Metode Terjemahan Tafs r al-Jala lain Karya Muhammad ‘Arifun
tekstual, yaitu susunan kalimat satu demi satu kata diubah hingga akhir.
3
Cara ini juga disebut sebagai metode laf
iyyah atau musâwiyyah.
4
Sedangkan bentuk terjemahan kedua, Kiai „Arifun memberikan komentar
berupa penjelasan ringkas yang diletakkan setelah terjemahan harfiah model gandul. Ketiga, penerjemah memberikan keterangan tambahan yang ditulis setelah
komentar penerjemah dengan ditandai awalan kata ’id , qi ah dan qauluhu
t ’ l . Keterangan tambahan juga ditulis dalam bentuk catatan kaki berupa i lâl kalimah dan komentar singkat, guna menguatkan penjelasan terjemahannya. Cara
kedua yang dilakukan Kiai „Arifun tersebut adalah menggunakan terjemah
tafsiriyyah atau maknawiyyah,
5
yaitu menjelaskan makna dengan bahasa lain tanpa terikat tertib kata-kata bahasa asal dan susunan kalimatnya. Menurut Ismail
Lubis, terjemahan yang mengutamakan kejelasan makna, ketepatan makna, dan maksud secara sempurna dengan merubah urutan-urutan kata atau susunan
kalimat disebut terjemahan maknawiyyah. Lanjut Ismail Lubis,
6
teknik terjemahan tafsiriah biasanya dilakukan dengan cara memahami maksud teks Bahasa Arab
terlebih dahulu. Setelah benar-benar dipahami, maksud dari teks tersebut disusun dalam kalimat bahasa penerima tanpa terikat dengan urutan-urutan kata atau
3
M.Hadi Ma„rifat, Sejarah al-Qu ’ n. Penerjemah Thoha Musawa Jakarta: al-Huda, 2007, h.271-272.
4
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, h.69.
5
Menurut Ismail Lubis, al-Zarqâni dan Manna‟ al-Qa ân sama-sama menamakan terjemahan tafsîriyyah dengan
m ’n wiyy . Perbedaan pendapat mereka hanya terletak dalam hal keterangan, al-Zarqâni menamakan dengan nama tafsiriyyah disertai keterangan, yakni karena
terjemahan tersebut mengutamakan kejelasan makna. Sedangkan Manna‟ al-Qattân tanpa alasan dan keterangan yang jelas. Pemberian nama terjemahan tafsiriyyah oleh al-Zarqâni bukan tanpa
alasan dan keterangan yang logis. Pakar ilmu al- Qur‟an ini memberi nama terjemahan ini dengan
tafsiriyyah karena tehnik yang digunakan penerjemah dalam memperoleh makna dan maksud yang tepat mirip dengan teknik penafsiran, padahal bukan semata-mata tafsir. Lihat, Ismail Lubis,
Falsifikasi Terjemahan al- Qu ’ n Dep g Edi i 1990 Yogyayakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001,
h.61-62.
6
Ibid., h.62.
kalimat bahasa sumber. Sebagai ilustrasi, berikut ini contoh umum gambar terjemahan Tafs
r al-Jala lain Bahasa Madura karya Kiai „Arifun:
Gambar 5: 4 Contoh UmumTerjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah Âli „Imrân Ayat 31
Berikut terjemahan Tafsîr al-Jalâlain harfiah model gandul di atas:
1 دمح اي م } ْلُق { هيلإ انوبّرقيل ه ًابح اإ ماﻨصأا دبعن ام :اولاق ام لزنو
2 مكبيثي هنأ عم }ها ُمُكْبِبُُْ ىوعبتاف ها َنوبُِ ْمُتﻨُك نِإ{
3 ٌروُفَغ هاو ْمُكَبوُنُذ ْمُكَل ْرِفْغَ يَو{
} هب } ٌميِحّر { كلذ لبق هﻨم فلس ام عبتا نم
1. Ban turun. Samangsanah nguc ’ kuffar: t ’ nyĕmba kita da’ barhalah- barhalah anging karna cinta d
’ Allah supajah masĕmm ’ d ’ kita d ’ Allah ponapah
ngoc ’ah ba’n d ’ kuffar he Muhammad 2. Lamun badah ba’n kabbi, panikah cinta ba’n k bbi d ’ Allah, maka
anutah ba ’n k bbi d ’ singku’, maka cinta d ’ ba’n k bbi paserah
Allah kalaban makna saunggunah Allah panikah aganjarah Allah d ’
ba ’n Kabbi
3. Ban nyaporah Allah k ndi’ b ’n k bbi, d ’ dusa-dusanah ba’n k bbi. Dining Allah panikah maha nyapurah d
’ oreng se anut man d ’ engko’, d
’ apah-apah si lebat mâ dari man sabĕlunah aruwah tor bĕllas d ’ man.
