Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013

(1)

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAGERPANG ESTATE PT. PP. LONSUM 2013

SKRIPSI

OLEH :

FARAH MARLINDA SYAM 081000186

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT BAGERPANG ESTATE

PT. PP. LONSUM 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FARAH MARLINDA SYAM 081000186

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI

DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT BAGERPANG

ESTATE PT. PP. LONSUM 2013

Nama Mahasiswa : Farah Marlinda Syam

Nomor Induk Mahasiswa : 081000186

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Gizi Kesehatan Masyarakat

Tanggal Lulus : 23 Juli 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Dr. Zulhaida Lubis, M.Kes dr. Mhd. Arifin Siregar, MS NIP. 19620529 198903 2 001 NIP.19581111 198703 1 004

Medan, Juli 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Asupan zat gizi pekerja merupakan salah satu faktor yang berkontribusi penting dalam menunjang produktivitas kerja. Terpenuhinya zat gizi akan menghasilkan produktivitas kerja yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi, status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan sampel penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik stasiun proses dan bengkel (workshop) sebanyak 72 orang. Cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara menggunakan formulir food recall, kuesioner produktivitas kerja dan mengukur berat badan dan tinggi badan pekerja.

Hasil penelitian menunjukkan 45,8% pekerja pabrik Bagerpang estate mempunyai tingkat kecukupan energi normal dengan rata-rata kontribusi energi yang berasal dari karbohidrat 67,7%, berasal dari lemak 20,5% dan berasal dari protein 11,0%. Sebanyak 48,6% pekerja berada pada tingkat kecukupan protein normal. Sedangkan pada tingkat kecukupan Fe sebagian besar pekerja dalam kategori kurang yaitu sebanyak 95,8% pekerja. Status gizi pekerja berdasarkan IMT, sebanyak 59,7% pekerja memiliki status gizi normal dan 40,3% pekerja berstatus gizi lebih. Produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate sebanyak 30,6% pekerja mempunyai tingkat produktivitas kerja cukup dan 69,4% pekerja mempunyai tingkat produktivitas kerja yang baik.

Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada pihak perusahaan pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum khususnya melalui bagian kesehatan untuk memberikan arahan atau bimbingan kepada pekerja untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan melakukan pemeriksaan rutin terkait status gizi.


(5)

ABSTRACT

Nutrien intake of worker is one of the important contributing factors in supporting of work produktivity. Fulfillment of nutrients will produce better work productivity.

The aim of research to know description nutrient intake, nutritional status and work productivity of worker in the Palm Oil Mill Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013. This descriptive reaserch with samples of all worker in the produce station and workshop station as many as 72 people.The data collected by interview using food recall forms,quetionnairesof work productivity and measure weight and height workers.

Result of the research showed that 45.8% workers had energi adequacy levels on normal stage, with an average contribution of energy derived from carbohydrate 67.7%, 20.5% came from fat and 11.0% from protein. As many as 48,6% of workers had protein adequacy levels on normal stage. Meanwhile more than a half (95,8%) of workers had iron adequacy levels on less category. Nutritional status of workers based on BMI, half of workers (59,7%) had a normal nutritional status and 40,3% workers had nutrition status of over. More than half (69.4%) Bagerpang palm oil mill workers had work productivity on good level and 30.6% workers on enough level.

Based on this research suggested to company’s Bagerpang palm oil mill PT.

PP. Lonsum especially for health section to give direction or guidance to workers to improve their knowledge about nutrition and conduct nutritional status routine inspection.

Keywords : Nutrition Intake, Nutritional Status, Work Produktivity, Factory Workers


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Farah Marlinda Syam

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 24 September 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Orang tua :

Ayah : Syamsuddin Rd.

Ibu : Sri Haryati Syam

Anak ke : 1 (satu) dari 3 bersaudara

Alamat Rumah Orang Tua : Jl. Karya Wisata Komplek Citra Wisata Blok XI No. 6 Kecamatan Medan-Johor, Medan

Alamat : Jl. Karya Wisata Komplek Citra Wisata Blok XI

No. 6 Kecamatan Medan-Johor, Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996 – 2002 : SD Negeri No. 102024 Sei Rampah Tahun 2002 – 2005 : SLTP Negeri 1 Medan

Tahun 2005 – 2008 : SMA Regular Perguruan Al- Azhar Medan Tahun 2008 – 2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang

Estate PT. PP. Lonsum 2013”.

Skripsi ini adalah salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama menyelesaikan skripsi ini, banyak orang yang telah memberikan bantuan, dukungan, serta doa kepada penulis. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M. Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik serta selaku Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

4. Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi II dan sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen Penguji Skripsi II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji III yang telah

banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 7. Seluru dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

8. Pihak Perkebunan Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk khususnya Bapak Julianto Marbun selaku Mill Manager Bagerpang POM PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

9. Kepada Pak Arman dan Bu Murni yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Pabrik Bagerpang Estate, serta kepada seluruh pekerja pabrik yang bersedia meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Teristimewa untuk orang tuaku tercinta Ayahanda (Syamsuddin Rd) dan Ibunda (Sri Haryati Syam), adik-adikku (Fariz dan Farhans) yang telah memberikan dukungan materil dan moral serta doa dalam setiap langkah penulis.

