62 dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang ada di kelas. Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan
keterampilan bercerita siswa dengan menggunakan tindakan atau metode tertentu. Maka dalam penelitian ini, peneliti dan guru secara kolaboratif ingin
menguji hipotesis, sebagaimana yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan bercerita melalui metode mind map siswa
kelas V SD Negeri Gulon 2 Kecamatan Salam Kabupaten Magelang.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Gulon 2 Kecamatan Salam Kabupaten Magelang, pada semester II genap tahun ajaran
20122013. Adapun jumlah siswa sebanyak 37 siswa, terdiri dari 19 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Sedangkan objek penelitian ini adalah
pembelajaran keterampilan bercerita siswa.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dalam kelas V pada semester II genap tahun ajaran 20122013 di SD Negeri Gulon 2 Kecamatan Salam Kabupaten
Magelang. Alasan dilaksanakannya penelitian di kelas V adalah 1 keterampilan siswa dalam bercerita rendah, terbukti dengan belum mampunya
siswa bercerita secara runtut sebuah cerita yang telah disediakan oleh guru; 2 siswa cenderung mengulang-ulang kalimat dalam kegiatan bercerita; dan 3
63 pelafalan dalam kegiatan bercerita kurang jelas, sehingga teman-teman yang
lain tidak memperhatikan ketika salah satu siswa praktik bercerita. Kenyataan tersebut berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti sebelum merumuskan masalah. Mata pelajaran yang diteliti adalah Bahasa dan Sastra Indonesia yang memfokuskan pada keterampilan bercerita.
Penelitian ini dilaksanakan pada 15 April 2013 sampai 18 Mei 2013. Pratindakan dimulai pada tangal 15 April dan16 April. Siklus I dimulai dari
tanggal 20 April 2013 sampai 11 Mei 2013. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2013 sampai tanggal 18 Mei 2013.
Seluruh siswa kelas V berasal dari daerah sekitar Desa Gulon Kecamatan Salam. Rata-rata umur siswa adalah 11-12 tahun. Di dalam proses
pembelajaran siswa dibantu oleh seorang guru yang bernama Ibu Jamti, A. Ma. Pd. sekaligus sebagai wali kelas V lima.
D. Model Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang mudah dipahami dan dapat dilaksanakan dengan optimal.
Penelitian dengan model ini akan memudahkan peneliti dalam melaksanakan tindakan. Bentuk gambaran sederhana dari pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas model Kemmis dan Taggart Suharsimi Arikunto, 2002: 84 adalah sebagai berikut.
64 Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan: Skema siklus di atas terdiri atas dua siklus tindakan. Pada
pelaksanaannya telah direncanakan sebanyak dua siklus dan masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penjabaran
dari tahapan-tahapan tersebut, adalah sebagai berikut. 1.
Perencanaan Planning Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tersebut dilakukan. Peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan Acting
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan
tindakan di kelas. Menurut Suwarsih Madya 2007: 61 tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali,
65 yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Pelaksana tindakan
pada penelitian ini adalah guru kelas dan peneliti sebagai pengamat observer. 3.
Pengamatan Observing Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
Menurut Suwarsih
Madya 2007:
62 observasi
berfungsi untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait, bersama prosesnya. Observasi berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi
sekarang, terlebih ketika siklus terkait sedang berlangsung. Observasi harus direncanakan, sehingga akan ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya.
4. Refleksi Reflection
Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
pelaksana telah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Suwarsih
Madya 2007: 63 yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan sama seperti yang telah dicatat dalam
observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan.
E. Rancangan Penelitian