UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Deskripsi Kelapa Sawit 2.1.1.
Taksonomi Kelapa Sawit Allorerung, 2010
Kelapa sawit termasuk famili Arecaceae dulu Palmae, sub famili Cocoideae, genus elaies yang mempunyai 3 spesies yaitu E. guineensis Jacq, E. oleifera HBK
Cortes dan E. odora W. Spesies pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan. Dua spesies lainnya terutama digunakan untuk menambah
keanekaragaman sumber daya genetik dalam rangka program pemuliaan. Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Divisi : Embryophyta siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Aracaceae Dahulu Palmae
Sub-famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : E. guineensis Jacq.
2.1.2. Klasifikasi Kelapa Sawit Allorerung, 2010
Berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu:
a Dura, mempunyai cangkang tempurung tebal 6-8 mm porsi mesokarp terhadap buah sekitar 35-65 dura Deli, kernel besar, tetapi minyak
terekstrak rendah, 17-19. Cangkang tebal dura diduga dapat memperpendek umur mesin pengolah.
b Pisifera, tanpa cangkang, kernel kecil dengan lapisan fiber tipis, proporsi mesokarp tinggi dan kadar minyak terekstrak tinggi, tetapi sebagian besar
betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c Tenera. Merupakan hasil silangan antara dura dan pisifera sehingga mempunyai karakteristik gabungan antara dura dan pisifera sehingga
meminimalisir kelemahan masing-masing. Kernel berukuran sedang dengan cangkang menjadi lebih tipis 0,5-4 mm. Proporsi mesokarp tinggi 60-95
dan kadar minyak 22-25, bahkan ada yang mencapai 28. Dengan demikian maka hibrida tenera menjadi bahan tanam yang digunakan dalam
budidaya komersial, sedangkan dura dan pisifera terus digunakan untuk menemukan varietas unggul baru.
2.1.3. PenyebaranHabitat Kelapa Sawit Pahan, 2006
Kelapa sawit E. guineensis diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang
lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau setengah
liar di sepanjang tepi sungai. Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamily Cococideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan, termasuk spesies E. oleifera
dan E. odora. Walaupun demikian, salah satu famili Cocoideae adalah tanaman asli
Afrika. 2.2.Pirolisis
Pirolisis atau pengarangan adalah suatu proses pemanasan pada suhu tertentu dari bahan-bahan organik dalam jumlah oksigen sangat terbatas. Proses ini
menyebabkan terjadinya proses penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk metanol, uap-uap asetat, tar-tar dan hidrokarbon Eero, 1995
dalam Indah, dkk., 2009.
Pirolisis merupakan proses dekomposisi bahan yang mengandung karbon, baik yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun barang tambang menghasilkan
arang karbon dan asap yang dapat dikondensasi menjadi destilat. Umumnya, proses pirolisis dapat berlangsung pada suhu di atas 300
C dalam waktu 4-7 jam Paris et al., 2005 dalam Sutin 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis berarti penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa karena
panas pada suhu lebih dari 150 C Kamaruddin et al. 1999 dalam Marasabessy 2007.
Proses pirolisa melibatkan berbagai proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi. Reaksi-reaksi yang terjadi selama pirolisa kayu adalah:
penghilangan air dari kayu pada suhu 120-150 C, pirolisa hemiselulosa pada suhu
200-250 C, pirolisa selulosa pada suhu 280-320
C dan pirolisa lignin pada suhu 400
C. Pirolisa pada suhu 400 C ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas
organoleptik yang tinggi dan pada suhu lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti
kenaikan linier senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis Girrard 1992; Maga, 1988 dalam Luditama 2006.
2.3.Asap Cair 2.3.1.
Pengertian
Asap cair merupakan hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan yang banyak mengandung
karbon serta senyawa-senyawa lain, bahan baku yang banyak digunakan adalah kayu, bongkol kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu, dll Amritama, 2007.
Menurut Simon et al. 2005 asap cair diperoleh dengan teknis pirolisis, dimana senyawa-senyawa yang menguap secara simultan akan ditarik dari zona panas dan
akan berkondensasi pada sistem pendingin. Sedangkan menurut Darmadji 1995 asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah
besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Hasil pirolisis dari senyawa sellulosa,
hemisellulosa dan lignin diantaranya akan menghasilkan asam organik, fenol, karbonil Himawati, 2010; Marasabessy, 2007.
Asap cair merupakan dispersi uap dalam cairan sebagai hasil kondensasi asap dari pirolisa kayu, batok kelapa dan cangkang kelapa sawit. Asap yang dihasilkan
dari pirolisis kemudian dikondensasi sehingga diperoleh asap cair. Cairan yang dihasilkan mengandung senyawa fenol, asam, karbonil, senyawa tar, air dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
benzopiren Indah, dkk., 2009. Cuka kayu asap cair sangat asam, cairan bening dengan warna kekuningan atau kecoklatan Gunarso, dkk., 2009.
2.3.2. Kandungan Kimia