Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Mustafîd karya „Abdul Ra‟uf al-Sinkel w.1963, merupakan karya terjemahan lengkap kitab al- Qur‟an pertama dalam bahasa Melayu. 4 Kemudian Anthony H. Jhons, menyatakan bahwa Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan dari Tafsîr a -Ja lain. 5 Van Den Berg, senada dengan Anthony, yang juga menyatakan bahwa terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Melayu yaitu kitab Tarjumân al-Mustafîd karya „Abdul Ra‟uf al-Sinkili. 6 Sedangkan menurut Peter G.Riddel, Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan Tafsîr al-Khâzin dan Tafsîr a -Ja lain. 7 Mafri Amir dalam Literatur Tafsir Indonesia, menjelaskan bahwa pola penulisan kitab Tarjumân al-Mustafîd yaitu pertama, ayat al- Qur‟an diterjemahkan secara harfiah. Kedua, terjemah tafsiriahnya dikategorikan dalam kata a n a q a dan kata mufassir. 8 Ta s r al-Jalâlain merupakan sebutan populer dari Ta s r a -Qur‟ n a - „ karya dua ulama yang sama-sama bernama Jal l, yaitu Jal l al-D n al- Ma alli w.8641459 dan Jal l al-Dîn al-Suyȗ i w.99111505 M.. 9 Kitab tafsir tersebut merupakan kitab yang sering dijadikan mata pelajaran wajib di berbagai pesantren Indonesia. Hal tersebut, sebagaimana penelitian van Den Berg, yang “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir, ed, Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009, h.400-404. 4 Ibid.,h.402. 5 Anthony H. Jhons, “Tafsir Al-Qur‟an di dunia Indonesia Melayu: Sebuah Penelitian Awal,” Jurnal Studi al-Qur‟an I, no.3 2006: h, 467-468; Faried F.Saenong, “Al-Qur‟an, Modernism, dan Tradisionalisme: Ideologisasi Sejarah Tafsir Al- Qur‟an di Indonesia,” Jurnal Studi al- Qur‟an I, no.3 2006: h, 511-12. 6 Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat Bandung: Penerbit Mizan, 1999, h.158. 7 Peter G.Riddell, “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” h.402. 8 Menurut Mafri Amir, kategorisasi kata mufassir dan q a dalam Tarjumân al-Mustafîd merupakan keterangan asbabun nuzul. Kata bayân adalah penjelasan tentang ragam bacaan Q r ‟a . Sedangkan kata ‟ a merupakan guna, manfaat, fadhilah ayat dari surat yang dibaca. Lihat, Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum, Literatur Tafsir Indonesia Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011, h.18. 9 Muhammad al- Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” Jurnal Studi Ilmu- Ilmu al- Qur‟an an Ha ts XI, no.2 Juli 2010: h.228-229. menunujukkan bahwa Tafsîr al-Jalâlain, merupakan kitab tafsir yang digunakan sebagai kurukulum di 39 pesantren tingkat Madrasah Aliyah di Indonesia. 10 Muhammad al- Fatih Suryadilaga, dalam artikelnya “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” juga menyatakan bahwa salah satu kitab tafsir yang sering dijadikan sumber rujukan utama hampir semua pesantren salafiah di Indonesia adalah Tafsîr al-Jalâlain. 11 Selain menjadi mata pelajaran wajib dan bahan rujukan pesantren di Indonesia, Tafsîr al-Jalâlain juga merupakan salah satu kitab tafsir yang sering ditemui versi terjemahannya, baik dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Madura. Berikut ini beberapa peneliti yang mengkaji tentang terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia di antaranya, Anthony H. Jhons, menyatakan bahwa Kiai Bagus Arafah Sala, pernah menulis karya Tafsir Jalalen Basa Jawi Alus Huruf Arab, tetapi belum sempat selesai. 12 Kemudian Imam Zaki Fuad, dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas H sy ah al-S w „al Tafs r al- Jal lain,” menyebutkan empat terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya ulama Indonesia, seperti dikutip dari Kawasima Midori, a Provisional Catalogue of Shoutheast Asian Kitabs. 