Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
melawan pemikiran Wahhabi. Pemerintah Amerika waktu itu juga menekan pemerintah Yaman untuk memberantas AlQaeda.
7
Namun segalanya berubah total pada tahun 2003. Sekitar 650 anggota Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin ditahan dan dijebloskan ke dalam penjara akibat
menyerukan slogan mampus Amerika dan mampus Israel. Upaya keras Husein Al-Houthi dan teman-temannya untuk membebaskan mereka tidak kunjung
berhasil, bahkan mencapai jalan buntu. Sejak saat itu friksi antara Gerakan AlSyabab Al-Mukmin dengan pemerintah semakin lebar. Awalnya pemerintah
menekan gerakan ini lewat politik, namun lambat laun tekanan ini mulai memasuki tahapan militer dan hal itu terus berlangsung hingga saat ini. Kini
konstelasi politik Yaman telah berubah seratus delapan puluh derajat. Bila sebelumnya untuk mencegah penyebaran Wahhabi, pemerintah memanfaatkan
Husein Al-Houthi dan para pendukungnya, kini pemerintah malah meminta bantuan Wahhabi untuk menumpas Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin.
Dalam pemberontakannya, Kelompok Syi’ah Houthi bergabung dengan
banyak kelompok separatis, kabilah, dan sebagian kalangan Zaidiyah. Meleburnya sebagian pengikut Zaidiyah ke dalam barisan pemberontak Houthi bukan
sepenuhnya karena kedekatan ideologi, tapi juga faktor kemiskinan Yaman Utara akibat ketidakadilan pemerintah di Yaman Selatan. Pada tahun 2004 Pemerintah
Yaman memulai penyerangan kelompok Syi’ah Houthi di pegunungan utara
negaranya dengan dalih bahwa kelompok ini menuntut ditegakkannya Keimaman
7
ANTARA Ngawur Anggap Al-Houthi Pemberontak Syiah Yaman diakses pada tanggal 06 Juni 2015 diunduh dari
http:indonesian.irib.irindex.php?option=com_contenttask=viewid=18214Itemid=59
Imamah Zaidiyah. Tuduhan ini memberikan gambaran bahwa kelompok Syi ’ah
ini menginginkan kedaulatan sendiri dengan ke-Imam-an sendiri. Maka pemerintahan Sanaa menggunakan tuduhan separatis sebagai alasan rasional
bagi mempertahankan kedaulatannya yang terancam oleh anak bangsanya sendiri. Dengan pola pandang ini maka konflik yang terjadi antara pemerintah
Yaman dengan kelompok Syi’ah Houthi diyakini sebagai perang untuk menangkal gerakan separatis, yang kemudian dapat juga dikatakan hanya sebagai
civil war. Tetapi, jika dipelajari latar belakang dibalik pola pikir ini maka akan
ditemukan banyak hal yang tidak sama dengan slogan atau dalil yang dinyatakan oleh pemerintah Yaman melalui media massanya. Husein Badruddin Al-Houthi,
dinyatakan sebagai tokoh sentral yang memicu konflik. Tuduhan pemerintah menyatakan bahwa ia telah mengorganisasi Syabab Al-Mukminin Pemuda
Mukminin untuk menegakkan syariat di propinsi disebelah utara, Saada. Propinsi yang sudah dikenal sebagai daerah miskin yang ditinggalkan oleh pemerintah.
Karena kondisi inilah maka pemimpin masyarakat daerah itu, seperti Husein Badrudin Al-Houthi menuntut pemeritah untuk memperhatikan daerah yang
masih menjadi bagian dari kedaulatan Yaman. Maka jadilah ini sebagai dalil bagi pemerintah untuk menyatakan bahwa daerah yang mayoritas penduduknya Syiah
Zaidiyah ini dianggap sebagai pergerakan masyarakat untuk menentang pemerintah guna mendirikan ke-imamah-an dengan membuat gerakan Syabab Al-
Mukminin.
