UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1. Komposisi kimia asap cair dan presentasenya
Komposisi Kimia Kandungan
Air 11-92
Fenol 0,2-2,9
Asam 2,8-4,5
Karbonil 2,6-4,6
Ter 1-17
Sumber: Maga, 1988
Menurut Zaitsev, et al. 1969 dalam Luditama, 2006 mengemukakan bahwa asap mengandung beberapa zat antimikroba, antara lain:
a Asam dan turunannya: format, asetat, butirat, propionat, metal ester. b Alkohol: metil, etil, propil, alkil, dan isobutil alkohol.
c Aldehid: formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metil furfural. d Hidrokarbon: silene, kumene, dan simene.
e Keton: aseton, metil etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton. f Fenol
g Piridin dan metil piridin. Senyawa yang sangat berperan sebagai antimikrobial adalah senyawa fenol
dan asam asetat, dan peranannya semakin meningkat apabila kedua senyawa tersebut ada bersama-sama Darmadji, 1995 dalam Luditama, 2006.
2.3.3. Kegunaan pada Masyarakat
Beberapa manfaat dari asap cair, antara lain dapat digunakan sebagai insektisida dan herbisida organik. Hal ini berarti pemanfaatan asap cair sebagai
insektisida akan lebih aman bagi lingkungan Iskandar, 2005. Menurut Yatagai 2002 cuka kayu juga berperan sebagai pemercepat pertumbuhan tanaman yaitu
komponen asam, metanol, furfural dan sebagai inhibitor dari komponen fenol, asam, guaikol. Pada masyarakat di daerah pesisir pantai, cuka kayu juga dimanfaatkan
untuk menjaga kualitas ikan agar tetap baik yaitu menghambat proses pembusukan, namun ikan masih tetap aman dikonsumsi Pujilestari, 2007 selain itu produk ikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang dihasilkan memiliki rasa yang tidak berbeda jauh dengan rasa aslinya Eko, 2007.
2.4.Bakteri
Bakteri merupakan organisme prokariota yang strukturnya lebih sederhana dari eukariota. Perbedaan primer yang khas dari prokariota adalah ukurannya yang
relatif kecil, biasanya kurang lebih berdiameter 1 m dan tidak ada selaput inti
Anonim, 1993; Gillespie, 2007.
2.4.1. Struktur Bakteri
a IntiNukleus: Inti bersifat Feulgen positif, suatu tanda adanya DNA. Badan inti tidak mempunyai dinding intimembran inti. Di dalamnya terdapat benang
DNA DNA fibril yang bila terekstraksi, berupa molekul tunggal dan utuh dari DNA dengan berat molekul 2-3 x 10
9
. Benang DNA ini disebut kromosom yang panjangnya kira-kira 1 mm. Jumlah salinan kromosom ini
bergantung pada stadium siklus sel Jawetz, dkk., 2005; Anonim, 1993 b Struktur Sitoplasma: Sel prokariota tidak memiliki plastid otonom, seperti
mitokondria atau kloroplas sehingga enzim-enzim untuk transpor elektron tidak bekerja di membran sel melainkan bekerja pada lamellae yang berada di
bawah membran sel. Bakteri menyimpan pula makanan cadangannya dalam bentuk granula sitoplasma. Granula sitoplasma pada beberapa jenis bakteri
menyimpan pula sulfur, fosfat anorganik yang disebut granula volutin dan granula pada jenis kuman korinebakteria disebut granula metakromatik
Jawetz, dkk., 2005; Anonim, 1993 c Membran Sitoplasma: Disebut juga membran sel yang komposisinya terdiri
dari fosfolipid dan protein. Selaput prokariot berbeda dengan selaput sel eukariotik karena tidak memiliki sterol, satu-satunya pengecualian adalah
genus mikoplasma. Di tempat-tempat tertentu pada membran sitoplasma terdapat cekunganlekukan ke dalam convulated invagination yang disebut
mesosom Jawetz, dkk., 2005; Anonim, 1993.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ada 2 jenis mesosom: i. Septal mesosom yang berfungsi dalam pembelahan sel dan tempat
melekatnya kromosom bakteri DNA. ii. Lateral mesosom.
