sebagai salah satu bentuk pengurangan atas risiko yang mungkin akan muncul dalam pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan.
e. Pemantauan dan PengkinianKaji Ulang Risiko dan Kontrol
1 Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategi manajemen risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik.
2 Lakukan pengkinian dengan mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko yang terintegrasi ke dalam
strategi risiko keseluruhan.
2. Perbedaan Manajemen Risiko Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional.
Pada dasarnya manajemen risiko adalah sebuah tindakan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian dari aktifitas bisnis yang dilakukan. Dalam konteks perbankan,
manajemen risiko bisa juga digunakan untuk menganalisa sebuah risiko di masa mendatang. Akan tetapi pada kenyataannya, kejadian di masa mendatang adalah
mustahil untuk diketahui. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Luqman : 34
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal. ‖
Perbankan syariah dan perbankan konvensional adalah hal yang berbeda satu dan lainnya. Oleh karena itu pula, sangat logis jika dikatakan bahwa sistem manajemen
risiko antara bank syariah dan bank konvensional tentunya juga berbeda. Perbedaan itu dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini:
a. Risk Event Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa manajemen risiko memiliki
kaitan yang erat dengan risk event. Peristiwa yang menyebabkan risiko risk event atau bisa didefinisikan sebagai munculnya kejadian yang dapat menciptakan potensi
kerugian atau hasil yang tidak diinginkan. Korelasinya dengan perbedaan antara manajemen risiko bank syariah dengan bank konvensional dari sisi ini adalah tidak
terdapatnya bunga sebagai instrumen bank syariah memberikan nafas yang lebih lega terhadap perbankan syariah untuk memanaje portofolio surat berharga yang
dimilikinya. Contoh dari kesalahan manajemen risiko internal yang salah pada lembaga
konvensional adalah sebagai berikut: Pada Desember 1994 terdapat sebuah lembaga keuangan Orange Country yang
mengalami kerugian akibat salah dalam mengambil sikap terhadap arah suku bunga the Fed untuk portofolio yang dimilikinya sehingga mengakibatkan perusahaan
tersebut mengalami risk loss sebesar USD 164 Milion yang kemudian menjadikan Orange Country bangkrut.
b. Hukum Prinsip yang dianut dalam penerapan manajemen risiko mengacu kepada salah
satu prinsip dalam ilmu fiqih yang dikenal dengan istilah sad adz dzari’ah. Secara
teknis sad adz dzari’ah dapat didefinisikan sebagai ―sikap preventif dan penerapan
prinsip kehati-hatian untuk mencegah dan memitigasi risiko pelanggaran maupun risiko lainnya dengan tetap memperhatikan aspek pertumbuhan, produktifitas, tingkat
keuntungan, manfaat dan kemaslahatan dari tindakan hukum dalam suatu kondisi yang optimal.‖
16
Sedangkan yang terdapat pada bank konvesional, landasan hukum hanya bersandar pada hukum positif.
c. Operasional 1 Aksi tindakan
Bank syariah tidak boleh mengakses transaksi derivatif yang dianggap sebagai instrumen yang cukup efektif untuk melindungi risiko kredit. Larangan ini
menguatkan pentingnya pengawasan internal bank syariah.
17
2 Aktor pelaku Dalam proses manajemen risiko di bank syariah terdapat Dewan Pengawas
Syariah DPS yang ikut serta mengawasi proses operasional bank itu sendiri. Berdasarkan fatwa DSN-MUI nomor 01 tahun 2000 disebutkan mengenai
mekanisme kerja DPS, salah satu diantaranya adalah menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan bank, memberikan
opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank.
16
Zainul Hakim ―Evaluasi tingginya risiko pembiayaan murabahah dibandingkan dengan risiko pembiayaan bagi hasil: Analisis risiko dengan metode internal
‖, Thesis S2 Program Pasca sarjana, PSTT UI Jakarta, 2009 h. 20
17
Lusianna Elizabeth, Risiko dan Manajemen Risiko dalam Transaksi Pembiayaan Mudharabah, Thesis S2 Program Pasca sarjana, PSTT UI Jakarta. 2009 h. 36
d. Produk Bank syariah hanya menawarkan produk jual-beli valuta asing sharf dengan
bentuk spot, yaitu transaksi pembelian valuta asing valas untuk penyerahan pada saat itu over the counter atau paling lambat penyelesaiannya dalam jangka waktu
dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari. Sedangkan untuk
bentuk jual-beli valas forward, swap dan option hukumnya adalah haram.
18
Gambar 2.2 Perbedaan Manajemen Risiko Bank Syariah dan Konvensional
B. BANK DAN RISIKO
Bank adalah lembaga keuangan yang aktifitas utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya dalam bentuk pemberian pinjaman dan investasi. Dalam
menghimpun dana, bank menggunakan strategi ―penarik‖ bagi nasabah berupa balas jasa yang menguntungkan.