7
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan Madura tersebut bermakna: 1. Dan turun ketika berkata kuffar: tidak menyembah kita pada berhala-berhala
kecuali karna cinta kepada Allah agar mendekatkan kepada kita, kepada Allah katakanlah kamu kepada kuffar wahai Muhammad.
2. Jika ada kamu semua, itu cinta kepada Allah, maka ikutilah kamu semua pada saya, maka cinta kepada kamu semua siapa Allah dengan makna
sesungguhnya Allah itu memberi pahala Allah kepada kamu semua 3. Dan memberi ampun Allah kepada kamu semua pada dosa-dosanya kamu
semua. Adapun Allah itu maha pemberi ampun pada orang yang ikut man pada saya pada sesuatu yang lewat mâ dari man sebelumnya itu. lagi maha
penyayang pada man.
Bandingkan dengan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia karya Bahrun Abu Bakar:
ْ لُق
Katakanlah kepada mereka hai Muhammad:-
ُْمُك بِب حُيْىنوعبتافْهاَْنوبِحُتْ مُتنُكْنِإ ْ
ها ْ
Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah daku, niscaya Allah mencintaimu dengan arti bahwa Dia memberimu pahala- dan mengampuni dosa-
dosamu, allah maha pengampun terhadap orang yang mengikutiku, dengan arti
bahwa dia memberimu pahala
ْ مُكَلْ رِف غَ يَو ْ
ْ روُفَغْهاوْ مُكَبوُنُذ
dan mengampuni dosa- dosamu, Allah Maha Pengampun terhadap orang yang mengikutiku, mengenai
dosa-dosanya yang telah terjadi sebelum itu-
ْ ميِحر
lagi Maha Penyayang kepadanya.
8
7
Muhammad „Arifun, Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 1 Surabaya:Mutiara Ilmu, t.t., h.378-379.
8
Imâm Jalâludd ȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy î, e jem l-J l l in
be ikut A b bun Nu uul Ay t S l- ti .d. S l-An’ m jilid 1. Penerjemah Bahrun
Kata dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain surah Âli „Imrân Ayat 31 yang
digarisbawahi di atas adalah terjemahan gramatikal,
9
yang menandakan bahwa kata setelahnya menduduki struktur sintaksis tertentu.
10
Kata da ’ barhalah-
barhalah dalam terjemahan tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura nomer satu, menunjukkan bahwa kata
ا صأا berfungsi sebagai maf
ûl bih atau objek.
11
Kata da
’ dalam Bahasa Indonesia bermakna “Kepada.” Kata dining Allah dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura nomer tiga, menunjukkan bahwa
kata
ه
berfungsi sebagai mubtadâ ’.
12
Kata dining dalam Bahasa Indonesia
Abu Bakar Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012, h.230; Lihat juga, Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com software.
9
Menurut Abdul Munip, terjemahan gramatika adalah penerjemahan terhadap struktur sintaksis yang ada dalam kalimat bahasa Arab. Lihat, Abdul Munip, Studi tentang Penerjemahan
Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010, h.296.
10
Menurut M.Syarif Hidayatullah, kata sintaksis dalam Bahasa Arab disebut ilm l-
N w. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut susunan
kata-kata di dalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Jadi sintaksis ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata, frase,
klausa, kalimat yang satu dengan kata, frase, klausa, kalimat yang lainnya. Kata, frase, klausa, dan kalimat inilah yang oleh para ahli disebut sebagai satuan sintaksis. Lihat, M.Syarif Hidayatullah,
Pengantar Linguistik Arab Klasik Moderen Jakarta:lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h.99; Sintaksis adalah tata kalimat, bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-
dasar dan proses pembentuk kalimat dalam suatu bahasa. Lihat, Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional Surabaya: Almuni, t.t.. h.598.