11.Sahabat-sahabatku (Yunika, Alprida, Cut Saura, dan Mawaddah) serta seluruh teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak


(9)

membantu dan selalu memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Asupan Zat Gizi ... 8

2.1.1 Energi ... 9

a. Karbohidrat... 10

b. Protein ... 10

c. Lemak ... 11

2.1.2 Zat Besi ... 12

2.2. Kebutuhan Zat Gizi ... 12

2.2.1 Menaksir Kebutuhan Energi ... 13

2.2.2 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan ... 15

2.3. Status Gizi ... 17

2.3.1 Indeks Massa tubuh (IMT) ... 19

2.4. Produktivitas ... 20

2.5. Jenis Pekerjaan Di Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate ... 23

2.5. Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Waktu Penelitian ... 26

3.4 Populasi dan Sampel ... 26

3.4.1. Populasi ... 26

3.4.2. Sampel ... 27

3.5 Jenis dan cara Pengumpulan Data ... 27

3.5.1. Jenis Data ... 27


(11)

b. Data Sekunder ... 27

3.5.2. Cara Pengumpulan Data ... 27

3.6 Instrumen Penelitian ... 28

3.7 Defenisi Operasional ... 29

3.8 Aspek Pengukuran ... 29

3.9 Pengolahan dan Analisa Data ... 32

3.9.1. Pengolahan Data ... 32

3.9.2. Analisa Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 33

4.2. Gambaran Umum Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate ... 34

4.3. Gambaran Asupan Zat Gizi Pekerja ... 36

4.3.1 Gambaran Asupan Energi Pekerja... 37

4.3.2 Gambaran Asupan Protein Pekerja ... 39

4.3.3 Gambaran Asupan Zat Besi Pekerja ... 40

4.4. Gambaran Status Gizi Pekerja ... 41

4.5. Gambaran Produktivitas Pekerja ... 41

4.6. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi Berdasarkan Status Gizi Pekerja Pabrik Bagerpang Estate ... 43

4.7. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi Berdasarkan Produktivitas ... 45

4.8. Gambaran Status Gizi Pekerja Berdasarkan Produktivitas Kerja ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 50

5.1. Asupan Zat Gizi Pekerja ... 50

5.2. Status Gizi Pekerja ... 52

5.3. Produktivitas Kerja ... 53

5.4. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pekerja ... 54

5.5. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Produktivitas Kerja ... 55

5.6. Status Gizi Pekerja Dengan Produktivitas Kerja ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 57

6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA Lampiran


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor Aktivitas Berdasarkan Jenis Kelamin ... 14

Tabel 2.2. Rumus mencari AMB berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin ... 15

Tabel 2.3. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ... 19

Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Stasiun ... 34

Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan Berdasarkan Pendidikan ... 35

Tabel 4.3. Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur ... 36

Tabel 4.4. Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa Kerja ... 36

Tabel 4.5. Rata-rata Tingkat Kecukupan Asupan Energi Berdasarkan Umur Pekerja 37 Tabel 4.6. Distribusi Pekerja Pabrik Bagerpang Estate Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi ... 37

Tabel 4.7. Kontribusi Karbohidrat, Lemak dan Protein terhadap Tingkat Kecukupan Energi ... 38

Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Asupan Karbohidrat, Lemak dan Protein Pekerja Berdasarkan Energi (AKG) ... 39

Tabel 4.9. Distribusi Pekerja berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein ... 40

Tabel 4.10. Distribusi Pekerja Pabrik berdasarkan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) 40 Tabel 4.11. Distribusi Pekerja Pabrik berdasarkan Status Gizi ... 41

Tabel 4.12. Hasil Penilaian Produktivitas Kerja Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate ... 42

Tabel 4.13. Distribusi Pekerja berdasarkan Tingkat Produktivitas Kerja ... 43

Tabel 4.14. Distribusi Status Gizi Pekerja Pabrik Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi ... 44

Tabel 4.15. Distribusi Status Gizi Pekerja Pabrik berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein ... 44


(13)

Tabel 4.16. Distribusi Status Gizi Pekerja Pabrik berdasarkan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) ... 44 Tabel 4.17. Distribusi Produktivitas Kerja Berdasarkan Asupan Zat Gizi Pekerja ... 46 Tabel 4.18. Indikator Kemampuan Pekerja Dalam Menyelesaikan Pekerjaannya

Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe ... 47 Tabel 4.19. Indikator Ketepatan Waktu Pekerja Dalam Menyelesaikan Pekerjaanya

Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja ... 47 Tabel 4.20. Indikator Kesesuaian SOP Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja . 47 Tabel 4.21. Indikator Keseringan Pekerja Melakukan Kesalahan Berdasarkan Tingkat

Kecukupan Fe Pekerja ... 48 Tabel 4.22. Distribusi Produktivitas Kerja Berdasarkan Status Gizi Pekerja ... 48 Tabel 4.23. Distribusi Absensi Pekerja Pabrik Berdasarkan Keterangannya ... 49


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

ABSTRAK

Asupan zat gizi pekerja merupakan salah satu faktor yang berkontribusi penting dalam menunjang produktivitas kerja. Terpenuhinya zat gizi akan menghasilkan produktivitas kerja yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi, status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan sampel penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik stasiun proses dan bengkel (workshop) sebanyak 72 orang. Cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara menggunakan formulir food recall, kuesioner produktivitas kerja dan mengukur berat badan dan tinggi badan pekerja.

