Hasil Uji Asumsi Klasik

0,1889492. Pada variabel PER mempunyai nilai minimum sebesar 1,8536 dan nilai maksimum sebesar 73,4375 dengan rata-rata sebesar 10,047253 serta standar deviasi sebesar 12,2328183. Pada variabel VOLT mempunyai nilai minimum 0,0184 dan nilai maksimum 0,4520 dengan nilai rata-rata sebesar 0,190072 serta standar deviasi sebesar 0,1108059.

B. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikoliniearitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. a. Uji multikoliniearitas sebelum UU Perpajakan 2000 Di bawah ini merupakan tabel hasil uji multikolinearitas sebelum UU Perpajakan

2000. Tabel. 4.9.

Hasil Uji Multikoliniearitas Sebelum UU Perpajakan 2000 Coefficient Correlations a 1.000 -.258 -.336 .369 .454 -.258 1.000 .013 -.393 -.372 -.336 .013 1.000 -.021 -.139 .369 -.393 -.021 1.000 .172 .454 -.372 -.139 .172 1.000 .100 -.002 -.006 .000 .027 -.002 .001 .000 .000 -.002 -.006 .000 .003 .000 -.001 .000 .000 .000 .000 .000 .027 -.002 -.001 .000 .035 VOLT SIZE GROW TH PER ASSET VOLT SIZE GROW TH PER ASSET Correlations Covariances Model 1 VOLT SIZE GROW TH PER ASSET Dependent Variable: FINAGE a. Tabel. 4.10. Hasil Uji Multikoliniearitas Sebelum UU Perpajakan 2000 Coefficients a .748 1.336 .717 1.395 .873 1.146 .753 1.327 .630 1.587 SIZE ASSET GROWTH PER VOLT Model 1 Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: FINAGE a. Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwa hanya variabel VOLT yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel ASSET dengan tingkat korelasi sebesar 0,454 atau sekitar 45,4. Tingkat korelasi ini masih di bawah 95 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi korelasi serius. Selain itu, hasil perhitungan VIF berada di sekitar angka 1 dan nilai Tolerance mendekati 1. Hal ini menandakan bahwa H diterima yang berarti bahwa dalam model ini tidak terjadi multikoliniearitas. b. Uji multikoliniearitas sesudah UU Perpajakan 2000 Tabel. 4.11. dan tabel. 4.12. berikut ini merupakan tabel hasil uji multikolinearitas sesudah UU Perpajakan 2000. Tabel. 4.11. Hasil Uji Multikoliniearitas Sesudah UU Perpajakan 2000 Coefficient Correlations a 1,000 -,186 -,198 ,189 ,373 -,186 1,000 ,001 -,077 -,210 -,198 ,001 1,000 -,216 -,127 ,189 -,077 -,216 1,000 -,161 ,373 -,210 -,127 -,161 1,000 ,064 -,001 -,007 ,000 ,015 -,001 ,000 3,35E-006 -3,3E-006 -,001 -,007 3,35E-006 ,019 -6,5E-005 -,003 ,000 -3,3E-006 -6,5E-005 4,77E-006 -5,7E-005 ,015 -,001 -,003 -5,7E-005 ,026 VOLT SIZE GROWTH PER ASSET VOLT SIZE GROWTH PER ASSET Correlations Covariances Model 1 VOLT SIZE GROWTH PER ASSET Dependent Variable: FINAGE a. Tabel. 4.12. Hasil Uji Multikoliniearitas Sesudah UU Perpajakan 2000 Coefficients a ,931 1,074 ,770 1,298 ,912 1,097 ,855 1,170 ,781 1,280 SIZE ASSET GROWTH PER VOLT Model 1 Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: FINAGE a. Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwa hanya variabel VOLT yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel ASSET dengan tingkat korelasi sebesar 0,373 atau sekitar 37,3. Tingkat korelasi ini masih di bawah 95 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi korelasi serius. Selain itu, hasil perhitungan VIF berada di sekitar angka 1 dan nilai Tolerance mendekati 1. Hal ini menandakan bahwa H diterima yang berarti bahwa dalam model ini tidak terjadi multikoliniearitas. 2. Uji Autokorelasi Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari masalah autokorelasi. a. Uji autokorelasi sebelum UU Perpajakan 2000 Tabel. 4.13. berikut ini merupakan tabel hasil uji autokorelasi sebelum UU Perpajakan 2000. Tabel. 4.13. Hasil Uji Autokorelasi Sebelum UU Perpajakan 2000 Model Summary b .599 a .358 .299 .2140580 1.261 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson Predictors: Constant, VOLT, SIZE, GROWTH, PER, ASSET a. Dependent Variable: FINAGE b. Berdasar hasil output SPSS, diketahui bahwa nilai Durbin-Watson Dw sebesar 1,261. Nilai Dw ini berada di antara -2 dan 2. Hal ini menandakan bahwa H diterima, yang berarti bahwa dalam model ini tidak terjadi autokorelasi. b. Uji autokorelasi sesudah UU Perpajakan 2000 Di bawah ini merupakan tabel hasil uji autokorelasi sesudah UU Perpajakan 2000. Tabel. 4.14. Hasil Uji Autokorelasi Sesudah UU Perpajakan 2000 Model Summary b ,620 a ,385 ,328 ,1897810 1,301 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson Predictors: Constant, VOLT, SIZE, GROWTH, PER, ASSET a. Dependent Variable: FINAGE b. Berdasar hasil output SPSS, diketahui bahwa nilai Durbin-Watson Dw sebesar 1,301. Nilai Dw ini berada di antara -2 dan 2. Hal ini menandakan bahwa H diterima, yang berarti bahwa dalam model ini tidak terjadi autokorelasi. 3. Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksaman varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Jika varians berbeda disebut heterokedastisitas, di mana model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. a. Uji heterokedastisitas sebelum UU Perpajakan 2000 Di bawah ini merupakan gambar hasil uji heterokedastisitas sebelum UU Perpajakan 2000. Gambar. 4.1. Hasil Uji Heterokedastisitas Sebelum UU Perpajakan 2000 3 2 1 -1 -2 -3 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l Dependent Variable: FINAGE Scatterplot Hasil output SPSS di atas menggambarkan tidak adanya pola yang jelas serta titik- titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menandakan bahwa H diterima, yang berarti bahwa pada model tidak terjadi heterokedastisitas. b. Uji heterokedastisitas sesudah UU Perpajakan 2000 Gambar. 4.2. berikut ini merupakan gambar hasil uji heterokedastisitas sesudah UU Perpajakan 2000. Gambar. 4.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Sesudah UU Perpajakan 2000 2 1 -1 -2 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l Dependent Variable: FINAGE Scatterplot Hasil output SPSS di atas menggambarkan tidak adanya pola yang jelas serta titik- titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menandakan bahwa H diterima, yang berarti bahwa pada model tidak terjadi heterokedastisitas. 4. Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. a. Uji normalitas sebelum UU Perpajakan 2000 Berikut ini merupakan tabel hasil uji normalitas sebelum pemberlakuan UU Perpajakan 2000. Gambar. 4.3. Hasil Uji Normalitas Sebelum UU Perpajakan 2000 12 10 8 6 4 2 F re q u en c y Mean = 1.09E-15 Std. Dev. = 0.957 Dependent Variable: FINAGE Histogram Gambar. 4.4. Hasil Uji Normalitas Sebelum UU Perpajakan 2000 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c te d C u m P ro b Dependent Variable: FINAGE Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Berdasar hasil output SPSS, terlihat bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal serta data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada grafik Normal Probability Plot. Hal ini menandakan H diterima, yang berarti bahwa sampel berasal dari distribusi data normal. b. Uji normalitas sesudah UU Perpajakan 2000 Berikut ini merupakan tabel hasil uji normalitas sesudah pemberlakuan UU Perpajakan 2000. Gambar. 4.5. Hasil Uji Normalitas Sesudah UU Perpajakan 2000 15 12 9 6 3 F re q u en cy Mean = -1.43E-15 Std. Dev. = 0.957 Dependent Variable: FINAGE Histogram Gambar. 4.6. Hasil Uji Normalitas Sesudah UU Perpajakan 2000 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c te d C u m P ro b Dependent Variable: FINAGE Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Berdasar hasil di atas, terlihat bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal serta data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada grafik Normal Probability Plot. Hal ini menandakan H diterima, yang berarti bahwa sampel berasal dari distribusi data normal.

C. Hasil Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Momentum dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 37 85

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 41 118

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan Price Earning Ratio Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 40 121

Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Book Value Per Share, dan Price To Book Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sub Sektor Hotel dan Pariwisata yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2011

0 25 102

Analisis pengaruh rasio modal saham terhadap return yang diterima oleh pemegang saham (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2008)

0 4 96

Determinan Merger Dan Akuisisi : studi di perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2013

0 27 0

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN UKURAN PERUSAHAAN, DAN EARNING VOLATILITY TERHADAP PERTUMBUHAN DEBT RATIO

0 4 14

Pengaruh Struktur Aktiva, Return On Assets, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Price Earning Ratio, dan Likuiditas Terhadap Struktur Pendanaan Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

0 0 12

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN, EARNING VOLATILITY DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN - Repository UNTAR

0 0 31