Bank Syariah Bukopin Strategi Manajemen Risiko Bank Syariah 1. Bank Muamalat Indonesia

kewenangan kepada Divisi Manajemen Risiko ikut secara dini menentukan apakah usulan pembiayaan dapat dilanjutkan atau tidak. Selain itu telah dilakukan review terhadap kebijakan dan prosedur pembiayaan, salah satunya adalah penyesuaian limit Persetujuan Komite Pembiayaan yang disesuaikan dengan kondisi risiko serta target pertumbuhan bisnis Bank Muamalat.

2. Bank Syariah Bukopin

Sedangkan untuk Bank Syariah Bukopin BSB startegi yang dilakukan untuk mengantisipasi munculnya pembiayaan bermasalah dari portofolio pembiayaan mudharabah adalah; a. BSB memanage risiko pembiayaan bukan berdasarkan project financing, atau perportofolio pembiayaan yang dimilikinya, semisal pembiayaan mudharabah, musyarakah dan lain sebagainya, akan tetapi berdasarkan company atau nasabah yang akan dibiayai, misalnya berdasar analisis 5 C; capital, collateral, condition, character dan capacity. b. BSB memberikan perhatian yang lebih terhadap dua risiko yang sudah pasti ada di bisnis perbankan untuk membantu proses pencegahan pembiayaan bermasalah dari pembiayaan mudharabah, yaitu risiko pembiayaan dan risiko operasional. Sedangkan untuk 6 risiko yang lain 43 akan berjalan selaras dengan hasil manajemen terhadap dua risiko ini —jika 2 risiko ini dapat dikelola dengan baik, maka ke 6 risiko yang lainnya akan berjalan dengan baik pula. Oleh karena itu pula dalam wawancara yang dilakukan dengan Bapak Tawakal 43 Enam Risiko yang lainnya tertuang dalam PBI No.58PBI2003. ―Tentang Kualitas Aktiva Produkti Bagi Bank Syariah ‖ Allaihi, Ketua Divisi Manajemen Risiko BSB mengatakan ― Risiko pembiayaan dan risiko operasional adalah risiko yang terbesar. Di luar itu, kita punya macam-macam risiko lagi, misalnya risiko hukum, risiko strategic, dan lain sebagainya. Akan tetapi yang harus benar-benar kita maintenance adalah dua risiko tadi. Dengan mengelola dua risiko tersebut, itu juga artinya kita mengelola 8 risiko yang ditetapkan BI. ‖ 44 c. Pihak Divisi Manajemen Risiko bank melakukan mapping terhadap pembiayaan terdahulu yang telah dilakukannya. Kemudian dari situ dibuat semacam Peringkat Risiko Pembiayaan Internal yang setiap bulannya dikumpulkan, dianalisa dan kemudian dilaporkan kepada pihak manajemen untuk kemudian diambil langkah kebijakan pembiayaan terhadap sektor-sektor tertentu yang telah di mapping. d. Bank Syariah Bukopin meng-grading calon nasabahnya berdasar profitability yang diperoleh perusahaan setiap tahunnya, yaitu; Tabel 4.2 Penilaian Risiko Nasabah Berdasarkan Profitability Ratio Kategori Persentase Low Risk 20 Low to Medium Risk 10-20 Medium to High Risk 5-10 High Risk 5 44 Wawancara pribadi dengan Bapak Tawakal Allaihi, Selasa 13 Juli 2010 e. Karena BSB memiliki fokus pengembangan usaha pada sektor UMKM yang notabene sering tidak bankable, maka untuk pembiayaan yang berada Rp 500 juta, BSB melakukan kerjasama dengan beberapa BPRS dan BMT untuk menjadi tangan panjang pembiayaan yang dilakukan, hal ini berkaitan erat karena apabila BSB melakukan secara langsung pembiayaan tersebut kepada UMKM yang berada pada plafon Rp 500 juta, maka cost yang dikeluarkan BSB justru akan lebih besar. f. Untuk menghitung risiko pembiayaan yang ada, BSB menggunakan beberapa variabel sebagai alat penghitungan; 1 Borrower Grade, yaitu sebuah data historical nasabah. 2 Manajemen perusahaan 3 Pendidikan calon nasabah 4 Komplain dari kolega calon nasabah 5 Bankchecking 6 Projection cashflow 45 Dari semua data di atas kemudian dibuat scoring untuk masing-masing variabel yang kemudian dijumlahkan untuk dibuat menjadi penghitungan risiko pembiayaan yang terdapat pada calon nasabah. 45 Wawancara pribadi dengan Bapak Tawakal Allaihi, Selasa 13 Juli 2010

C. Komparasi Di antara Bank syariah