Hasil penelitian menunjukkan 45,8% pekerja pabrik Bagerpang estate mempunyai tingkat kecukupan energi normal dengan rata-rata kontribusi energi yang berasal dari karbohidrat 67,7%, berasal dari lemak 20,5% dan berasal dari protein 11,0%. Sebanyak 48,6% pekerja berada pada tingkat kecukupan protein normal. Sedangkan pada tingkat kecukupan Fe sebagian besar pekerja dalam kategori kurang yaitu sebanyak 95,8% pekerja. Status gizi pekerja berdasarkan IMT, sebanyak 59,7% pekerja memiliki status gizi normal dan 40,3% pekerja berstatus gizi lebih. Produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate sebanyak 30,6% pekerja mempunyai tingkat produktivitas kerja cukup dan 69,4% pekerja mempunyai tingkat produktivitas kerja yang baik.

Berdasarkan penelitian ini disarankan kepada pihak perusahaan pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum khususnya melalui bagian kesehatan untuk memberikan arahan atau bimbingan kepada pekerja untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan melakukan pemeriksaan rutin terkait status gizi.


(16)

ABSTRACT

Nutrien intake of worker is one of the important contributing factors in supporting of work produktivity. Fulfillment of nutrients will produce better work productivity.

The aim of research to know description nutrient intake, nutritional status and work productivity of worker in the Palm Oil Mill Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013. This descriptive reaserch with samples of all worker in the produce station and workshop station as many as 72 people.The data collected by interview using food recall forms,quetionnairesof work productivity and measure weight and height workers.

Result of the research showed that 45.8% workers had energi adequacy levels on normal stage, with an average contribution of energy derived from carbohydrate 67.7%, 20.5% came from fat and 11.0% from protein. As many as 48,6% of workers had protein adequacy levels on normal stage. Meanwhile more than a half (95,8%) of workers had iron adequacy levels on less category. Nutritional status of workers based on BMI, half of workers (59,7%) had a normal nutritional status and 40,3% workers had nutrition status of over. More than half (69.4%) Bagerpang palm oil mill workers had work productivity on good level and 30.6% workers on enough level.

Based on this research suggested to company’s Bagerpang palm oil mill PT.

PP. Lonsum especially for health section to give direction or guidance to workers to improve their knowledge about nutrition and conduct nutritional status routine inspection.

Keywords : Nutrition Intake, Nutritional Status, Work Produktivity, Factory Workers


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional dilakukan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja merupakan salah satu yang mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

Produktivitas merupakan prioritas utama yang dituntut dari setiap tenaga kerja untuk dapat menghasilkan produk. Mutu kehidupan tenaga kerja mempunyai kaitan yang erat terhadap tingkat produktivitas kerjanya, sebagaimana yang diarahkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mutu kehidupan tenaga kerja perlu secara terus menerus ditingkatkan. Salah satu bentuk dari usaha peningkatan mutu kehidupan tenaga kerja yaitu dengan menyelaraskan antara asupan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja dengan pekerjaan yang mereka lakukan (Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja, 1979).

Gizi pada pekerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Oleh karena itu pekerja perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis atau beban pekerjaan yang dilakukannya. Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan


(18)

tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal (Aisyah, 2010). Artikel penelitian yang dibuat oleh Suci Widiastuti (2011) berjudul Faktor Determinan Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita didapatkan hasil yaitu adanya hubungan antara asupan energi, persentase lemak tubuh, IMT, dan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas adalah kadar hemoglobin pekerja (Widiastuti, 2011).

Penelitian lain dilakukan oleh Anisa Rosyida (2010) dengan judul penelitian Tingkat Konsumsi Energi dan zat Besi (Fe), Status Gizi dan Produktivitas Kerja Karyawan pada Bagian Produksi PT Air Mancur Palur, Karanganyar. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan hubungan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan produktivitas pekerja pada sub bagian Mesin Aduk-Param. Artinya, peningkatan tingkat konsumsi zat besi membawa peningkatan jumlah yang dihasilkan dalam sehari (output/hari).

Penelitian tentang tingkat konsumsi dan penggunaan cetakan terhadap produktivitas kerja di Industri tahu didapat hasil korelasi person dari tingkat kosumsi energi dan protein dengan produktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan tingkat produktivitas kerja. Sehingga dapat diambil kesimpulan semakin tinggi tingkat konsumsi energi dan protein pekerja maka semakin tinggi produktivitas kerja (Handayani, 2008). Pernyataan yang lainnya mendukung penelitian ini adalah menurut Revianto (1985)


(19)

makin besar tenaga yang diberikan sampai taraf tertantu, maka makin besar juga kemungkinan produktivitas kerja.