11
M ’ l bi adalah Fungsi sintaksis yang melengkapi informasi pada kalimat berverba transitif. Lihat, M.Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia; Strategi, Metode,
Prosedur, dan Teknik Bandung: Rosdakarya Offset, 2011, h.244; m ’ l bi ialah isim yang
dibaca n b yang menjadi sasaran perbuatan. M ’ l bi ada dua macam, m ’ l bi i im mȋr
dan m ’ l bi i im i . M ’ l bi i im i contohnya seperti ا ي تب ض Saya telah memukul
Zaid. M ’ul bi i im d mi terbagi menjadi dua, yaitu mi mutt il dan mȋ mun il.
mi mutt il ada dua belas, yaitu برض ,اﻨبرض ,ّنكبرض,مكبرض ,امكبرض,كبرض,كبرض ,ّنهرض,مهرض ,امهرض,اهرض,هبرض
M ’ l bi m
ȋ
Mun il juga ada 12 di antaranya: ,كاّياا ,ّنﻫاّيا ,مهّيا ,اماّيا ,اﻫاّيا اّياا
ناّيا ,يّايا ,ّنكّيا ,مكاّيا ,امكّيا ,كاّيا Lihat, Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li al-Imâm Shonhaji Terjemahannya dan
Penjelasannya Pamekasan: Pondok Pesantren Darussalam, t.t., h.20-21.
12
Mubt d ’ adalah subfungsi sintaksis berupa isim yang berada pada awal kalimat nominal, yang menjadi pokok pembicaraan. Lihat, M.Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan
Arab Indonesia; Strategi Metode, Prosedur, dan Teknik, h. 245; mubt d ’ ialah isim yang dibaca
rofa ’ yang tidak ada „ mil l iny „amil yang berbentuk lafaz. Mubt d ’ ada dua macam, yaitu
mubt d ’ i im ahir dan mubt d ’ i m mȋr. Mubt d ’ i im i seperti ئاق ي , sedangkan mubt d ’ i m mȋr ada 12 di antaranya:
bermakna “Adapun.” Sedangkan kata Panikah maha nyaporah dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura nomer tiga, menunjukkan bahwa kata
ف غ
berfungsi sebagai khabar
13
dari kata
ه
. Kata panika dalam Bahasa Indonesia bermakna
“Yaitu atau adalah.” Menurut Abdul Munip, dalam Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke
Indonesia, terjemahan harfiah model gandul jika ditulis tersendiri dari teks aslinya, akan sulit dipahami oleh orang yang belum mengenal struktur Bahasa
Arab.
14
Sama halnya terjemahan model gandulnya Kiai „Arifun, yaitu kalimat terjemahannya telah dipengaruhi oleh struktur kalimat Bahasa Arab, sehingga
terasa tidak wajar dalam Bahasa Madura. Kiai „Arifun tidak hanya menyajikan
terjemah harfiah model gandul saja, tetapi juga memberikan komentar atau ringkasan dari potongan teks tafsir yang diterjemahkan di atasnya. Dalam
komentar tersebut, bahasanya telah disesuaikan dengan struktur kalimat Bahasa Madura, sehingga mudah dipahami maksudnya.
,تنا,تنا,ّنﻫ,مﻫ,ام,يﻫ ,وﻫ نح ,انا ,ّننا ,متنا ,امتنا
Seperti contoh: ئاق ي . Lihat, Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li al-Imâm al-Shonhaji dan
Terjemahannya dan Penjelasannya, h.13-14.
13
Khabar adalah subfungsi sintaksis pada kalimat nominal yang berfungski untuk menerangkan
mubt d ’. Lihat, M.Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia; Strategi, Metode, Prosedur, dan Teknik, h.243; khabar ialah isim yang dibaca
o ’ yang disandarkan pada
mubt d ’ seperti contoh: ئاق ي lafaz ي menjadi khabar, sedangkan lafaz ئاق menjadi khabarnya. Khabar terbagi menjadi dua macam, yaitu khabar mufrad dan khabar ghairu
mufrad. Khabar mufrad contonya seperti: ئاق ي . Sedangkan khabar ghairu mufrad ada empat
macam di antaranya jar majrûr huruf jar dan isim yang di jarkan, daraf, i’il beserta ’il nya dan
mubt d ’ beserta khabarnya. Berikut contohnya: -Jar majrûr :
راّدلا ديز Zaed ada di rumah itu -Dhorof
كدﻨع ديز :
Zaed berada di sampingmu -
i’il beserta ’il nya : با اق ي Zaid ayahnya telah berdiri
- Mubt d ’ beserta khabarnya
اذ وبا ديز. :بﻫ
Lafaz ي dalam contoh di atas menjadi mubt d ’, sedangkan lafaz ا لا ف, ع, با اق, dan با
بها menjadi khabar. Lihat, Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li al-Imâm al-Shonhaji dan Terjemahannya dan Penjelasannya, h.13-14.