Menteri Pertahanan Yaman melalui situs resminya menyatakan bahwa memerangi kelompok Syabab Al-Mukimin merupakan jihad. Fatwa berupa
seruan ini lansung ditanggapi posistif oleh kelompok Salafi Yaman. Dengan dukungan keponakannya, Jenderal Ali Muhsin Al-Ahmar, Presiden Yaman
Abdullah Bin Saleh menggerakkan masa untuk memerangi kelompok Syiah. Jadi secara lokal tampak terjadi gejolak peperangan antar kelompok agama dengan
alasan separatis negara. Hukum Jihad digunakan oleh pemerintah untuk menarik kelompok Salafi bergabung dengan pemerintah. Jenderal Ali Muhsin Al-Ahmar
adalah seorang yang membantu Osama bin Laden merekrut orang untuk dijadikan tentara Salafi di Afganistan pada tahun 1980-an.
8
Pemerintah menggunakan Salafi Jihadi untuk memerangi Syi ’ah di utara
negeri dengan dalih bahwa orang Syi ’ah ini hendak mendirikan pemerintahan atau
Imamah Syiah di perbatasan Yaman dan Saudi. Selain itu, Abdullah Saleh juga menuntut kabilahnya Hashid untuk ikut dalam jihad itu. Maka tua dan muda
juga anak anak ikut di mobilisasi kemudian diberangkatkan ke medan perang melawan kelompok Syiah Al Houthi. Pemerintah Qatar berupaya memediasi
kedua belah pihak tersebut ke meja perundingan pada tahun 2008. Namun, kesepakatan yang diperantarai Qatar itu pecah. Selain itu, pemerintah Yaman
mengklaim berhasil menewaskan dua pemberontak Al-Houthi, yaitu Mohsen Hadi Al-Qaoud dan Saleh Jarman. Keduanya terbunuh di Haraf Sufyan, di wilayah
Amran. Dengan tewasnya dua tokoh pemberontak ini nampaknya akan
8
Konflik Huthi, Separatisan atau Strategi Internasional, diakses pada tanggal 06 Juni 2015; diunduh dari http:www.islamtimes.orgvdcb8wb8.rhbs5pnqur.html
mempengaruhi perjuangan serta gerakan pemberontakan yang dilakukan kelompok Syiah di wilayah utara.
Usaha-usaha mediasi untuk mengakhiri pemberontakan ini telah melibatkan berbagai negara termasuk pemerintah Iran. Para pemberontak Al-
Houthi menuntut untuk pembebasan semua tahanan, membangun kembali propinsi Sa’ada, dan memungkinkan mereka untuk membentuk partai politik.
Sebelum revolusi 1962, bagian utara adalah dipimpin oleh sistem Imamah dimana garis keturunan Nabi Muhammad cucu rasul menguasai daerah yang berbatasan
dengan Arab Saudi. Sa’ada, sebuah propinsi di Yaman utara adalah sebuah cabang dari muslim Syiah , tetapi kepercayaan mereka dianggap akidahnya
berseberangan dengan muslim Sunni. Asap pemberontakan Al-Houthi yang berkepul hebat dari Juni hingga
Oktober 2009, sebenarnya tak jauh berbeda dengan peristiwa pembangkangan Husein Al-Houthi di tahun 2004 silam. Pemerintah Yaman di selatan menuding
Al-Houthi ingin menggulingkan sistem pemerintahan dan menggantikannya dengan imamah. Sedangkan Al-Houthi yang didukung penduduk Yaman Utara
menuding pemerintah Yaman melakukan diskriminasi dan marginalisasi ekonomi kawasan Saada di utara Yaman.
9
Di tahun 2009, motif konflik sebenarnya cukup kecil, yaitu pada Juni 2009 lalu pemerintah Yaman menuduh Houthi menculik 9 WNA yang piknik di Prov.
Saada. Tuduhan ini berlarut-larut hingga pemerintah melancarkan Operasi Bumi
9
Konflik Huthi, Separatisan atau Strategi Internasional, diakses pada tanggal 06 Juni 2015; diunduh dari http:www.islamtimes.orgvdcb8wb8.rhbs5pnqur.html
Hangus Scorched Earth pada 11 Agustus yang menelan banyak korban. Menurut Palang Merah Internasional,konflik Yaman tahun 2009 mengakibatkan
sekitar 30.000 warga sipil terlantar. Sejak pemberontakan Houthi 2004-2009, total korban tewas mencapai sekitar 1.000 orang dan 150.000 jiwa lainnya terlantar.
Sedangkan menurut situs resmi Yaman, jumlah korban tewas mencapai 5.000 orang dan 500.000 lainnya mengungsi.
Kadang-kadang konflik di Yaman digambarkan sebagai masalah pemahaman ideologi, namun banyak analisberpendapat bahwa konflik tersebut
tidak lebih dari perebutan kekuasaan. Namun, beberapa pengamat ekonomi menyoroti keluhan dari suku-suku utara itu. Selanjutnya, pemberontak menuduh
pemerintah memberikan kebijakan lebih pada Sunni yang mayoritas suaranya di Yaman.
10
Motif ideologis juga berperan. Isu penyeimbangan antara komunitas Salafi dan Zaidi juga tersebar. Di sisi lain, kedekatan ideologi pencetus sekaligus
pemimpin Al- Houthi dengan Syi’ah Itsna Asyariah di Iran, menjadikan konflik
internal Yaman melebar kekonflik regional. Di mana Al-Houthi disokong Iran dan pemerintah Yaman disokong oleh Arab Saudi karena persamaan ideologi.
Meskipun sering dilaporkan tentang kesediaan Al-Houthi menerima syarat tersebut namun kenyataan di lapangan menunjukkan perkembangan lain yakni
pertempuran masih berlangsung sehingga timbul kecurigaan kuat tentang adanya keterlibatan asing Iran termasuk pasokan senjata canggih lewat perbatasan Arab
10
Konflik Huthi, Separatisan atau Strategi Internasional, diakses pada tanggal 06 Juni 2015; diunduh dari http:www.islamtimes.orgvdcb8wb8.rhbs5pnqur.html
Saudi dan tapal batas laut Yaman yang tidak terjangkau pengawasan aparat pengawal pantai.
Perang Sa`ada yang sangat menyedot anggaran Yaman diperkirakan masih akan berlanjut dan nampaknya dapat dihentikan bila Yaman bersedia minta juru
penengah dari negara-negara besar kawasan terutama Iran dan Arab Saudi sehingga dapat dicapai persetujuan permanen bukan persetujuan setengah hati
yang selama ini tercapai antara Al-Houthi dengan pemerintah sejak perang meletus secara sporadis pada pertengahan tahun 2004.
Hingga saat ini, keadaan negara Yaman masih terus bergejolak. Pada 27 Januari 2011, gelombang protes mencapai Yaman. Warga menuntut turunnya
Presiden Yaman saat itu, Ali Abdullah Saleh. Protes-protes yang terjadi menimbulkan banyak korban jiwa. Sampai Presiden Ali Abdullah Saleh mundur
dari jabatan, korban jiwa dari warga sipil telah mencapai 2.000 orang lebih. Keadaan ini diperparah dengan aktifnya kelompok Al Qaeda Semenanjung Arab
AQAP yang berkonflik dengan Pemerintah Yaman. Pada 24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mundur dari
jabatan Presiden Yaman. Pihak oposisi kemudian menunjuk Wakil Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi untuk menggantikannya. Penunjukan Hadi sebagai Presiden
Yaman langsung mendapat reaksi kvveras dari AQAP yang menuduhnya antek Amerika Serikat AS. Ketidakstabilan politik di Yaman yang terjadi selama
upaya penggulingan Ali Abdullah Saleh menjadi celah bagi kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah untuk coba merebut kekuasaan dari
pemerintah.
