dimiliki masyarakat. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh pak Yatno.
Beliau mengemukakan alasan kendala dalam mengikuti kegiatan produksi.
“ saya nggak ikut kegiatan pembuatan pupuk mbak, saya milih beli aja, saya sebenarnya juga punya bahan untuk buat pupuk itu mbk,
tapi mending saya kasih ke pak Sukirin dan saya dapat pupuk yang
sudah jadi mbk.”
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti baik dari hasil data observasi, wawancara, maupun dokumentasi peneliti terhadap subjek yang
diteliti, maka peneliti akan melakukan pembahasan mengenai partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan melalui pembuatan pupuk organik di Desa
Blagung sebagai berikut.
4.2.1. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pembuatan
Pupuk Organik
Program pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan pupuk organik di Desa Blagung merupakan program yang bertujuan untuk memanfaatkan limbah
kotoran hewan yang dimiliki masyarakat Desa Blagung agar limbah tersebut memiliki nilai ekonomis. Masyarakat dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki
merupakan harapan dari pengelola program sehingga masyarakat yang mengikuti program pemberdayaan tersebut dapat menjadi masyarakat mandiri dan menjadi
masyarakat yang berdaya. Hasil dari program pemberdayaan melalui pembuatan pupuk organik di Desa Blagung menunjukan bahwa sebagian masyarakat yang
memiliki limbah kotora hewan dapat menfaatkan limbah kotoran hewan untuk digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah pertanian
masyarakat, penggunaan pupuk organik tersebut sekaligus mengurangi
penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak kesubaran tanah. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Wijaya
2002: 77 mengatakan tujuan dari pemberdayan masyarakat adalah untuk membangkitkan segala kemampuan yang ada pada masyarakat untuk mencapai
tujuan pertumbuhan motivasi, inisiatif, kreatif serta penghargaan dan pengakuan
bagi mereka yang berprestasi.
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya membutuhkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan. Apabila
program pemberdayaan diharapkan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat, maka program pemberdayaan tersebut harus sesuai dengan persoalan dan
kebutuhan masyarakat yang akan ditingkatkan taraf hidupnya Soetomo 2013: 95. Pelaksanaan pemberdayaan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan pupuk organik, dalam pelaksanaan pemberdayaan tersebut tidak hanya pihak pengelola
yang melaksanakn kegiatan tersebut. Pelibatan masyarakat dan pemerintah desa dalam pelaksanaan
pemberdayaan di Desa Blagung yang diselenggarakan oleh pengelola program dikarenakan dengan adanya pelibatan masyarakat akan mempermudah
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan, baik dalam pemenuhan kegiatan pemberdayaan maupun dalam mengelola dan mengembangkan hasil dari program
pemberdayaan. Pelibatan masyarakat dan berbagai pihak dari pemerintahan berfungsi untuk pemenuhan fasilitas pelaksanaan kegiatan pemberdayaan serta
sebagai steakholder kegiatan pemberdayaan.
Selain masyarakat dan pemerintah Desa Blagung pihak pengelola juga melibatkan Bapermasdes Kabupaten Boyolali, perusahaan-perusahaan pupuk ,
tokoh-tokoh masyarakat, serta kelompok tani. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soetomo 2013: 103-104 tentang operasional konsep
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang menyangkut institusi lokal meny
atakan bahwa” institusi lokal dalam pelaksanaan pemberdayaan perlu adanya institusi lokal sebagai pendewasaan dan penyempurnaan penyelenggaraan
kegiatan, pendewasaan dan penyempurnaan tersebut melalui kegiatan monitoring dan evaluasi”.
Pelaksanaan program pemberdayaan melalui pembuatan pupuk organik di Desa Blagung menghasilkan beberapa kegiatan, kegiatan tersebut seperti; a
kegiatan sosialisasi, b kegiatan belajar, c pengalihan penggunaan pupuk kimia menjadi pupuk organik, d produksi pupuk , e pemasaran. Kegiatan sosialisasi
merupakan tahap pengenalan dan penyadaran masyarakat tentang perlunya pihak pengelola mengadakan program pemberdayaan serta untuk menyadarkan
masyarakat khususnya para petani tentang pentingnya menggunakan pupuk organik bagi kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sulistyani 2004: 83 bahwa tahap pertama dalam proses pembelajaran
pemberdayaan ialah
“Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri. Tahap ini menggambarkan bahwa pihak pemberdaya berusaha menciptakan prakondisi, agar dapat memfasilitasi
berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Apa yang diintervensi
dalam masyarakat
sesungguhnya lebih
pada kemampuan efektifnya untuk mencapai kesadaran konatif yang
diharapkan. Seutuhnya penyadaran akan lebih membuka keinginan
dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat itu, dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang
perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan pemberdayaan merupakan proses kegiatan belajar mengajar, dimana masyarakat belajar bagaimana cara
membuat pupuk organik secara benar, mengetahui manfaat dari penggunaan pupuk organik. Berdasarkan hasil wawancara, proses pembelajaran pada
pemberdayaan masyarakata di Desa Blagung yang berlaku sebagai tutor ialah pihak pengelola sendiri dan yang menjadi warga belajar ialah masyarakat Desa
Blagung terutama ketua dari kelompok tani. Metode yang digunakan oleh tutor dalam menyampaikan materi ialah metode ceramah, dimana dengan metode
ceramah diharapkan masyaakat dapat menerima materi dengan mudah. Hal tersebut sesuai tahap pelaksanaan pemberdayaan yang dikemukakan oleh
Sulistyani 2003: 84 yaitu “ Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran dalam pembangunan.”
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasaran dilakukan ketika masa tanam dan apabila menerima pesanan, proses
produksi tidak dilakukan setiap hari karena tempat penyimpanan yang kurang memadai. Proses produksi memakan waktu sekitar 20 hari setelah bahan utama
yaitu limbah kotoran hewan dirasa sudah siap untuk digiling atau di produksi. Pemasaran produk pupuk organik sudah sampai luar kabupaten, biasanya daerah
pegunungan yang banyk menananm sayuran seperti Selo di daerah Boyolali,
Kopeng di daerah Salatiga, dan Ambarawa yang memesan produk pupuk dalam jumlah yang banyak.
4.2.2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pemberdayaan