160
Sikap 1.siswa sikapnya sangat ekspresif, gerak-gerik wajar,
sangat tenang, dan tidak grogi 2. siswa sikapnya ekspresif, gerak-gerik sesekali
tidak wajar, tenang, dan tidak grogi 3. siswa sikapnya cukup ekspresif, gerak-gerik
beberapa kali tidak wajar, cukup tenang, dan sedikit grogi
4.siswa sikapnya kurang ekspresif, gerak-gerik beberapa kali tidak wajar, tidak tenang, dan grogi
8-10 5-7
3-4 1-2
Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
Penguasaan tema
1.siswa bercerita sangat sesuai dengan tema, rangkaian cerita saling berhubungan
2.siswa bercerita sesuai dengan tema, rangkaian cerita saling berhubungan
3.siswa bercerita cukup sesuai dengan tema, rangkaian cerita sesekali tidak saling berhubungan
tetapi dapat dipahami 4.siswa bercerita kurang sesuai dengan tema,
rangkaian cerita beberapa kali tidak saling berhubungan dan sulit dipahami
8-10 5-7
3-4 1-2
Sangat Baik
Baik Cukup
Kurang
Penilaian Proses Pembelajaran dan hasil kemampuan siswa dalam kegiatan bercerita diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
Pencapaian = skor yang diperoleh siswa
skor maksimum × 100
Nilai siswa =
skor yang diperolah siswa skor maksimum
X 100
3. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM
Kriteria Ketuntasan Minimal di SD Negeri Gulon 2 Salam Magelang pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah 68. Kriteria
ketuntasan pada pembelajaran keterampilan bercerita lebih rendah
dibandingkan dengan kriteria ketuntasan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu 68. Adapun kriteria keberhasilan adalah jika rata-rata
siswa memperoleh nilai minimal 66. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70 siswa mendapat nilai ≥66. Sedangkan proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila ≥75 siswa telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik .
161
162
Lampiran RPP Tema: Pengorbanan
Batu Menangis
Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan, hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu cantik
jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang buruk. Segala permintaannya harus dikabulkan tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, yang setiap
hari harus membanting tulang untuk mencari makan.
Pada suatu hari, anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh sehingga mereka harus berjalan kaki.
Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian bagus agar orang di jalan yang melihatnya dan akan mengagumi kecantikannya. Sementara itu, ibunya
berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan pakaian yang sangat dekil. Orang-orang di sepanjang jalan yang dilewati tidak mengetahui bahwa
kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak. Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Orang-orang desa begitu
terpesona melihat kecantikan gadis itu, terutama para pemuda desa.
Setiap gadis itu bertemu dengan seseorang, ia katakan ibunya sebagai pembantu nya. Mulanya, mendengar jawaban putrinya yang durhaka, si ibu masih
dapat menahan diri. Namun, setelah berulang kali didengarnya jawaban yang sama, akhirnya si ibu yang malang itu tidak dapat menahan diri. Si ibu itu pun
berdoa untuk menghukum anaknya tersebut. Atas kekuasaan Tuhan, perlahan- lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari
kaki.
Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak itu menangis dan memohon ampun kepada ibunya. Anak gadis itu terus meratap dan menangis
memohon ampun kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, orang dapat
melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan
ibunya itu dise
but dengan “Batu Menangis”. Dikutip dengan pengubahan dari Kumpulan Cerita Rakyat, Hans Dananjaya
163
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
Sekolah Dasar : SD Negeri Gulon 2 Salam
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tema : Lingkungan
KelasSemester : VII dua
Pertemuan ke : 4 empat
HariTanggal : Sabtu, 11 Mei 2013
Waktu Pelaksanaan : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi