Profils Syi’ah Houthi

1962. 14 Dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat aktivitas keilmuan yang luas di kalangan Syi`ah Zaidiyah. Hal ini ditandai dengan banyaknya buku-buku yang dihasilkan oleh pemikir- pemikir mereka. Salah satu pendorongnya adalah salah satu kualifikasi imam yang harus mempunyai pengethuan yang luas, sedangkan mereka tidak mengakui adanya ilmu laduni. Oleh karena itu para pengarang kitab di kalangan Syi`ah Zaidiyah adalah para imam. Dalam bidang fikih Zaidiyah mempunyai pemikiran sandiri. Zaid bin `Ali sendiri berhasil menyusun sebuah kitab yang berjudul Al-Majmu`. Di antara pendapatnya dalam bidang fikih yang berbeda dengan Syi`ah lainnya adalah penetapan lima takbir dalam salat jenazah, menolak adanya mash `ala khuffain, menolak pendapat yang mengatakan bahwa imam salat harus `alim, melarang memakan daging yang disembelih oleh non- muslim, dan menolak adanya nikah mut`ah yang merupakan ciri khas Syi`ah Imamiyah. 15 Dalam bidang teologi Syi`ah Zaidiyah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Mu`tazilah. Hal ini tidak mengherankan karena Zaid bin `Ali sendiri adalah murid dari Wasil bin `Atha, pendiri Mu`tazilah. Menjelang akhir abad kesepuluh banyak pengikut Zaidiyah yang belajar di bawah bimbingan Sahib ibn `Abbad dan Qadi `Abd al-Jabbar, dua orang tokoh Mu`tazilah yang cukup dikenal. 16 Di samping itu Zaidiyah menolak segala sesuatu yang berbau mistik, bahkan tarikat-tarikat sufi dilarang di negara Zaidiyah modern. Pada masa awal perkembangannya, Syi`ah Zaidiyah terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu 14 Moojan Momen, An Introduction to Shi`i Islam h,. 50 15 H.R. Gib dan J.H. Kramers, Shorter Encyclopedia of Islam, h. 651 16 Montgomery Watt, Islamic Philosophi and Theologi, ed. XI, cet. 3 Edinburg: University Press, 1992, h. 124-5 1. Jarudiyah. Mereka adalah pengikut Abi Jarud Ziad bin Abi Ziad. Menurut mereka Nabi telah mengemukakan sifat-sifat imam sepeninggalnya. Sifat- sifat itu terdapat pada diri `Ali. Akan tetapi umat Islam saat itu tidak mengetahui sifat-sifat tersebut dan tidak berusaha mencarinya sehingga kemudian imamah jatuh ke tangan Abu Bakar. Maka kafir lah mereka itu. Pendapat kelompok ini nampaknya sudah menyimpang dari pendapat yang dikemukakan oleh Zaid bin `Ali sendiri. 2. Sulaimaniyyah. Mereka adalah pengikut Sulaiman bin Jarir. Menurut mereka imamah harus diputuskan dengan cara musyawarah. Oleh karena itu Abu Bakar dan `Umar berhak atas imamah karena dipilih berdasarkan ijtihad. Namun demikian ijtihadnya salah karena ada `Ali bin Abi Talib. Imam al-mafdul sah walaupun ada imam alafdal. Sedangkan `Usman kafir karena perbuatannya. Begitu juga dengan `Aisyah, Zubair, dan Talhah. 3. Salihiyah dan Butriyyah. Salihiyah adalah pengikut al-Hasan bin Salih bin Hayy, sedangkan Butriyyah pengikut Kasir al-Nawa al-Abtur. Walaupun tokohnya dua orang namun mereka satu mazhab karena pendapat mereka sama. Pendapat mereka tentang imamah sama seperti pendapatnya Sulaimaniyah. Bedanya mereka tawaquf tentang `Usman. Mereka tidak memberikan pendapatnya apakah `Usman itu mu`min atau kafir. 17 Pemaparan di atas merupakan telaah historis ideologi yang dianut kelompok pemberontak Syi’ah Houthi di Yaman yakni ideologi Syi’ah Zaidiyah. 17 Al-Imam Abi al-Fath Muhammad `Abd al-Karim al-Syahrastani, Al-Milal wa al- Nihal, cet. 1, Beirut: Dar al-Sadi, 1412 H1992 M h. 157-62 Hubungan Syi’ah Houthi dan Iran Ketika partai Al-Haqq mendukung ambisi separatis selatan yang dipimpin oleh Partai Sosialis Yaman, mereka menjadi sasaran aksi kemarahan partai pemerintah, Partai Kongres Rakyat, pimpinan Presiden Ali Abdullah Saleh, sehingga Hussein al-Houthi melarikan diri, diduga ia melarikan diri ke Suriah dan terakhir ia menetap di Iran di mana ia menghabiskan waktu di kota Syiah Rafidhah, Qom. Sekembalinya ke Yaman, Hussein al-Houthi memutuskan hubungan dengan Partai Al-Haqq. Dia pikir partai tersebut tidak cukup radikal dalam menantang pemerintah. Dia pindah untuk menciptakan partai Pemuda beriman pada tahun 1997 dan memimpin organisasi lebih agresif. Yang dihasilkan dari gerakan tersebut mengakibatkan perpecahan politik dan ideologis antara penganut Syiah Zaidiyah tradisional dengan Syiah Zaidiyah baru yang dipimpin oleh Hussein al-Houthi. Beberapa pemimpin suku Syiah Zaidiyah tradisional sering menuduh Syiah Houthi membawa komando dan kepentingan Iran, mengkonversi dogma Dua Belas Imam Syi’ah ke dalam Syiah Zaydiyah dan berusaha untuk mendirikan pemerintahan Syiah di utara Yaman. Pada tahun 2004, pengikut Hussein al-Houthi terlibat dalam demonstrasi anti-pemerintah dan segala macam kegiatan kekerasan termasuk membobol sebuah masjid. Ketika pemerintah mengeluarkan seruan untuk penangkapan Hussein, para pengikutnya, yang kemudian dikenal sebagai Houthi menyerang balik pasukan pemerintah. Pada bulan September tahun itu, pada konflik Sa ’ada pertama, Hussein terbunuh oleh pasukan keamanan Yaman yang mencoba untuk menangkapnya. Namun dominasi keluarga Houthi dalam kepemimpinan gerakan tidak mereda dengan kematian Hussein. Ayahnya pemuka agama syiah Zaidiyah, juga disebut Hussein dijadikan pemimpinan spiritual gerakan. Pada tahun 2006, adiknya Hussein muda, Abdul Malik al-Houthi dijadikan pemimpin baru pemberontakan. Sekarang Syiah Houthi berkuasa dan menguasai Yaman, dan menghancurkan kelompok-kelomppok Sunni yang mayoritas di negeri itu dengan dukungan Iran. Ancaman di depan mata bagi Saudi yang selama ini mengabaikan terhadap Yaman, dan membiarkan kelomppok pejuang Islam dihancurkan. 18 18 Siapa Sejatinya Syiah Houthi, Diakses dari situs www.voa-islam.com pada tanggal 20 September 2015 pukul 18.46 WIB 65

BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS

Konflik berkepanjangan yang disertai dengan Gelombang Arab Spring yang terjadi di Timur Tengah hingga saat ini nampaknya semakin melemahkan kekuatan negera-negara Islam yang dulunya sangat diperhitungkan di dunia internasional. Rangkaian konflik yang kian menggerus eksistensi Islam di mata dunia tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Diantaranya ialah faktor ekonomi, politik, hingga faktor ideologis. Seperti konflik berkepanjangan yang terjadi di negara Yaman yang merupakan salah satu dampak dari gelombang Arab Spring tersebut. Aksi masa yang mendesak presiden Yaman pada masa itu yakni Ali Abdullah Shaleh untuk melepaskan jabatannya sebagai orang nomor satu di negara Yaman, akhirnya dijawab dengan keputusannya untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden yang digantikan oleh Abdul Rabboo Mansour Hadi. Namun, proses pergantian tampuk kepemimpian negara Yaman tidak serta merta meredam konflik yang selama ini terjadi. Negara yang memiliki latar belakang idoelogis beragam ini sejak awal telah dihadapkan dengan konflik ideologis yang terjadi di berbagai kalangan. Seperti konflik yang terjadi antara kelompok Syi’ah dan Sunni. Konflik antara keduanya tidak hanya berimbas kepada tatanan ideologis melainkan berdampak serius terhadap tatanan politik di negara tersebut. Hal ini ditandai dengan berhasilnya pemberontak Syi’ah Houthi menguasai pusat pemerintahan kota Sana’a yang berujung kepada mundurnya presiden Mansour Hadi sehingga ia meminta bantuan ke kerajaan Arab Saudi untuk mengembalikan tampuk pimpinan tertinggi Yaman kepada pemerintah resmi. Hal tersebut langsung dijawab oleh kerajaan Arab Saudi dengan menghimpun kekuatan negara-negara Teluk untuk melakukan penyerangan terhadap kelompok pemberontak Syi’ah Houthi. Melihat aksi penyerangan tersebut, negara Iran beserta sekutunya ikut memberikan dukungan terhadap pemberontak S yi’ah Houthi. Hadirnya dua kekuatan negara besar di Timur Tengah yakni Arab Saudi dan Iran dalam konflik internal yang terjadi di tubuh pemerintahan Yaman, sontak menyita perhatian media-media di seluruh dunia, tidak terkecuali media-media di tanah air yang gencar memberitakan konflik tersebut dengan berlandaskan ideologi masing-masing. Dua media utama yang menjadi objek penelitian penulis yakni media Republika Online dan Islampos juga sama-sama memberitakan konflik tersebut dengan bingkainya masing-masing.