Konflik antara Pemerintah Yaman dengan Kelompok Houthi sebenarnya berlangsung jauh sebelum gelombang Arab Spring melanda. Konflik ini
disebabkan perbedaan perlakuan pemerintah terhadap warga Syiah Yaman. Keadaan Yaman makin memanas dengan memuncaknya konflik Sektarian Syiah
yang diwakili oleh Kelompok Houthi dengan kaum Sunni yang berada di pihak Pemerintah Yaman.
Pada 17 September 2014, pertempuran antara pasukan Pemerintah Yaman dengan Kelompok Houthi berlangsung di tepi ibu kota Sanaa. Pasukan
pemberontak menghujani Sanaa dengan serangan mortir. Kemudian pada 20 September 2014, gedung stasiun televisi milik Pemerintah Yaman dibakar setelah
konflik antara mereka dengan Kelompok Houthi semakin panas. Beberapa gedung lain juga menjadi rusak parah. Televisi Yaman telah meminta bantuan
internasional dan nasional untuk melakukan evakuasi. Pada 24 September 2014, Perdana Menteri Yaman Salem Basindwa mengundurkan diri sebagai syarat
pembicaraan gencatan senjata yang diajukan oleh Kelompok Houthi. PM Salem digantikan oleh Khaled Bahhah. Kemudian pada 20 Januari 2015, Kelompok
Houthi menyerang Istana PM Yaman setelah sehari sebelumnya menyerang istana kepresidenan. Serangan ini diakhiri dengan gencatan senajata oleh kedua belah
pihak. Selanjutnya, pada 23 Januari 2015, Abd Rabbo Mansour Hadi menyatakan mundur dari jabatan Presiden Yaman. Mundurnya Hadi membuat kekuasaan di
Yaman lowong. Pemerintahan bentukan Kelompok Houthi tidak mendapat dukungan dari warga Yaman. Februari 2015, Beberapa negara menutup kedutaan
mereka di Yaman karena mengetahui situasi di Sanaa semakin buruk. 22 Februari
2015, Presiden Hadi berhasil melarikan diri ibu kota Sanaa dengan bantuan Dewan Keamanan PBB. 24 Februari 2015, Presiden Hadi menarik pengunduran
dirinya. Dia kemudian mengumumkan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman. 20 Maret 2015, dua bom bunuh diri mengguncang Yaman, menewaskan 142
orang dan melukai ratusan lainnya. Kel vompok militan ISIS mengaku bertanggung jawab atas kejadian ini, sekaligus mengumumkan keterlibatan
mereka dalam konflik.
11
23 Maret 2015, Presiden Hadi mengumumkan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman, sekaligus meminta bantuan dari Arab Saudi
dan negara-negara Teluk untuk memulihkan kekuasaannya di sana. 26 Maret 2015, Arab Saudi bersama sembilan negara lainnya menyanggupi permintaan
Presiden Hadi dan memulai serangan udara ke Yaman. Penyerangan „Koalisi Liga Arab’ yang tergabung dalam operasi militer
bernama ‘Amaliyah ‘Ashifah al Hazm’ yang memiliki arti Badai Tegas terhadap
pemberontak Houthi di Yaman cukup menyedot perhatian Indonesia dan dunia Internasional. Operasi militer yang dikomandoi oleh Arab Saudi ini sontak
menjadi headline pemberitaan di berbagai media massa. Sejak awal penyerangan pada 26 Maret 2015 lalu, berbagai pemberitaannya dapat disaksikan dilayar kaca
dan media cetak, akan tetapi pemberitaan terkait peristiwa tersebut dibingkai menurut idieologi pembuat berita, disinilah letak pentingnya media dalam
pembentukan opini di masyarakat. Media massa memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembentukan opini publik pada suatu peristiwa
11
Kronologi Konflik
Yaman Hingga
Kini Diakses
dari http:news.okezone.comread20150328181125649kronologi-konflik-yaman-hingga-kini
pada tanggal 7 Juni 2015.
tertentu bahkan terkadang membuat audiensnya tidak sadar akan persitiwa yang sesungguhnya terjadi.
Menurut Reese and Shoemaker, setiap berita yang disajikan oleh media tentunya telah didesain sesuai dengan “kepentingan” media baik secara internal
maupun eksternal. Dengan demikian, maka teks media sangat dipengaruhi oleh pekerja media secara individu, rutinitas media, organisasi media itu sendiri,
institusi diluar media, dan oleh ideologi.
12
Menurut Innis, media merupakan perpanjangan tangan dari pikiran manusia dan beranggapan bahwa kecenderungan
utama dalam periode sejarah mana pun adalah pengaruh media yang berkuasa saat itu. Dengan kata lain, apa yang terjadi dan apa yang tampak penting dalam suatu
periode sejarah ditentukan oleh media.
13
Berita atau pesan yang ditampilkan oleh media seringkali dimaknai apa adanya oleh masyarakat. Artinya, masyarakat lebih terpengaruh pada judul berita
yang dimunculkan dan kesan yang disimpulkan oleh media massa daripada menganalisis secara mendalam isi berita tersebut. Padahal dalam kenyataannya
sering terjadi misinformasi dan misinterpretasi antara apa yang seharusnya disampaikan dan kenyataan yang diterima oleh pembaca.
14
Menurut Robert N. Entman seperti dikutip Eriyanto, media melakukan framing dalam dua dimensi besar, yaitu proses seleksi isu dan penekanan atau
penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitasisu. Sehingga realitas yang disajikan
12
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of Influence on Mass Media Content New York: Longman Publishing Group, 1996, h. 223.
13
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, seventh edition USA: Wadsworth Publishing Company, 2001, h. 326.
14
Arifatul Choiri Fauzi, Kabar-kabar Kekerasan dari Bali Yogyakarta: LKIS, 2007, h. 5-6.
secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.
15
Dengan demikian, media massa atau pers bukanlah sesuatu yang objektif. Pers bukan alat potret mekanik yang mampu menampilkan dan menggambarkan
suatu peristiwa serta even kehidupan secara apa adanya. Keterbatasan teknis jurnalistik dan berbagai kepentingan manusia yang ada di balik media massa
menyebabkan penggambaran dan pemotretan yang dilakukan oleh pers mengalami reduksi, simplifikasi, dan interpretasi.
McLuhan menyatakan, pers merupakan alat untuk memotret suatu peristiwa tertentu dan bertindak sebagai translator yang memformulasi,
merancang, dan memformat yang ingin dicitrakan oleh pers itu sendiri.
16
Republika Online dan Islampos adalah media online berskala nasional yang cukup menonjol di Indonesia, khususnya terkait persoalan tentang Islam
dalam maupun luar negeri. Hal ini tentu saja menyebabkan kedua media yang bersegmentasi umum ini, memiliki potensi unutuk dibaca oleh berbagai kalangan
diseluruh Indonesia. Bedasarkan latar belakang diatas, penulis melihat dua media tersebut memiliki
perbedaan prinsip dalam memberitakan realitas konflik yang terjadi di Timur Tengah khususnya konflik Yaman. Hal tersebut yang menjadi alasan penulis
memilih kedua media tersebut sebagai objek penelitian skripsi ini, untuk mengetahui lebih jauh peran kedua media tersebut yang secara umum memiliki
15
Eriyanto, Analisis framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Yogyakarta: LKIS,
2007, h. 186.
16
Marshall McLuhan, Understanding Media: The Extensions of Man Cambridge: The MIT Press, h. 56
prinsip yang berbeda, sehingga menghasilkan judul
“Analisis Framing Pemberitaan Penyerangan Koalisi Negara Arab terhadap Pemberontak
Syi’ah Houthi di Yaman dalam Republika Online dan Islampos”