Fungsi utama membran sitoplasma: i. Menjadi tempat transport bahan makanan secara selektif
ii. Pada spesies kuman aerob, sitoplasma merupakan tempat transport elektron dan oksidasi-fosforilasi
iii. Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik iv. Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada
biosintesis DNA, polimerisasi dinding sel dan lipid membran atau disebut juga dengan fungsi biosintetik
v. Mengandung reseptor dan protein untuk sistem kemotaktik d Dinding Sel: Lapisan pembungkus sel yang terletak antara selaput sitoplasma
dan simpai secara kolektif disebut “dinding sel”. Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir, hal ini disebabkan karena adanya
transport aktif yang menyebabkan tingginya konsentrasi larutan di dalam sel. Karena adanya dinding sel kuman yang relatif sangat kuat, maka meskipun
tekanan osmotiknya tinggi, sel kuman tidak pecah. Dinding sel tersebut terdiri dari lapisan peptidoglikan. Pada bakteri Gram-positif, dinding sel terutama
terdiri atas peptidoglikan yang tebal dan asam teikoat. Pada Gram-negatif, dinding sel terdiri atas peptidoglikan yang lebih tipis dan selaput lendir
Jawetz, dkk., 2005; Anonim, 1993 Fungsi lain dari membran sel selain menjaga osmotik, adalah:
i. Dinding sel memegang peranan penting dalam proses pembelahan sel. ii. Dinding sel melaksanakan sendiri biosintesa untuk membentuk
dinding sel. iii. Berbagai lapisan tertentu pada dinding sel merupakan determinan dari
antigen permukaan kuman.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv. Pada kuman Gram negatif, salah satu lapisan dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin yang tidak spesifik, yaitu lipopolisakarida LPS.
e Flagel: Flagel bakteri merupakan alat tambahan pada sel yang menyerupai benang dan seluruhnya terdiri atas protein, dengan garis tengah 12-30 nm.
Flagel merupakan organ pergerakan lokomasi bakteri, membuat organisme mampu untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mucus pejamu.
Flagel bakteri terdiri atas suatu jenis subunit protein, yang dinamakan flagelin. Flagel dapat tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel atau di
banyak tempat. Berdasarkan susunannya tersebut, flagel dikenal ada 3 jenis: i. Monotrika flagel tunggal dan terdapat di bagian ujung kuman
ii. Lofotrika lebih dari satu flagel di satu bagian polar kuman iii. Peritrika flagel terdapat di seluruh sisi sel
f Pili Fimbria: Banyak bakteri Gram negatif memiliki tonjolan pada permukaan sel yang kaku yang dinamakan pili atau fimbria. Pili lebih pendek
dan lebih halus daripada flagel, dan terdiri atas subunit-subunit protein yang disebut pilin. Terdapat 2 kelas pili:
i. Pili biasa, yang memegang peranan dalam perlekatan bakteri simbiosis pada sel inang
ii. Pili seks, yang bertanggung jawab atas perlekatan antara sel donor dan penerima pada konjugasi bakteri
g Virulensi bakteri patogen tertentu tidak hanya bergantung pada produksi toksin tetapi juga pada “antigen kolonisasi”, yang sekarang dikenal sebagai
pili biasa yang memberikan sifat-sifat perlekatan pada sel Jawetz, dkk., 2005; Anonim, 1993.
h Endospora: Anggota beberapa genus bakteri dapat membentuk endospora. Pada beberapa kuman akan mengadakan diferensiasi membentuk spora bila
keadaan lingkungannya menjadi jelek, misalnya bila medium disekitarnya kekurangan nutrisi. Spora merupakan sel istirahat yang sangat tahan terhadap
kekeringan, panas, dan zat-zat kimiawi. Bila keadaan lingkungan makanan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menguntungkan kembali bagi kehidupan sel, spora akan berkecambah dan menghasilkan satu sel vegetatif Jawetz, dkk. 2005; Anonim, 1993.
2.4.2. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan