2.2.7 Proses Pemberdayaan
Menurut Widjajanti 2011: 18 proses pemberdayaan merupakan proses yang melibatkan masyarakat untuk bekerjasama dalam kelompok formal maupun
nonformal untuk melakukan kajian masalah, merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi terhadap program yang telah direncanakan bersama. Proses
pemberdayaan diukur melalui a kualitas dan kuantitas keterlibatan masyarakat mulai dari kegiatan kajian atau analisis masalah, b perencanaan program, c
pelaksanakan program, d keterlibatan dalam evaluasi secara berkelanjutan. Soetomo
2013: 95-124
mengemukakan apabila
program pembangunan diharapkan dapat meningkatkan kehidupan masyarakat, maka
program tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan persoalan masyarakat yang akan ditingkatkan taraf hidupnya. Langkah-langkah pemberdayaan sebagai
berikut: 1 reorientasi merupakan peninjauan ulang terhadap pemberian kewenangan kepada steakholder, reorientasi perlu dilakukan karena perspektif
memiliki orientasi dan pandangan yang berbeda tentang kapasitas masyarakat dan tentang posisi masyarakat dalam hubungannya dengan berbagai pihak terutama
Negara dan pasar. 2 gerakan sosial dapat menciptakan iklim sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang mendorong pengambilan kebijakan
untuk memperlihatkan nilai pemberdayaan dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan masyarakat. 3 institusi lokal sebagai pendewasaan dan
penyempurnaan penyelenggaraan kegiatan, pendewasaan dan penyempurnaan tersebut melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. 4 pengembangan kapasitas
merupakan unsur utama dari proses pemberdayaan disamping pemberian
kewenangan. Pada dasarnya dapat digunakan dua prinsip dasar dalam penyampaian stimuli eksternal agar hasilnya cukup efektif.Pertama, stimuli
eksternal harus dapat berfungsi sebagai instrument untuk menggali dan mengaktualisasikan potensi dan modal sosial dalam masyarakat.Kedua,
pendekatan yang digunakan dalam memberikan stimuli harus disesuaikan dengan kapasitas kelembagaan.Semakan meningkat kapasitas kelembagaan kapasitas
dalam masyarakat, semakin berkurang proporsi stimuli eksternal yang yang diberikan.
Sulistiyani 2004: 118 mengemukakan proses pemberdayaan adalah seluruh kegiatan langkah-langkah secara bertahap yang dilakukan dalam rangka
pemberdayaan agen
pembaharu, yang
terdiri dari:
1 Pendekatan
capacitybuilding untuk memberdayakan kelembagaaan agen pembaharu, 2 Pendekatan new publicmanagement NPM untuk meningkatkan kemampuan
manajerial agen pembaharu secara internal, 3 Pendekatan kinerja untuk peningkatan kinerja organisasi agen pembaharu, 4 Pendekatan substansial
melalui pengorganisasian knowledge, attitude, practice KAP agar agen pembaharu menguasai aspek dan subtansi kemiskinan, mampu menentukan solusi
dan pendekatan yang tepat untuk menciptakan kemandirian masyarakat. Pemberdayaan tidak bersifat selamanya,melainkan sampai target
masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepasuntuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jauh lagi Sulistiyani, 2004:83. Sebagaimana
disampaikan bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat
akanberlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Tahap ini menggambarkan bahwa pihak pemberdaya berusaha menciptakan prakondisi, agar
dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Apa yang diintervensi dalam masyarakat sesungguhnya lebih pada kemampuan efektifnya
untuk mencapai kesadaran konatif yang diharapkan. Seutuhnya penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat itu,
dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran dalam pembangunan. Masyarakat akan mengalami proses
belajar tentang pengetahuan dan kecakapan keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang terjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan ini akan
menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan dan menguasai kecakapan keterampilan dasar mereka butuhkan. Masyarakat akan hanya dapat memberikan
peran partisipasinya pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut atau objek pembangunan saja. Belum mampu menjadi subjek dalam
pembangunan. 3.
Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
kemandirian. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi dan melakukan inovasi-
inovasi di lingkungannya. Apabila masyarakat telah mencapai tahap ini, maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan. Konsep pembangunan
masyarakat menggambarkan bahwa pada kondisi seperti ini seringkali didudukan pada subjek pembangunan atau pemeran utama. Pemerintah tinggal menjadi
fasilitator saja. Sebagaimana disampaikan diatas bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap.
2.2.7. Hambatan-hambatan pemberdayaan