13 Kitab-kitab tersebut di antaranya 1al- Qur‟ n wa Bihamisyi Tarjumân al-Mustafîd karya Abdul Ra‟uf Sinkel; 2 Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain bi al-Lughah al-Madûriyyah dalam Bahasa Madura dengan aksara Peggu Arab-Madura, karya Abdul Majid Tamim Pamekasany; 3 Tar a a Ta s r a -Qur‟ n a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a 10 Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.158. 11 Muhammad al- Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” h.235. 12 Anthony H. Jhons, “Tafsir Al-Qur‟an di dunia Indonesia Melayu: Sebuah Penelitian Awal,” h, 508. 13 Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab H sy ah al-S w „al Tafs r al-Jal lain,” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h.36-38. dalam Bahasa Sunda dengan aksara Pegon Arab-Sunda, karya Ahmad Makki Ibn Abd.Mahfudz; 4Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain dalam Bahasa Jawa aksara Arab Pegon, karya Muhammad Sa‟id Ibn „Abd.Nafi‟ Ibn Sihami. 14 Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kajian al-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal ,” juga menyebutkan beberapa kitab terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Sunda, di antaranya karya dari Muhammad Bin Abdullah al-Hasan yang berjudul Sa„a a a -Darayn fî Tar a a Ta s r a - Qur‟ n a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a . Kemudian karya Ahmad Makki Ibn Abd.Mahfudz, yang berjudul Tar a a Ta s r a -Qur‟ n a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a dalam Bahasa Sunda. Menurut Jajang, terjemah antar baris atas Tafsîr al-Jalâlain menjadi salah satu sumber penting dalam pengajaran agama di pesantren Sunda. 15 Selain karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada juga kitab tafsir yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan. Hal tersebut sebagaimana penelitian Imam Zaki Fuad , dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas H sy ah al- S w „al Tafs r al-Jalâlain.” Ia menyebutkan beberapa ulama Indonesia yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama penafsiran al- Qur‟an di antaranya al- I r a„rifah al-Tafsîr al-Qur‟ n al-Azîz karya Bisri Mustafa, kiai dari Rembang, Jawa Tengah, dan Rau atu „Ir n karya Ahmad Sanusi dari Sukabumi, Jawa Barat. 16 Islah Gusmian, dalam Khazanah Tafsîr Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi, juga mencatat literatur tafsir al- Qur‟an di Indonesia tahun 1990-2000, yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan di 14 Ibid .,” h.36-38. 15 Jajang A.Rohmana, “Kajian al-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal,” Suhuf VI, no.2, November, 2013, h.217-218. 16 Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab Hâsyîah al-S w „a Ta s r a -Jalâlain,” h.36-38. antaranya 1Meyelami Kebebasan Manusia karya Machasin; 2Tafsir al-Hijr karya Didin Hafiduddin; 3Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al- Qur‟an karya Nasarudiin Umar. 17 Selain dijadikan rujukan utama penafsiran al- Qur‟an, Tafsîr al-Jalâlain juga dijadikan rujukan dalam penerjemahan al- Qur‟an. Eri Hariyanto, dalam artikelnya “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura ,” menyatakan bahwa al-Qur‟an Tarjamah Basa Madura yang disusun oleh Indrayadi, dkk, menggunakan Tafsîr a -Ja lain sebagai sumber rujukan utamanya selain al- Qur‟an Ter e a dari Kementerian Agama dan Ejaan Bahasa Madura tahun 2004 versi Balai Bahasa Surabaya. Berdasarkan penelitian Eri, Terjemahan al- Qur‟an tersebut terdiri dari tiga juz dengan pola terjemah harfiah, yakni terjemahan kata per-kata dalam aksara latin. Sistematika penyusunannya terdiri dari dua bagian pertama, teks al- Qur‟an ditulis per-ayat sesuai kaedah Madura di sisi kanan, diikuti dengan nomor ayat. Kedua, terjemah al- Qur‟an ditulis di tepi kiri diikutip nomor terjemahan yang disesuaikan dengan nomor ayat yang diterjemahkan. 