14
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.299.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa langkah pertama yang dilakukan Kiai „Arifun yaitu menerjemahkan ayat dan tafsiran al-Jalâlain
secara iyy bi al-mitsl. Menurut al-Dzahabî, terjemah iyy bi al-mitsl
adalah terjemahan apa adanya dan terikat dengan susunan dan struktur bahasa sumber.
15
Kemudian menurut Abdul Munip, dalam Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di
Indonesia 1950-2004, jenis terjemahan harfiah model gandul mengandung beberapa kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya menurut Abdul Munip, yaitu
tertuju pada orang yang belum mengenal Bahasa Arab. Ia akan merasa kesulitan dalam memahami teks terjemahan yang menggunakan aksara seperti pegon, yakni
huruf Arab yang digunakan untuk melambangkan fonetik Bahasa Jawa. Kedua, sasaran pembaca terjemahan model gandul bersifat khusus, karena penggunaan
bahasa daerahnya dan unsur struktur bahasa Arabnya.
16
Sedangkan kelebihan penerjemahan model gandul menurut Abdul Munip, bersifat ganda di antaranya,
pertama, dapat belajar gramatika Bahasa Arab, yaitu membantu pembaca untuk mengetahui kedudukan sintaksis masing-masing kata atau frase dalam teks
aslinya. Kedua, Mampu memberi kesempatan kepada pembaca yang sudah ahli Bahasa Arab untuk melakukan koreksi terhadap naskah terjemahan yang ada.
Menurut Abdul Munip, jenis penerjemahan tersebut berusaha untuk mentransmisikan semua yang terdapat dalam teks bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran tanpa ada pengurangan atau penambahan.
17
15
Amin Suma, Ulum al- Qu ’ n Jakarta;Rajawali Press, 2013, h.114.
16
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.300.
17
Ibid, h.300.
Berikut ini komentar dari Kiai „Arifun atas tafsir surah Âli „Imrân ayat 31:
A tin : i itung w ktuh, uring kafir quraisy nguc ’ d ’ nabi: kita nyĕmba barhala subung laen, angeng karanah cinta d
’ Allah supajah barhala-barhala panika daddi lantaran mas
ĕmm ’ kit d ’ Allah, maka pas turun ayat:
خا ها ُمُكْبِبُُْ ها َنوبُِ ْمُتﻨُك نِإ ْلُق
A tin l mun b ’n k bbi unggu-unggu cinta d ’ Allah, maka anutah ba’n d
’ singku’, maka Allah bakal cinta d ’ ba’n k bbi, ban bakal nyapurah d ’ dusa-dusanah ba
’n k bbi.
18
Dalam Bahasa Indonesia, terjemahan tersebut bermakna: Artinya: suatu hari orang kafir Quraisy mengatakan pada Nabi “Kita menyembah
berhala hanya karena cinta kepada Allah agar berhala-berhala itu menjadi perantara mendekatkan kita kepada Allah kemudian turunlah ayat:
ْبِبُُْ ها َنوبُِ ْمُتﻨُك نِإ ْلُق خا ها ُمُك
Artinya: jika kamu semua sangat cinta kepada Allah, maka ta‟atlah kamu padaku,
maka Allah akan cinta kepadamu semua, dan akan mengampuni pada dosa- dosanya kamu semua.
Dalam al- Qu ’ n dan Maknanya, surah Âli „Imrân ayat 31 sbb:
19
ِحَر ٌروُفَغ ُهّللاَو ْمُكَبوُنُذ ْمُكَل ْرِفْغَ يَو ُهّللا ُمُكْبِبُُْ ِِوُعِبّتاَف َهّللا َنوبُِ ْمُتْﻨُك ْنِإ ْلُق ٌمي
Katakanlah nabi Muhammad saw.: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kamu.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.
