Scanning Electron Microscope SEM

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ii. Metode sumuran yaitu membuat sumuran pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak sumuran disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian sumuran diisi dengan larutan yang akan diuji. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan disekeliling sumuran. iii. Difusi cakram yaitu dengan menginokulasi pelat agar dengan biakan dan membiarkan zat yang memiliki potensi antibakteri berdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandung zat antibakteri di letakkan di permukaan pelat agar yang mengandung organisme yang diuji. Konsentrasi menurun sebanding dengan luas bidang difusi. Pada jarak tertentu pada cakram, antibakteri berdifusi sampai pada titik zat antibakteri tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas zat antibakteri ditunjukkan oleh zona hambat. Zona hambat tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antibakteri terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan penggaris Harmita, 2008.

2.8.2. Metode Dilusi Pengenceran

Mengencerkan zat antibakteri dan dimasukkan ke dalam tabung- tabung reaksi steril. Ke dalam masing-masing tabung itu ditambahkan sejumlah mikroba uji yang telah diketahui jumlahnya. Pada interval waktu tertentu, dilakukan pemindahan dari tabung reaksi ke dalam tabung-tabung berisi media steril yang lalu diinkubasikan dan diamati penghamabatan pertumbuhan Kusmiyati, 2007. Metode ini berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan mikroorganisme dalam larutan zat antibakteri dalam media cair Harmita, 2008.

2.9. Scanning Electron Microscope SEM

SEM Scanning Electron Microscope adalah alat yang digunakan untuk mempelajari morfologi permukaanukuran butiran. SEM adalah sebuah instrument berkekuatan besar dan sangat handal yang dipadukan dengan EDX Energy X-Ray Spectroscopy sehingga dapat digunakan untuk memeriksa, observasi, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karakterisasi struktur terkecil benda-benda padat dari material organik maupun anorganik yang heterogen serta permukaan bahan dengan skala mikrometer bahkan sampai sub-mikrometer yang menggunakan sumber medan emisi dan mempunyai resolusi gambar 1,5 nm Abdullah, 2012; Fitriana, 2010. Salah satu penggunaan instrumen SEM adalah untuk mendapatkan gambar topografi dalam rentang pembesaran 10-10.000X. Selain itu juga dapat menentukan sifat dari bahan yang diuji baik sifat fisik, kimia maupun mekanis sehingga didapatkan informasi mengenai ukuran partikel dari mikrostruktur yang terbentuk dan komposisi unsurnya Fitriana, 2010; Liani, 2012. Penampakan tiga dimensi dari bayangan yang diperoleh berasal dari kedalaman yang besar yang ditembus oleh medan SEM. Jenis-jenis sinyal hasil dari interaksi antara berkas elektron dengan sampel diantaranya adalah electron secunder, electron backscattered, karakteristik x-ray dan foton lain. Untuk SEM, signal yang sangat penting adalah electron sekunder dan electron backscattered karena kedua signal ini bervariasi sebagai akibat dari perbedaan topografi permukaan manakala berkas elektron tersebut mengenai permukaan sampel Goldstein et al., 2003; Febriana, 2012. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.1. Skema Alat SEM Berikut perbandingan morfologi bakteri yang diamati dengan SEM membandingkan bakteri kontrol dengan bakteri yang telah diberi perlakuan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.2. Morfologi Bakteri a Staphylococcus aureus kontrol b Staphyloccus aureus dengan perlakuan 5 ekstrak etanol biji melinjo c Pseudomonas aeruginosa kontrol d Pseudomonas aeruginosa dengan perlakuan 5 ekstrak etanol kulit melinjo Sumber gambar Jan, 2011; http:www.sciencephoto.com

2.10. Gas Chromatography – Spectroscopy Mass GC-MS

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respon Morfologi dan Fisiologi Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Aplikasi Pupuk Magnesium Dan Nitrogen

3 97 84

Uji Kompatibilitas Mikoriza Vesikular Arbuskular Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guimensis Jacq) di Pembibitan Pada Media Tanam Histosol dan Ultisol

0 26 82

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Respon Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Media Kombinasi Gambut Dan Tanah Salin Yang Diaplikasi Tembaga (Cu) Di Pembibitan Utama

0 42 79

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Daun Gandasil D Pada Tanah Salin Yang Diameliorasi Dengan Pupuk Kandang

1 28 184

Kemampuan AntiFungi Bakteri Endofit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Ganoderma boninenese Pat

5 53 66

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75