walgito juga mengemukakan bahwa syarat sebelum individu mengadakan persepsi, yaitu: 25 a Adanya objek sasaran yang diamati 23 Ibid. hal.66 24 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.1997hal.54 25 Ibid. Hal. 54 Objek atau sasaran yang diamati akan menimbulkan stimulus atau rangsangan yang mengenai alat indera. Objek dalam hal ini adalah kegiatan konseling individual, dimana konseling individual atau stimulus mengenai alat indera atau merupakan reseptor yang bisa berasal dari dalam maupun dari luar. b Adanya indera yang cukup Alat indera yang dimaksud adalah alat indera yang menerima stimulus yang kemudian diterima dan diteruskan oleh syaraf sensorik yang selanjutnya akan disampaikan kesusunan saraf pusat sebagai kesadaran. Oleh karena itu siswa diharapkan mempunyai panca indera yang cukup baik sehingga stimulus yang diterima akan diteruskan kesusunan saraf otak. c Adanya perhatian Perhatian adalah langkah awal atau yang kita sebut sebagai persiapan untuk mengadakan persepsi, sehingga perhatian siswa kepada kegiatan konseling individual adalah fokus utama yang kita laksanakan karena tanpa perhatian persepsi tidak akan terjadi.

4. Persepsi Terhadap Kualitas

Perspektif kualitas yaitu pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan kualitas suatu produkjasa. David mengidentifikasikan adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu: 26 a. Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini, dipandang sebagai innate excellence, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalisasikan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni musik, seni drama, seni tari, dan seni rupa. Meskipun demikian suatu perusahaan dapat mempromosikan produknya melalui pernyataan-pernyataan maupun pesan-pesan komunikasi seperti tempat berbelanja yang menyenangkan supermarket, elegen mobil, kecantikan wajah kosmetik, kelembutan dan kehalusan kulit sabun mandi, dan lain-lain. Dengan demikian fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suatu perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar manajemen kualitas. b. Product-based Approach Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena 26 Tjiptono, Fandy, Manajemen Jasa, Andi Offset, Yogyakarta1996.hal.52 pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual. c. User-based Approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang misalnya perceived quality merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Perspektif yang subjektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya. d. Manufacturing-based Approach Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaiansama dengan persyaratan conformance to requirements. Dalam sektor jasa, dapat dikatakan bahwa kualitasnya bersifat operations-driven. Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secar internal, yang seringkali didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya. e. Value-based Approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai “affordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli best-buy. 34

BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA

A. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia

Bank Islam pertama di Indonesia adalah PT.. Bank Muamalat Indonesia. Sejarah berdirinya Bank Muamalat Indonesia bermula dari kegelisahan masyarakat Islam Indonesia tentang masalah ekonomi terutama masalah bunga bank dan Perbankan. Berdasarkan keputusan Majlis Tarjih Muhammadiyah pada Muktamar di Sidoarjo Jawa Timur tahun 1968 yang memutuskan bahwa bunga bank yang diberikan oleh bank-bank negara kepada nasabah demikian pula sebaliknya, hukumnya termasuk syubhat atau musytabiat, artinya belum jelas halal haramnya. 1 Berdasarkan keputusan tersebut, maka umat Islam mengetahui bahwa bunga bank masih diragukan kehalalan dan keharamannya, sehingga umat Islam menjadi ragu untuk melakukan transaksi di bank-bank Negara, sedangkan di satu pihak sesuai dengan tuntunan perkembangan kebutuhan ekonomi, segala sesuatunya mereka harus berhubungan dengan bank, dan di pihak lain di dalam sanubari mereka masih khawatir akan ribanya bank yang dilarang oleh ajaran agama Islam. Hal tersebut merupakan topik utama yang di bicarakan dalam loka karya “Bunga Bank dan Perbankan” yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia MUI pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua. Pokok pemikiran yang dihasilkan pada lokakarya tersebut terkait erat dengan gagasan untuk membentuk Bank Syariah. Ide 1 http:www.muamalatbank.comindex.phphomeaboutprofile senin 18102010