13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Keterampilan Bercerita
a. Hakikat Berbicara
Tarigan Jurnal Ilmiah, 2009: Vol. 4, No. 1 menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan sosiolinguistik sedemikian intensif sehingga dapat dianggap sebagai alat
manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Menurut Mulgrave Tarigan, 1994: 15 berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Sri Hastuti 2993: 69 menyebutkan pengertian berbicara atau berkomunikasi lisan sebagai suatu peristiwa penyampaian maksud ide,
pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. William B.
Ragan Sri Hastuti, 1993: 69 mengemukakan sebelas bentuk ekspresi lisan, atau seni berbicara yaitu 1 cakapan informal; 2 diskusi dengan maksud
dan tujuan tertentu; 3 menyampaikan berita, pengumuman, dan laporan; 4 memainkan drama;5 khotbah; 6 bercerita; 7 cakap humor dan teka-
14 teki; 8 mengisi acara radio; 9 rapat organisasi; 10 menggunakan
telepon; dan 11 memberi pengarahan. Menurut Dadang S. Anshori dan Sumiyadi 2009: 3 berbicara
menggunakan wacana
lisan merupakan
suatu kegiatan
untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dalam kegiatan berkenalan,
diskusi, bercerita, presentasi hasil penelitian, dan mengomentari pembacaan puisi serta pementasan drama.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi dengan mempergunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang
di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari satu sumber ke tempat yang lain. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai
maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bekerjasama dengan baik. Kerjasama yang baik itu
dapat diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain 1 siapa yang diajak berkomunikasi; 2 situasi; 3 tempat; 4 isi
pembicaraan; dan 5 media atau metode yang digunakan Saleh Abbas, 2006: 83.
Proses berbicara antara pembicara dengan pendengar akan berhasil jika ditandai dengan adanya interaksi antara keduanya. Seperti dijelaskan
oleh Haryadi dan Zamzani 1997: 54 bahwa berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terdapat pemindahan pesan dari
sumber ke tempat lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu kegiatan dalam bentuk
penyampaian maksud secara lisan berupa ide, pikiran, gagasan, serta perasaan seseorang kepada orang lain yang dilakukan dalam kegiatan
berkenalan, diskusi, bercerita, presentasi hasil penelitian, dan lain-lain. Keterampilan berbicara mempunyai kaitan yang erat dengan
keterampilan menyimak dan membaca. Keterampilan berbicara juga
15 menunjang keterampilan menulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa
tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu berusaha menyampaikan pesan atau ide dengan bahasa agar dapat dipahami oleh pendengar atau
pembacanya. Berdasarkan tujuan tersebut, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Menurut Haryadi dan Zamzani 1997: 53 terpadu
dimaksudkan agar dalam setiap materi yang diajarkan dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa menyimak, membaca, dan
menulis dan pengetahuan bahasa. Pembelajaran bersifat fungsional dan kontekstual yaitu materi yang diajarkan berupa bahan pembelajaran yang
bermakna seperti bercerita, berdialog, berpidato atau berceramah, dan diskusi.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa bercerita merupakan bagian dari keterampilan berbicara atau berkomunikasi lisan
yang bersifat fungsional dan kontekstual.
b. Hakikat Bercerita