18 Berkenaan dengan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada satu karya yang belum termasuk dalam kajian para peneliti tentang terjemahan Tafsîr al-Jalâlain sebagaimana telah disebutkan di atas, yaitu Tarjamah Tafsîr al- Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Muhammad „Arifun, seorang da‟i asal Bangkalan, 17 Islah Gusmian, Khazanah Tafsîr Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi Jakarta: Teraju, 2003, h.186-189. 18 Eri Hariyanto “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura.” Artikel diakses pada 19 April 2013 dari http:dualmode.kemenag.go.idacis11filedokumenKumpulanMakalahPresentedPapers.pdfpag6 Kepulauan Madura. 19 Karya tersebut merupakan terjemahan utuh dari Tafsîr a - Ja lain yang ditulis dengan aksara peggu Arab-Madura, dan diterbitkan pertamakali oleh penerbit Mutiara Ilmu tahun 1996. 20 Karya tersebut berjumlah 12 jilid. Terjemahannya terdiri dari dua bentuk pertama, menyajikan teks Tafsîr al- Ja lain sebagai teks sumber dengan terjemah harfiah model gandul. Kedua, menyajikan komentar atau ringkasan penjelasan dari terjemahan harfiah gandul di atasnya. Berdasarkan beberapa karya terjemahan Tafsîr a -Ja lain di atas, penulis akan menjadikan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Muhammad „Arifun sebagai objek dalam penelitian dalam skripsi ini, karena ingin memberikan pembuktian atas kajian para peneliti naskah Madura dan Ta s r Ja lain di antaranya, Azyumardi Azra dalam artikelnya “Naskah Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia, ” menyatakan bahwa Tafsîr Ja lain merupakan tafsir yang naskah terjemahan antarbarisnya dan juga edisi cetakannya banyak ditemukan. 21 Penelitian dalam skripsi yang mengangkat karya Terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura 19 Menurut Ahmad Sofyan dalam “Fonologi Bahasa Madura,” Pulau Madura terletak di Timur Laut Pulau Jawa: berada pada posisi 113 ˚-115˚ Bujur Timur dan 6,5˚-7,5˚ Lintang Selatan dengan panjang sekitar 190 km dan lebar 40 km De Jonge, 1989. Secara administratif, Pulau Madura termasuk wilayah Provinsi Jawa Timur dan terbagi menjadi empat kabupaten, yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Lihat, Ahmad Sofyan dalam “Fonologi Bahasa Madura,” Humaniora XXII, no.2 Juni 2010: h.216. Artikel diakses pada 1 Januari 2015 dari http:www.google.comsearch?q=dialek+bahasa+madura 20 Wawancara Pribadi dengan Masyhud, Surabaya, 28 Oktober 2013. 21 Menurut Azra, kepopuleran Tafsî r a -Ja lain disebabkan karena tafsir tersebut merupakan tafsir yang tidak rumit yang terjebak dalam wacana bahasa, fiqih, tasawwuf, kalam atau filsafat, sehingga mudah dipahami kaum muslimin awam. Lihat, Azyumardi Azra, ”Naskah Terjemahan Antarbaris Kon tribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir,ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009, h.441; Lihat juga Ahmad Mujib el-Shirazy, ed, Anotasi Kitab Kuning: Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia Jakarta:Darul Ilmi, 2007; Lihat juga Muhammad al- Fatih Suryadfilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” h.227-249. karya Kiai „Arifun ini, merupakan bukti bahwa terjemahan antarbaris masih dilakukan oleh ulama Madura. Peter G.Riddel dalam artikelnya “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa- Bahasa Indonesia,” menyatakan bahwa cetakan-cetakan al-Qur‟an yang disisipi terjemahan antar baris dalam bahasa Jawa berkemabang pada abad ke-19 di wilayah pesantren Sunda dan Madura. Peter hanya menyebutkan karya-karya terjemahan yang berasal dari Jawa dan Sunda. 