Asupan gizi tenaga kerja yang baik dan sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan, akan mengasilkan daya tahan dan kesehatan serta status gizi pekerja yang baik. Kelebihan energi diakibatkan rendahnya aktivitas fisik akan mempengaruhi resiko terjadinya kegemukan atau obesitas, begitu pula sebaliknya. Oleh karena it u angka kebutuhan energi individu disesuaikan oleh tingkat aktivitas fisik individu tersebut(FAO/WHO/UNU, 2001).

Penelitian terkait aktivitas fisik dan status gizi dilakukan oleh Nadimin (2011) pada pegawai Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukan terdapat responden yang mempunyai status gizi gemuk, dimana responden tersebut memiliki pola aktivitas yang rendah. Namun, pada responden yang memiliki status gizi normal mempunyai pola aktivitas yang tinggi dan sedang. Apabila asupan melebihi kebutuhan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup maka kalori yang masuk akan menumpuk di dalam tubuh dan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak sehingga dapat mengakibatkan kegemukan.

Penelitian tentang gizi kerja hubungannya dengan kelelahan dilakukan oleh Dyahumi dan Nur Ulfah (2012) pada salah satu Perusahaan penghasil bulu mata palsu di Purbalingga. Penelitian ini dilakukan pada 52 orang pekerja di bagian Knitting , yaitu bagian penempelan bulu mata. Pekerja memiliki waktu kerja selama 7 jam dalam sehari dengan posisi badan monoton yaitu condong ke depan secara terus-menerus saat menata bulu mata sehingga sangat rentan terhadap terjadinya kelelahan. Hasilnya menunjukkan sebanyak 63,5 % mengalami kelelahan berat. Dan sebanyak


(20)

50 % pekerja mengalami defisit konsumsi energi. Setelah diuji dengan menggunakan analisis Regresi Logistik dapat disimpulkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi defisit akan mempunyai probabilitas 75,57 % (apabila variabel yang dimasukkan hanya energi dan protein) atau 77,8 % (apabila variabel yang dimasukkan energi, protein dan anemia) untuk terjadinya kelelahan.

Penelitian tentang aktivitas fisik, asupan energi dan status gizi pekerja dilakukan oleh Venny Agustiani Mahardikawati dan Katrin Roosita pada wanita pemetik teh di PTPN VIII Bandung, di dapatkan hasil bahwa lebih dari separuh pekerja wanita pemetik teh mempunyai status gizi normal dan sebanyak 30,4% pekerja mengalami kegemukan, dimana tingkat aktivitas fisik sampel tertinggi pada hari kerja dengan rata-rata 1,87 dibandingkan pada hari libur dan jika keduanya digabungkan. Tingkat konsumsi energi sampel rata-rata berkisar 95 sampai 115%.

PT. PP. Lonsum merupakan salah satu perusahaan yang menyerap banyak tenaga kerja. PT. PP. Lonsum bergerak dalam bidang perkebunan yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit, Perkebunan Karet, Perkebunan Coklat, Perkebunan Kopi, Perkebunan Kelapa, dan Perkebunan Teh. Perkebunan yang dimiliki perusahaan Lonsum tersebar hampir diseluruh Indonesia antara lain daerah Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Bagerpang estate merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit Lonsum yang terdapat di Sumatera, terletak di daerah Serdang Sumatera Utara. Di Bagerpang estate terdapat pabrik pengolahan minyak kelapa sawit yang memiliki cukup banyak tenaga kerja.

Dari survei awal penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara serta melihat langsung ke tempat kerja didapatkan informasi tentang gambaran pekerja


(21)

pabrik kelapa sawit Bagerpang estate. Pada pabrik kelapa sawit Bagerpang estate memiliki 4 station pekerjaan antara lain office, laboratorium, workshop (bengkel), dan proses. Jumlah total dari pekerja pabrik Bagerpang adalah 116 orang. Pada umumnya pekerja yang bekerja di pabrik ini mempunyai jam kerja selama 7 jam setiap hari.

Stasiun proses dan bengkel merupakan stasiun yang menyerap lebih banyak tenaga kerja dibanding stasiun yang lainnya yaitu 50 pekerja pada stasiun proses dan 22 pekerja pada stasiun bengkel. Pada stasion proses mempunyai jenis kerja sesuai alur proses pengolahan buah kelapa sawit. Dimulai dari sortasi buah, tempat penimbunan (loading ramp), stasiun rebusan (sterilizer), stasiun penebah (threshing station), stasiun kempah (pressing station), stasiun pemurnian (clarification station), stasiun kernel (kernel recovery plant), stasiun steam boiler, dan pembangkit tenaga listrik. Stasiun bengkel merupakan stasiun yang mempunyai jenis pekerjaan melakukan perawatan (maintenance) dan perbaikan terhadap mesin dan peralatan yang ada di pabrik. Pada umumnya station proses mempunyai 2 shift, namun beberapa bidang mempunyai 3 shift waktu kerja seperti pada station penyortiran dan engine room.