Berdasarkan contoh di atas, dapat dipahami bahwa langkah kedua dalam penerjemahan
Kiai „Arifun adalah alih bahasa yang disesuaikan dengan bahasa sasaran. Menurut penulis komentar yang diberikan penerjemah merupakan
ringkasan terjemahan harfiah model gandul. Jika merujuk pada penelitiannya Syihabuddin terhadap tokoh penerjemah yang bernama al-Zayyat yang
menggunakan dua metode terjemah yaitu harfiah dan tafsiriah yang kemudian disebut dengan metode elektik atau metode campuran.
20
Hal tersebut sama halnya
18
Muhammad „Arifun, Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol. 1, h.378-379.
19
Quraish Shihab, al- Qu ’ n d n M kn ny Jakarta: Lentera Hati, 2013, h.54.
20
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, h.68-6 9.
dengan yang dilakukan Kiai „Arifun dalam terjemahannya yaitu memadukan dua
metode terjemah, yakni iyy dan tafsiriyyah.
Menurut Abdul Munip, penjelasan yang terdapat dalam terjemahan harfiah model gandul yang disertai penjelasan merupakan komentar dari penerjemah atas
ayat yang ditafsirkan, bentuknya berupa terjemah harfiah yang sudah disesuaikan dengan struktur bahasa sasaran, dengan kata lain termasuk dalam terjemahan setia
Faithful translation.
21
Menurut Newmark, seperti dikutip oleh Badudu, faithful translation terjemahan sebenarnya, yaitu mengacu kepada proses pemadanan
yang tepat konsep kata atau kalimat bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
22
Berdasarkan beberapa penjelasan tentang metode yang digunakan Kiai „Arifun di atas, dapat dipahami bahwa ada dua metode dalam terjemahannya yaitu
metode terjemah harfiah dan metode tafsiriah. Masing-masing dari kedua metode tersebut, mempunyai kelebihan. Adapun kelebihan dalam terjemah harfiah
gandulnya adalah mampu mengantarkan pembaca dalam mengetahui posisi lafaz
21
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.302
22
Newmark, seperti dikutip oleh Badudu, membedakan jenis terjemahan ke dalam dua bagian, yaitu terjemahan yang menekankan pada bahasa sumber dan terjemahan yang menekankan
pada bahasa sasaran. Terjemahan yang menekankan pada bahasa sumber terdiri dari beberapa jenis i terjemahan kata demi kata word-for-word translation, yaitu terjemahan kata demikata
mengacu kepada proses pemadanan kata demi kata dari bahasa yang satu ke bahasa lain, misalnya hair dalam bahasa Inggris berpadanan dengan kata rambut dalam bahasa Indonesia ii terjemahan
literal literal translation, yaitu terjemahan literal mengacu kepada proses pemadanan konstruksi gramatikal bahasa sumber mendekati pengertian pada bahasa sasaran, iii terjemahan sebenarnya
faithful translation, yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang tepat konsep kata atau kalimat bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, iv terjemahan semantis semantic translation,
yaitu mengacu pada proses pemadanan yang memperhatikan makna. Sedangkan terjemahan yang menekankan pada bahasa sasaran dibagi beberapa jenis berupa i terjemahan adaptasi adaptation
translation, yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang bersifat menyesuaikan. Hal ini menurut Newmark dapat dialami ketika hendak memindahkan ide-ide yang tertuang di dalam
naskah drama, ii terjemahan bebas free translation, yaitu metode terjemahan bebas yang mengacu kepada proses pemadanan secara bebas konsep kata dan kalimat yang terdapat di dalam
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, iii terjemahan idiomatik idiomatic translation, yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang mementingkan pesan yang terdapat di dalam bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran, dan iv terjemahan yang komunikatif communicative translation, yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang berusaha agar hasilnya bersifat
komunikatif. Menurut Newmark, terjemahan komunikatif mengutamakan makna kontekstual. Lihat, Badudu, Linguistik Terapan Yogyakarta: Nusa Indah, 1991, h.132.
bahasa Arab dengan adanya simbol gramatikal bahasa Arab dan istilah simbolnya, meskipun terbatas pada pembaca yang mampu memahami struktur bahasa Arab.