22 Oleh karena itu, penulis menjadikan terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura yang juga menggunakan model terjemahan antarbaris sebagai objek penelitian dalam skripsi ini. Hal ini karena sebagai tambahan dan suatu pembuktian atas pernyataan Peter, bahwa pada abad 19 perkembangan terjemahan antarbaris tidak hanya dalam bahasa Jawa tetapi juga dalam bahasa Madura. Hal tersebut, karena penulisan terjemahan Ta s r a -Ja lain bahasa Madura karya Kiai „Arifun pada tahun 1970 an dan terbit pertamakali tahun 1996. Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, menjelaskan tentang aktivitas tulis-menulis di Madura. Menurutnya, pada abad ke-19, pesantren di Madura dan Jawa Barat tidak menggunakan bahasa daerah mereka sendiri dalam penerjemahan kitab kuning, tetapi bahasa Jawa sebagai 22 Di antara kitab-kitab tafsir berbahasa daerah yang masuk dalam kajian Peter adalah 1 Fa a -Ra an Ta s r a -Qur‟ n dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Shaleh Bin Umar al-Samarani;2 Ta s r a -Qur‟ n Suci dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Adnan, terjemahan diselesaikan pada tahun 1977; 3Qur‟an Suci Jarwa Jawi dalam Bahasa Jawa Karya R.Ng.Djajasugita dan M.Mufti Sharif, terbit tahun 1958; 4 -Hu a Ta s r al-Qur‟an Basa Jaw karya H.Bakri Syahid terbit tahun 1979. Dalam bahasa Sunda Peter menyebutkan beberapa karya yang lahir awal abad ke-20 di antaranya 1Haji Hasan Moestapa 1852-1930 menyusun terjemahan pertama ayat-ayat pilihan al- Qur‟an dalam bahasa Sunda. Ke-105 ayat pilihan tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk kidung tradisional Sunda; 2R.A.A Wiratakoesoemah menulis terjemahan lengkap surah al-Baqarah ke dalam bahasa Sunda pada tahun1940; 3Ahmad Sanusi 1881-1950 menulis terjemahan berjudul a -K t a -Mu n Ta s r a -Qur‟ n dalam bahasa Sunda yang terbit tahun 1970; 4R.Hidayat Suryalaga dengan karyanya Saritilawah Basa Sunda yang mulai diterbitkan tahun 1940. Lihat, Peter G.Riddell “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa- Bahasa Indonesia,” h.410-412. mediumnya. Meskipun ada teks-teks Arab, terjemahannya berupa bahasa Jawa. Namun, menurut Martin, hal tersebut telah mengalami perubahan. Lebih lanjut Martin menjelaskan bahwa kitab kuning karya orang Madura, yaitu Abd.Majid Tamim Pamekasan, yang menerjemahkan lebih dari sepuluh buku dalam bahasa Madura, yang mencakup semua cabang ilmu agama. 23 Kajian dalam skripsi ini juga berupaya melengkapi contoh karya terjemahan arab dalam bahasa Madura. Hal ini sebagai pembuktian atas pernyataan Martin, bahwa terjemahan teks Arab dalam bahasa Jawa yang digunakan di Madura, telah mengalami perubahan ke dalam terjemahan teks Arab dalam bahasa Madura yaitu dengan adanya karya Terjemahan Tafsîr a -Ja lain Bahasa Madura karya Kiai „Arifun yang dijadikan objek penelitian dalam skripsi ini. Titik Pudjiastuti dalam tulisannya tentang “Madura,” yang dihimpun dalam Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum, juga melakukan penelusuran tentang naskah-naskah di Madura. Menurutnya, naskah-naskah yang teksnya berisi ajaran Islam biasanya berupa naskah tulisan dengan tiga bahasa, yaitu teks asli dalam bahasa Arab, terjemahannya dalam bahasa Jawa, dan penjelasannya dalam bahasa Madura. 