Pada station proses dan bengkel yang bekerja hanya laki-laki dan mereka mempunyai beban kerja mulai dari sedang sampai berat. Melihat beban kerja dan lama kerja, pekerja pada station proses diberikan ekstra puding kacang hijau, namun untuk beberapa bagian terutama pada station yang terpapar kimia diberikan ekstra puding susu.


(22)

Berdasarkan wawancara dengan bagian kesehatan menyatakan bahwa terdapat pekerja pernah mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti gangguan pendengaran, gangguan pencernaan, gangguan pada otot, serta terdapat pekerja yang mengalami anemia serta keluhan lemas-lemas. Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan berkala pekerja Bagerpang Oil Mill tahun 2012 terdapat sekitar 50 % pekerja mempunyai kelebihan berat badan, dimana 32,8% pekerja mengalami kelebihan berat badan tingkat rendah dan 17,2% pekerja mempunyai kelebihan berat badan tingkat tinggi, serta terdapat sekitar 37,1% pekerja mengalami anemia. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian gambaran asupan zat gizi, status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP Lonsum 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dengan jumlah jam kerja 7 jam dalam sehari terdapat separuh dari pekerja yang memiliki status gizi lebih serta beberapa pekerja yang mengalami anemia, sehingga penliti tertarik untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan zat besi (Fe) serta status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP Lonsum.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi, status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja di pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum.


(23)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran kecukupan energi, protein dan Fe pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum.

2. Mengetahui gambaran kontribusi karbohidrat, protein, dan lemak terhadap total asupan energi pekerja pabrik di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum. 3. Mengetahui kemampuan, ketepatan waktu, kesesuaian SOP dan tingkat

kesalahan yang dilakukan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan serta mengetahui absensi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak perusahaan tentang gambaran asupan zat gizi energi dan Fe, serta status gizi pekerja dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum dan diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan selanjutnya.

2. Bagi pekerja sebagai pedoman untuk menpertahankan atau meningkatkan status gizinya dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang.

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian yang berhubungan dengan gizi pada pekerja.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asupan Zat Gizi

Asupan gizi yang baik sangat penting bagi pekerja. Asupan zat gizi merupakan jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi makanan sehari-hari untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Suharjo, 1999). Kekurangan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan membawa akibat buruk pada tubuh pekerja seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan lain-lain (Wisnoe, 2005).

Asupan zat gizi pekerja diperoleh dari makanan yang dikonsumsi pekerja setiap hari. Makanan yang dikonsumsi pekerja akan mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Makanan tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi lalu diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh. Fungsi umum dari zat gizi antara lain (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007) :

1. Sebagai sumber penghasil energi atau tenaga; 2. Menyumbang pertumbuhan badan;

3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak;

4. Mengatur metabolisme, keseimbangan air, mineral dan asam - basa di dalam cairan tubuh;

5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai antibodi dan antitoksin.


(25)

2.1.1. Energi

Energi dibutuhkan tubuh yang pertama untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme dasar sebesar 60-70 % dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam keadaan istirahat total, tetapi dalam lingkungan suhu yang nyaman dan suasana tenang. Energi juga diperlukan untu fungsi tubuh lain seperti mencerna, mngolah, menyerap, serta bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya (Soekirman, 2000)

Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya tahan tubuh, kegiatan pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuh sehingga energi yang dihasilkan lebih sedikit (Kartasapoetra, 2008). Penelitian terkait aktivitas fisik dan kecukupan energi dilakukan Farah Azziza (2008) didapatkan hasil bahwa semakin baik tingkat kecukupan energi, maka semakin banyak aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Hal tersebut dibuktikan dengan hubungan signifikan positif antara rat-rata faktor aktivitas dengan tingkat kecukupan energi.

Menururt Suhardjo dan Clara M. Kusharto (1999) dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, seseorang tidak dapat bekerja melebihi dari energi yang diperoleh dari asupan makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh. Namun kebiasaan meminjam ini akan mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi (Kartasapoetra, 2008).


(26)

Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan yang cukup untuk mememnuhi kecukupan energinya (Budiyanto, 2002).

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia sehingga zat ini juga dinamakan zat tenaga (Beck, 2011). Hampir seluruh penduduk dunia khususnya negara yang sedang berkembang memilih karbohidrat sebagai sumber kalori utama walaupun kalori yang dihasilkan setiap 1 gram karbohidrat hanya 4 kalori bila dibanding lemak (Budianto, 2009).

