Peranan Studi Kelayakan Pembiayaan Terhadap Tingkat Non Performing Financing

Indonesia, hanya saja setiap bank diberi kebijaksanaan untuk membuat peraturan manajemen risiko sendiri yang disesuaikan dengan ciri khas usahanya. 3. Manajemen risiko pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri telah melakukan fungsinya dengan mengidentifikasi risiko, mengukur, mengendalikan dan memantaunya, yang bermuara pada peraturan Bank Indonesia dan risiko yang dihadapi oleh Bank Syariah Mandiri. 4. Peraturan manejemen risiko pembiayaan berbasis bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah pada Bank Syariah Mandiri tidak diatur secara terpisah dengan pembiayaan lainnya, padahal karakteristik risiko pembiayaan berbasis bagi hasil dengan berbasis margin berbeda. Perbedaan dengan kajian peneliti adalah, selain peneliti menggunakan metodologi kuantitatif untuk menggambarkan efektifitas sebuah manajemen risiko bank syariah, terdapat 2 hal lagi yang membedakan dengan penelitian Alia, yaitu: 1. Peneliti melakukan studi komparatif untuk menemukan model manajemen risiko yang paling tepat digunakan. 2. Penelitian tidak hanya didasarkan pada hasil analisis yang sifatnya deskriptif, akan tetapi juga kuantitatif, ini sebagai bentuk pengukuran yang bisa lebih tepat .

4. Peranan Studi Kelayakan Pembiayaan Terhadap Tingkat Non Performing Financing

Studi Kasus BPRS Harta Insan Karimah Ciledug. Oleh Diah Agustina Prameswari, 12 dengan hasil penelitiannya: 12 Diah Agustina Prameswari, “Peranan Studi Kelayakan Pembiayaan Terhadap Tingkat Non Performing Financing ‖ Studi Kasus BPRS Harta Insan Karimah Ciledug Skripsi S1 Perbankan Syariah Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 1. Penerapan studi kelayakan di BPRS Hikmah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Dewan Direksi yakni sebagai berikut: Pertama, pengajuan proposal pembiayaan dilakukan dengan cara wawancara dan survey dan memenuhi semua persyaratan yang ada, kedua analisa pembiayaan; dalam tahap inilah dilakukan penilaian kelayakan usaha nasabah dengan cara a dilihat kondisi dan volume usaha calon nasabah b laba bersihnya harus dapat mengcover angsurannya c jaminan yang bankable atas nama pemohon dan nilai jaminan harus diatas 100 dari jumlah plafon pembiayaannya. Ketiga, keputusan pembiayaan, Keempat penandatanganan akad dan yang Kelima realisasi pembiayaan. 2. Kecenderungan Trend tingkat Non Performing Financing NPF BPRS Hikmah mengalami kenaikan dari tahun 2003 sebesar 1.3 hingga pada tahun 2005 menjadi 3,1. Disebabkan karena adanya regulasi Bank Indonesia mengenai kolektibilitas, tidak ketatnya kebijakan perusahaan dalam hal penilaian kelayakan usaha nasabah, kurangnya fungsi pengawasan dan pemantauan nasabah oleh petugas bank, estimasi biaya biaya yang diproyeksikan tidak sesuai dengan realisasi, daya beli masyarakat menurun atas produk yang dihasilkan oleh nasabah, cash flow menurun serta turn over nasabah lama. 3. Secara umum, studi kelayakan memiliki peranan terhadap tingkat NPF di BPRS Hikmah. Hal ini dapat dibuktikan dengan rasio NPF BPRS Hikmah 3.1 yang masih di bawah standar Bank Indonesia dan persentase jumlah nasabah bermasalah dibandingkan dengan jumlah total nasabah pembiayaan masih relatif kecil hanya sebesar 0.53. Kalau Diah Agustina fokus kajiannya adalah pada peranan studi kelayakannya, peneliti memfokuskan pada sisi manajemen risiko terhadap pembiayaan yang berskimkan mudharabah.

E. Kerangka Teori