Kurikulum Pendidikan Inklusif Kajian Pendidikan Inklusif

15 Gambar 2. Pengajaran efektif dalam kelas inklusif. Sumber: George S. Morrison 2012: 330 Pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan inklusif merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan modifikasi sesuai kebutuhan peserta didik. Pengetahuan akan Siswa dan Kebutuhan Mereka  Mempelajari karakteristik siswa dengan kebutuhan khusus.  Mempelajari undang-undang berkaitan dengan kebutuhan khusus.  Mengembangkan kemauan mengajar siswa berkebutuhan khusus.  Mendorong penerimaan sosial atas siswa- siswa berkebutuhan khusus.  Menggunakan teknologi pendukung dan mendidik. Kepemipinan dalam Kelas dan Keahlian Manajemen Kelas  Rencanakan dan atur lingkungan belajar untuk mengakomodasi siswa-siswa berkebutuhan khusus.  Sediakan inklusi dalam beragam kelompok siswa dan gunakan peertutoring.  Atur perilaku kebutuhan khusus siswa.  Berikan motivasi ke semua siswa Pengetahuan dan Keahlian dalam Kurikulum dan Pengajaran  Mengembangkan dan memodifikasi pengajaran untuk siswa-siswi berkebutuhan khusus.  Menggunakan variasi gaya pengajaran dan media serta meningkatkan cakupan gaya belajar.  Memberikan pengajaran untuk siswa-siswa di semua tingkatan.  Memodifikasi teknik penilaian untuk siswa-siswa berkebutuhan khusus.  Pengajaran perseorangan dan mengintegrasikan kurikulum. Keahlian Kolaborasi Profesional  Bekerjasama dengan pendidik khusus dan ahli lainnya.  Bekerjasama dan melibatkan orangtua.  Berpartisipasi dalam merencanakan dan menerapkan IEP. 16

6. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Pendidikan Inklusif

Penerapan pendidikan inklusif tidak akan lepas dari faktor pendukung dan penghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran. Faktor pendukung adalah faktor yang dapat menunjang dan membantu tercapainya tujuan pembelajaran yaitu hasil yang dapat optimal sebagaimana tujuan yang direncanakan. Sedangkan yang dimaksud faktor penghambat disini adalah faktor yang tidak dapat menunjang atau membantu tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Skjorten Tarmansyah, 2007: 96 mengemukakan faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pendidikan inklusif adalah: a. Provokasi dan sosialisasi. b. Struktur organisasi meliputi fungsi dan peran pelaksana. c. Tenaga guru dalam mengelola kelasnya d. Pedoman guru dalam mengelola kelasnya e. Peningkatan mutu pendidikan f. Sarana dan prasarana g. Kegiatan belajar mengajar yang efektif efisien h. Fleksibilitas kurikulum i. Identifikasi dan asesmen j. Kerjasama kemitraan Provokasi dan sosialisasi dalam upaya menyamakan visi, misi, dan tujuan pelaksanaan sisten pendidikan inklusif, terus berjalan dan diupayakan agar pendidikan dapat dipahami maknanya. Berbagai kalangan diharapkan akan menjadi mitra dalam pelaksanaan pendidikan inklusif harus mempunyai konsep 17 dan wawasan yang sama dan searah. Pendidikan inklusif merupakan tanggung jawab kita bersama, pemerintah, masyarakat, birokrasi, praktisi. Unsur-unsur tersebut berperan sebagai sumber daya yang potensial untuk tegaknya pendidikan inklusif dan akan memperkokoh perjalanan menuju perubahan paradigma pendidikan di Indonesia. Tenaga kependidikan menjadi ujung tombak dalam melaksanakan perubahan. Mereka yang langsung berhadapan dengan siswa, orang tua, dan masyarakat, harus mampu memberikan layanan kepada semua anak tanpa kecuali. Dalam hal ini diperlukan guru-guru yang profesional dan ramah. Kegiatan yang dilaksanakan oleh para guru dan tenaga kependidikan lainnya dikelola dibawah pimpinan seorang kepala sekolah sebagai manajer yang bertanggung jawab dalam melaksanankan kegiatan pendidikan dalam setting inklusif. Upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, kepala sekolah hendaknya berupaya untuk mendayagunakan sumber-sumber yang telah ada. Baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Sekolah harus menyediakan program pendidikan yang layak dan menantang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap individu peserta didik. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Keberhasilan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh kualitas kegiatan belajar mengajar. Kurikulum perlu dikembangkan dalam satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bagi peserta didiknya. Satuan pendidikan tertentu menggunakan kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan yang