Karbohidrat memiliki peran dalam tubuh antara lain : Sebagai sumber energi paling murah dibanding lemak maupun protein, memberi volume pada usus dan melancarkan gerak peristaltik usus sehingga memudahkan pembuangan faces, bagian struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang merupakan reseptor hormon, simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang mudah dimobilisasi, penghematan protein dan pengaturan metabolisme lemak, memberi rasa manis pada makanan, dan memberi aroma serta bentuk khas makanan. Kebutuhan karbohidrat menurut anjuran WHO adalah 55 – 75% dari total konsumsi energi diutamakan berasal dari karbohidrat kompleks dan 10% berasal dari gula sederhana (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

b. Protein

Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Winarno, 1997). Protein merupakan salah satu zat gizi penghasil energi selain karbohidrat dan lemak, namun peran


(27)

protein tidak sebagai sumber energi. Protein diperlukan untuk membangun dan memelihara sel-sel jaringan tubuh. Protein akan dipecah menjadi asam amino, kemudian diserap dan dibawa oleh aliran darah ke seluruh tubuh. Selain itu, protein juga dapat menghasilkan energi ketika konsumsi karbohidrat dan zat sumber energi lainnya mengalami kekurang (Beck, 2011).

Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, dalam keadaan berlebihan, protein akan mengalami deaminase, nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu konsumsi protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.

c. Lemak

Lemak merupakan bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh, yang dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari tiap gramnya lebih besar dari yang dihasilkan tiap gram karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak akan menghasilkan 9 kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan 4 kalori (Kartasapoetra, 2008). Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh dan pengatur suhu tubuh. Sebagai penghasil asam lemak esensial, dan sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K.

Tempat penyimpanan utama jaringan lemak berada di bawah kulit serta di sekitar organ-organ dalam rongga abdomen. Simpanan ini sering disebut sebagai depot lemak. Mengkonsumsi lemak yang melampaui kebutuhan tubuh akan energi


(28)

dapat menimbulkan penimbunan lemak dalam jaringan adiposa dan menyebabkan kegemukan (obesitas) (Beck, 2011).

2.1.2 Zat Besi (Fe)

Zat besi (Fe) adalah bagian penting dari hemoglobin, mioglobin, dan enzim, namun zat ini tergolong essensial sehingga harus disuplaidari makanan. Sumber utama Fe adalah pangan hewani terutama yang berwarna merah, seperti hati dan daging, sedangkan sumber lainnya adalah sayuran berdaun hijau. (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

Fungsi zat besi untuk tubuha anatara lain : untuk pembentuk hemoglobin baru, mengembalikan hemoglobin kepada nilai normal setelah terjadi pendarahan, mengimbangi sejumlah kecil zat besi secara konstan dikeluarkan tubuh, menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh, serta pada laktasi untuk sekresi air susu. Zat besi yang tidak mencukupi bagi pembentukan sel darah, akan mengakibatkan anemia, menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. (Budianto, 2009). Selain itu dalam hemoglobin, Fe akan mengikat 4 oksigen, sehingga gejala kekurangan Fe akan menyebabkan rendahnya peredaran oksigen dalam tubuh sehingga mengakibatkan mudah pusing, lelah, letih, lesu, dan turunnya konsentrasi berfikir (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

2.2. Kebutuhan Zat Gizi

Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. faktor lain penentu


(29)

kebutuhan gizi yaitu: jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja (Ratnawati, 2011). Karyadi dan Muhilal (1996) menyatakan bahwa kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang diperlukan akan berdampak buruk bagi kesehatan.

Menurut Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan (Irianto, 2007) menyatakan bahwa proporsi makanan sehat seimbang terdiri atas 60-65% karbohidrat, 20% lemak, dan 15-20% protein dari total kebutuhan atau keluaran energi per hari. Kebutuhan protein, lemak dan karbohidrat menurut WHO adalah sebanyak 10-15% protein dari kebutuhan energi total, lemak 10-25% dari kebutuhan energi total, dan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total atau sisa dari kebutuhan energi yang berasal dari protein dan lemak (Almatsier,2008).

2.2.1 Menaksirkan Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari asupan makanan sehari-hari. Kebutuhan energi sebaiknya diimbangi oleh asupan energi dengan jumlah yang sama (Karsin, 2004). Berdasarkan aktivitas fisik masing-masing orang, maka kebutuhan energi setiap orang akan berbeda-beda pula. Khumaidi (1989) menyatakan, semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Sehingga pekerjaan yang memerlukan kekuatan fisik akan membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan pekerjaan yang mengandalkan keahlian (Wardani, 2008).


(30)

Menaksirkan kebutuhan energi berdasarkan aktivitas fisik dapat dihitung dengan :

Rumus cara sederhana :

Kebutuhan Energi = Angka Metabolisme Basal (AMB) x faktor aktivitas

Nilai berdasarkan jenis aktivitas fisik dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Faktor Aktivitas Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Aktivitas Faktor Aktivitas

Laki-laki Perempuan

Sangat Ringan 1,30 1,30

Ringan 1,65 1,55

Sedang 1,76 1,70

Berat 2,10 2,00

Sumber dikutip dari Almatsier, 2008

Menaksirkan kebutuhan energi seseorang berdasarkan aktivitasnya kita perlu mengetahui kebutuhan gizi berdasarkan Angka Metabolisme Basal (AMB). Untuk mengetahui AMB dapat dilakukan dengan beberapa cara anatara lain :