A. Frame Republika Online: Hizbullah Kecam Operasi Militer Saudi di

Yaman Republika Online merilis berita mengenai serangan negara-negara Teluk terhadap kelompok Houthi dengan mengangkat judul terkait kecaman kelompok Hizbullah Lebanon terhadap serangan yang dilakukan koalisi negara Arab. Dalam pemberitaan ini, Republika Online ingin menegaskan kepada khalayak pembaca bahwa informasi tersebut sangat penting untuk diketahui. Sebagai media yang mengusung jurnalisme damai, 1 Republika Online mencoba memberikan informasi tentang upaya-upaya untuk menghentikan operasi militer Saudi di Yaman. Pandangan ini terlihat dari strategi wacana Republika Online dalam mendukung gagasannya.

1. Analisis Sintaksis

Dari analisis sintaksis, headline yang ditampilkan oleh Republika Online memperlihatkan sikap kelompok yang kontra terhadap serangan negara-negara Arab terhadap kelompok Syi’ah Houthi di Yaman, dan menolak alasan penyerangan tersebut sebagai upaya untuk mempertahankan identitas Arab di Yaman, melainkan mereka menganggap bahwa serangan tersebut merupakan upaya untuk memulihkan hegemoni Arab Saudi dan Amerika Serikat atas Yaman. Hal ini terlihat dari lead berita yang disampaikan: Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengecam berpekan-pekan operasi udara pimpinan Arab Saudi terhadap Yaman. Saat berbicara kepada ratusan pendukungnya dalam satu pertemuan terbuka, Nasrallah mengatakan sasaran sesungguhnya serangan tersebut ialah untuk memulihkan hegemoni Arab Saudi- AS atas Yaman. Dia menyangkal pernyataan Saudi mengenai mempertahankan identitas Arab di Yaman. 2 Dari kutipan lead berita di atas, dapat dilihat bahwa serangan koalisi negara Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari negara-negara Arab lainnya, seperti diungkapkan dalam 1 Hasil wawancara penulis dengan Redaktur Pelaksana Republika Online Djibril Muhammad pada tanggal 21 September 2015 pukul 15.10 WIB di kantor pusat Republika Online Jakarta Selatan. 2 Hizbullah Kecam Operasi Militer Saudi di Yaman Diakses dari http:m.republika.co.idberitainternasionaltimur-tengah150418nmzgwq-Hizbullah-kecam- operasi-militer-saudi-di-Yaman, pada tanggal 02 Agustus 2015, pukul 14.30 WIB pemberitaan Republika Online tentang kecaman yang dikeluarkan oleh kelompok Hizbullah Lebanon yang dipimpin oleh Sayyed Hassan Nasrallah. Dalam hal ini pandangan Republika Online yang dtuangkan dalam teks berita tersebut, menegaskan pernyataan yang disampaikan oleh pimpinan Hizbullah bahwa serangan tersebut tidak seperti yang Arab Saudi sampaikan kepada komunitas internasional. Dalam teks berita berikutnya Republika Online kembali menegaskan pernyataan Hassan Nasrallah yang menuntut agar Arab Saudi menyudahi serangan terhadap Yaman: Arab Saudi telah memelopori operasi militer Arab terhadap gerilyawan Syi’ah dukungan Iran di Yaman Houthi sejak penghujunng maret untuk memulihkan kekuasaan presiden Abd Rabbu Mansour Hadi. “sudah tiba waktunya buat orang Muslim dan Arab untuk memberitahu Arab Saudi cukup sudah semuanya,” kata Nasrallah. 3 Penggunaan diksi gerilyawan Syi’ah dalam episode diatas menguatkan gagasan yang diusung Republika Online dalam menyuarakan aspirasi dari kelompok penentang penyerangan koalisi negara-negara arab pimpinan Arab Saudi, dilanjutkan dengan saduran pernyataan pimpinan Hizbullah Hasan Nasrallah yang menghimbau bangsa arab dan umat muslim pada umumnya untuk menyampaikan kepada pemerintah Arab Saudi untuk menyudahi aksi penyerangan yang dilakukan koalisi arab yang juga mendapatkan dukungan dari negara sekutunya, dalam pemberitaan ini, republika konsisten memberikan penegasan kepada khalayak pembaca sesuai dengan penegasan yang disampaikan kelompok Hizbullah. 3 Hizbullah Kecam Operasi Militer Saudi di Yaman Diakses dari http:m.republika.co.idberitainternasionaltimur-tengah150418nmzgwq-Hizbullah-kecam- operasi-militer-saudi-di-Yaman, pada tanggal 02 Agustus 2015, pukul 14.30 WIB