Balas jasa yang dimaksud adalah ―bunga‖ bagi bank konvensional dan ―bagi-hasil‖ bagi bank yang beroperasi menurut syariah.
18
______________, Fatwa DSN-MUI nomor 28DSN- MUIIII2002 ―tentang jual beli mata
uang Al-Sharf ‖.
Risiko paling laten yang selalu mengancam aktifitas perbankan adalah hilangnya uang baik dari sisi pasiva maupun sisi aktiva.
19
Seperti yang kita ketahui, bank adalah lembaga intermediary antara sektor surplus unit dan sektor defisit unit.
Sebagai lembaga perantara, falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat public confidence. Oleh karena itu, bank juga disebut
sebagai lembaga kepercayaan masyarakat. Yang ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut:
20
1 Dalam menerima simpanan dari Surplus Spending Unit SSU, bank hanya memberikan pernyataan tertulis yang menjelaskan bahwa bank telah menerima
simpanan dalam jumlah dan untuk jangka waktu tertentu. 2 Dalam menyalurkan dana kepada Defisit Spending Unit DSU, bank tidak
selalu memita agunan berupa barang sebagai jaminan atas pemberian kredit yang diberikan kepada DSU yang memiliki reputasi baik.
Dalam melakukan kegiatannya, bank lebih banyak menggunakan dana masyarakat yang terkumpul dalam banknya dibandingkan dengan modal dari pemilik atau
pemegang saham bank. Untuk itu, bank harus menjaga apa yang telah dipercayakan masyarakat melalui penempatan dananya pada bank bersangkutan. Selaras dengan itu
pula, bank harus mampu mengelola setiap risiko yang muncul dari aktifitas usahanya.
19
Ferry sugiarto Indroes, Manajemen Risiko Perbankan-Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu. 2006 h. 8
20
Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006 h. 4
Seperti yang kita ketahui bahwa risiko itu sendiri memiliki beberapa macam jenis; yaitu risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum,
risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan.
21
Zainul Arifin
22
mendefinisikan berbagai macam jenis risiko di atas, sebagai berikut;
1 Risiko Kredit Pembiayaan Credit Risk Risiko kredit adalah risiko yang timbul akibat kegagalan counterparty
memenuhi kewajibannya. Risiko kredit sulit dikenali tanpa menguji portofolio kredit. Faktor kunci bagi pengendalian risiko kredit adalah diversifikasi dari tipe-
tipe kredit, diversifikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri yang dibiayai, kebijakan agunan dan sebagainya, dan yang paling penting adalah standar
pengendalian kredit yang diterapkan. Pembahasan mengenai hal ini akan penulis bahas lebih dalam di Sub-Bab C, Pembiayaan.
2 Risiko pasar Market Risk Risiko pasar market risk adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan
variable pasar adverse movement dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Termasuk dalam variable pasar ini adalah suku bunga dan
nilai tukar. Bank syariah tidak akan menghadapi risiko tingkat bunga, walaupun dalam
lingkungan di mana berlaku dual banking system meningkatnya tingkat bunga di
21
_____________, PBI No.58PBI2003. ―Tentang Kualitas Aktiva Produkti Bagi Bank Syariah
‖
22
Drs. Zainul Arifin, MBA, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet. 2006 h. 61-62
pasar konvensional dapat berdampak pada meningkatnya risiko likuiditas sebagai akibat adanya nasabah yang menarik dana dari bank syariah dan berpindah ke
bank konvensional. 3 Risiko Likuiditas Liquidity Risk
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Pengukuran risiko likuiditas adalah
kompleks. Faktor kuncinya adalah bahwa bank tidak dapat dengan leluasa memaksimumkan pendapatan karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Oleh
karena itu, bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat. Terlalu banyak likuiditas akan mengorbankan tingkat pendapatan, dan terlalu sedikit akan
berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat diketahui sebelumnya, yang dapat berakibat meningkatnya biaya dan akhirnya menurunkan
profitabilitas. Lebih-lebih bagi bank syariah yang dilarang melakukan peminjaman dana yang berbasis bunga, tentu akan lebih sulit untuk memperoleh dana.
4 Risiko Operasional Operational Risk Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan karena
ketidakcukupan dana atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang mempangaruhi operasional
bank. 5 Risiko Hukum Legal Risk
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan karena adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
6 Risiko Reputasi Reputation Risk Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
7 Risiko Strategis Strategic Risk Risiko startegis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
8 Risiko Kepatuhan Compliance Risk Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan risiko
pengendalian intern secara konsisten.
C. PEMBIAYAAN 1. Teori Pembiayaan