1. Rumus Harris – Bennedict

Laki-laki = 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB) + (6,8 x U) Perempuan = 665,1 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) + (4,7 x U) Dimana :

BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (cm) U = Umur (tahun) 2. Cara cepat

a) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam


(31)

b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB Perempuan = 25 kkal x kg BB

3. Cara FAO/WHO/UNU

Menentukan AMB dengan cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tabel 2.3 Rumus mencari AMB berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Kelompok Umur AMB (kkal/hari)

Laki-laki Perempuan

0 – 3 60,9 B –54 61,0 B –51

3 – 10 22,7 B + 495 22,5 B + 499

10 – 18 17,5 B + 651 12,2 B + 746

18 – 30 15,3 B + 679 14,7 B + 496

30 – 60 11,6 B + 879 8,7 B + 829

≥ 60 13,5 B + 487 10,5 B + 596

Sumber : FAO/WHO/UNU 1985 dikutip dari Almatsier, 2008

2.2.2 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan

Menjaga dan mempertahankan fungsi tubuh maka perlu menjaga keseimbangan energi. Energi yang dikeluarkan harus seimbang dengan asupan energi yang didapat dari asupan makanan sehari-hari (Irianto, 2007).

Menghitung nilai kalori dari bahan makanan diperlukan beberapa instrumen antara lain :

1. Nilai Kalori Makanan

Dalam Bomb calorimeter oksidasi 1 gram karbohidrat menghasilkan 4,1 kalori, 1 gram lemak 9,45 kalori dan 1 gram protein 5,65 kalori. Di dalam tubuh keadaannya lain baik karbohidrat, lemak maupun protein tidak seluruhnya dapat terbakar, karena adanya kehilangan dalam proses


(32)

pencernaan dan ekskresi maka dilakukan reduksi sebam 2% untuk karbohidrat, 5% untuk lemak dan 29,2 % untuk protein. Sehingga setelah dihitung dengan pembulatan-pembulatan diperoleh angka sebagai berikut: Setiap 1 gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 kalori

Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori

Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kalori (Budianto, 2009). 2. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) berupa tabel yang memuat berbagai jenis makanan beserta kandungan zat gizinya.

3. Ukuran Rumah Tangga (URT)

URT (Ukuran Rumah Tangga) berupa daftar takaran bahan makanan yang dalam daftar ini dinyatakan dengan ukuran yang lazim digunakan di rumah tangga. Berikut tercantum antara ukuran rumah tangga (URT) dengan gram (gr) :

1 sdm gula pasir = 8 gram

1 sdm tepung susu = 5 gram

1 sdm tepung beras, tepung sagu = 6 gram 1 sdm terigu, maizena, hunkwe = 5 gram 1 sdm minyak goreng, margarin = 10 gram 1 gls nasi = 140 gram = 70 gram beras 1 ptg pepaya (5 x 15 cm) = 100 gram 1 bh sdg pisang (3 x 15 cm) = 50 gram 1 ptg sdg tempe (4 x 6 x 1 cm) = 25 gram


(33)

1 ptg sdg daging (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram 1 ptg sdg ikan (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram 1 bh bsr tahu (6 x 6 x 2,5 cm) = 100 gram

Untuk cairan :

1 sdm = 3 sdt = 10 ml

1 gls = 24 sdm = 240 ml

1 ckr = 1 gls = 240 ml

Perhitungan kalori di dalam bahan makanan dapat ditentukan sebagai berikut : Banyak kalori = (BDD/100) x (berat/100) x (nilai dari DKBM) x (nilai kalori makanan)

Misal :

Banyak kalori 1 gls nasi (URT = 125 gr)

Karbohidrat = 100/100 x 125/100 x 78,9 x 4 = 394,5 kal Lemak = 100/100 x 125/100 x 0,7 x 9 = 7,9 kal

Protein = 100/100 x 125/100 x 6,8 x 4 = 34,0 kal Total kalori = 394,5 + 7,9 + 34,0 = 435,9 kal

2.3. Status Gizi Pekerja

Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik


(34)

akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2002). Pengertian status gizi di dalam buku Ilmu Gizi dan Diet merupakan status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Beck, 2011). Arkani (1992) menyatakan bahwa pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi tersebut. Status gizi normal menunjukkan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh (Aziiza, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah produk pangan, pembagian makanan atau pangan, Akseptabilitas (daya terima), Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, Pantangan pada makanan tertentu, Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, Keterbatasan ekonomi, Kebiasaan makan, Selera makan, dan Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) (Supariasa, 2002).

Untuk menilai status gizi secara umum dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode penilaian status gizi secara langsung dan metode penilaian status gizi secara tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat cara yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survey konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi pada pekerja dapat dilakukan dengan metode langsung yaitu cara Antropometri dengan mencari tahu Indeks Massa Tubuh (IMT) pekerja.


(35)

2.3.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi Indeks Massa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (Supriasa, 2002).