24 Lanjut Pujiastuti, naskah yang dihasilkan di kalangan pesantren men- ggunakan dlubang dibaca dlubeng dalam bahasa Madura, dalam Bahasa Jawa dluwang atau lontar, sedangkan aksara yang digunakan dalam teks adalah aksara Arab atau pegu tulisan Arab bahasa Madura. 25 Menurut Pudijastutik, pendidikan formal di Madura yang mengajarkan aktifitas tulis-menulis, menjadikan sastra Jawa tertulis di pesantren masih terpelihara sampai sekarang, khususnnya di 23 Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.144-145. 24 Edi Sedyawati, dkk., ed, Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum Jakarta: Pusat Bahasa Balai Pustaka, 2001, h.84. 25 Ibid., h.85. pesantren-pesantren trandisional dengan sistem pendidikan madrasi sekolah. 26 Karya Tarjamah Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura dengan aksara peggu Arab- Madura karya Kiai „Arifun yang dijadikan objek penelitian ini, merupakan contoh atas pernyataan Pudjiastutik, bahwa sampai sekarang, aktifitas tulis- menulis masih berlangsung di pesantren Madura. Selain beberapa alasan dijadikannya terjemahan Tafsîr a -Ja lain karya Muhammad „Arifun sebagai objek penelitian dalam skripsi, yang telah disebutkan di atas, ada juga beberapa alasan di antaranya pertama, terjemahan Ta s r a - Ja lain karya Kiai „Arifun, sejauh ini belum dikaji para peneliti untuk dikelompokkan menjadi salah satu karya terjemahan tafsir al- Qur‟an. Maka dari itu, penulis bermaksud mengangkat sekaligus memperkenalkan karya „Arifun guna mengungkap salah satu khazanah terjamahan tafsir al- Qur‟an yang ada di Madura. Kedua, Tarjamah Tafsîr al- Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Kiai „Arifun, memiliki keunikan tersendiri dari segi model terjemahannya yaitu penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah simbol Madura. Istilah simbol dalam Bahasa Madura diantaranya posisi mubtadâ ‟ diistilahkan dengan kata dining dan ditandai dengan huruf mim; khabar diistilahkan dengan panikah dan ditandai dengan huruf k a‟; na„t diistilahkan dengan kata se dan ditandai dengan huruf ad; a ‟u bih diistilahkan dengan kata da‟ dan ditandai dengan huruf mîm dan a‟; a ‟u u laq diistilahkan dengan kata kalaban dan ditandai dengan huruf mîm dan a‟; a‟ „ qil diistilahkan dengan kata pasirah dan ditandai dengan huruf a‟ panjang, sedangkan untuk a‟ a ru„ qil 26 Ibid, h.84. diistilahkan dengan kata ponapah dan ditandai dengan huruf fa ‟ pendek. 27 Selain itu, ada keterangan tambahan di luar teks sumber, yang di awali dengan kata fâ`idah dan qi ah. Kemudian ada juga keterangan tambahan yang berbentuk catatan kaki. Ketiga, Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-fikri Bahasa Madura karya Kiai „Arifun, merupakan terjemahan tafsir utuh dari Tafsîr a -Ja lain. Keunikan lainnya adalah bahwa Kiai „Arifun menggunakan dialek Pamekasan Madura dalam terjemahannya, meskipun ia berasal dari Bangkalan Madura. Hal tersebut disebabkan adanya keterpengaruhan dari gurunya yang berasal dari Pamekasan yaitu Kiai „Abdul „Aziz, pengasuh Pesantren al-Wafa, Temporejo, Jember, Jawa Timur. Di pesantren tersebut, Muhammad „Arifun belajar kepada Kiai „Abdul „Aziz selama 19 tahun. Proses belajar mengajarnya, menggunakan Bahasa Madura dialek Pamekasan. Maka dari itu, untuk proses penerjemahan Ta s r a -Ja lain, Kiai „Arifun menggunakan pengetahuannya sendiri dalam Bahasa Madura dialek Pamekasan. Keempat, „Arifun tidak menggunakan buku tata Bahasa Madura sebagai rujukan penerjemahannnya. Ia mempelajari Bahasa Madura secara otodidak. Hal tersebut dapat diapresiasi sebagai warisan budaya penerjemahan tafsir al- Qur‟an Bahasa daerah Madura. Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Pembahasan tentang Tar a a Ta s r a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi berjudul “Model terjemah tafsir al-Qur‟an berbahasa lokal Analisis terjemahan Tafsîr al- Ja lain Bahasa Madura karya Muhammad ‟Arifun.” 27 Abdul Hannan Tibyan, al- Ikt s a Ta r Q r ‟a Kutu a -salaf li al-Mu ta ‟ n Pamekasan: Darus Salam, h.10-16.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah di atas, maka penelitian dalam skripsi ini akan difokuskan pada pembahasan tentang model terjemahan yang digunakan Kiai „Arifun dalam kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura yang diterbitkan oleh Mutiara Ilmu. Agar pembahasannya dapat dilakukan secara spesifik, maka masalah dalam penelitian ini akan dirinci ke dalam beberapa poin sebagai berikut: 1. Bagaimanakah model terjemahan yang digunakan Muhammad „Arifun dalam kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura? 2. Bagaimanakah isi keterangan tambahan yang di awali kata a q a , dan qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan Kiai „Arifun? 3. Bagaimanakah konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab dalam terjemahannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Disamping untuk menambah wawasan penulis tentang literatur terjemahan Ta s r a -Ja lain yang berkembang di Indonesia, penelitian ini juga bertujuan: 1. Untuk mengetahui model terjemah yang digunakan Muhammad „Arifun dalam terjemahan Ta s r a -Ja lain. 2. Untuk mengetahui isi keterangan tambahan dalam permulaan kata a q a , dan qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan dalam terjemahannya. 3. Untuk mengetahui konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan Kiai „Arifun dalam terjemahannya. Selain berguna untuk memberikan gambaran tentang Tarjamah Tafsîr al- Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, penelitian ini juga berguna untuk: 1. Menempatkan secara proporsional keberadaan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Kiai „Arifun. 2. Melengkapi persyaratan untuk meraih gelar strata satu Theologi Islam dalam bidang ilmu Tafsir Hadits pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Kajian Pustaka

Kajian tentang model terjemahan lokal atas terjemahan al- Qur‟an, tafsir al- Qur‟an maupun naskah keagamaan, khususnya di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Di antaranya Ali Abu Bakar Basamalah, dalam artikelnya “Memahami Kitab Kuning Melalui Terjemahan Tradisional Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren. ” 28 Dalam tulisannya, ia menyimpulkan bahwa kajian kitab kuning melalui terjemah tradisional memiliki sistem yang baku dengan proses penerjemahannya melalui tahapan, pemahaman teks sumber, pemberian arti leksikal maupun global, evaluasi parsial maupun menyeluruh. Terjemah tradisional yang dilakukan terhadap kitab kuning berbahasa Arab menurutnya menampakkan pesan dan bentuk bahasa sumber, dan di dalamnya ada unsur linguistik, dan ekstralinguistik teks. Kemudian disertai simbol-simbol linguistik, bahasa simbolik serta aturan gramatikal bahasa sumber yang berfungsi sebagai pengontrol. Artikel ini menjadi salah satu rujukan dalam pembuatan kerangka tabel daftar simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah 28 Ali Abu Bakar Basmalah, “Memahami Kitab Kuning Melalui Terjemahan Tradisional Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren,” Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2008. Artikel diakses pada 5 Maret 2013 dari www.digilib.uin- suka.ac.id441