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterakan pada bayi, anak remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Selain itu IMT juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusu seperti adanya edema, asites, dan hepatomegali. Indeks Massa tubuh memiliki kelebihan antara lain pengukuran sederhana dan mudah dilakukan, dan dapat menentukan kelebihan dan kekurangan berat badan.

Rumus IMT :

I��= � ����� � (��)

�� ���� � ��� ����� � ( )

Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal Gizi Baik > 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber : Depkes, 2002 dikutip dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007


(36)

2.4. Produktivitas

Produktivitas kerja menurut Sagir (dalam Azziza, 2008) merupakan perbandingan antara jumlah pengeluaran dengan nilai tambah terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Menurut Cascio (dalam Almigo, 2004) produktivitas sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Arfida (dalam Ardiansyah, 2009) menyatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan persatuan waktu. Pengertian makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud dalam empat bentuk, yaitu :

1. Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit

2. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang kurang

3. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya yang sama

4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih sedikit.

Menurut Sinungan (dalam Lubis, 2011), pengertian produktivitas dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu :


(37)

1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah rasio yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input)

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu dari tiga faktor yaitu : Investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen, dan tenaga kerja.

Revianto (1985) menyatakan produktivitas kerja dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

1. latar belakang pendidikan dan latihan.

2. Peralatan produksi dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. 3. Value system yaitu nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat (ikatan

kekeluargaan, mobilitas, motivasi) 4. Lingkungan dan iklim kerja

5. Derajat kesehatan, nilai gizi makanan, sanitasi, tersedianya air bersih. 6. Tingkat upah minimal yang berlaku.

Menurut WHO (1995) rendahnya produktivitas kerja pada individu dipengaruhi oleh rendahnya motivasi, status gizi dan status kesehatan yang kurang baik. Suhardjo (2005) menyatkan bahwa perbaikan gizi pekerja akan menurunkan tingkat absen pekerja sehingga meningkatkan kemampuan produktivitas kerja.


(38)

Menurut Sutrisno (dalam Imran, 2011) untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator, yaitu sebagai berikut :

1. Kemampuan

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampan seseorang karyawan sangan bergantung pada keterampilan yang dimilki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.

2. Meningkatkan hasil yang dicapai

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.

3. Semangat kerja

Merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.

4. Pengembangan diri

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk menjadi


(39)

lebih baik pada giliranya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan.

5. Mutu

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang pegawai. Jadi meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik pada gilirannya akan sangan berguna bagi perusahaan dan diri sendiri.

6. Efisiensi

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.

2.5. Jenis Pekerjaan Di Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate

Pabrik kelapa sawit Bagerpang estate membagi jenis pekerjaan kedalam beberapa bidang utama (stasiun) antara lain :

a. Stasiun Office :

Sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan dibidang ini terkait dengan administrasi pabrik.

b. Stasiun Proses :

Merupakan stasion yang mempunyai jenis kerja sesuai alur proses pengolahan buah kelapa sawit. Dimulai dari sortasi buah, tempat penimbunan (loading ramp). Stasiun rebusan (sterilizer), stasiun penebah (threshing station), stasiun kempah (pressing station), stasiun pemurnian (clarification station), stasiun


(40)

kernel (kernel recovery plant), stasiun steam boiler, dan pembangkit tenaga listrik.

c. Stasiun Laboratorium :

Pada stasiun ini mempunyai pekerjaan untuk melihat dan mengontrol standar kualitas dari minyak kelapa sawit.

d. Stasiun Workshop (Bengkel) :

Stasiun workshop merupakan stasiun yang mempunyai jenis pekerjaan melakukan perawatan (maintenance) dan perbaikan terhadap mesin dan peralatan yang ada di pabrik.

2.6. Kerangka Konsep

Adapun variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini dapat dilihat dari bagan di bawah ini :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep menggambarkan bahwa asupan zat gizi energi dan zat besi dipengaruhi oleh karakteristik pekerja yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja. Asupan zat gizi kemudian berpengaruh terhadap status gizi pekerja yang selanjutnya akan berdampak terhadap produktivitas kerja.

ASUPAN ZAT GIZI

1. ENERGI a. Karbohidrat b. Protein c. Lemak 2. ZAT BESI (Fe)

PRODUKTIVITAS STATUS GIZI

(IMT)

KARAKTERISTIK PEKERJA

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Masa Kerja


(41)

Penelitian ini akan menggambarkan asupan zat gizi pekerja yaitu energi (dari karbohidrat, protein dan lemak) dan zat besi serta menggambarkan tingkat status gizi pekerja dan produktivitas pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate bagian proses dan bengkel (workshop).


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat gambaran asupan zat gizi energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan zat besi serta status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. LONSUM.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik kelapa sawit Bagerpang estate PT.PP. Lonsum Indonesia dengan alamat Desa Batu Lokong Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya terkait gizi kerja di tempat tersebut. Selain itu melalui pengamatan ditemukan adannya masalah kesehatan terutama terkait gizi pada pekerja yaitu ditemukannya pekerja yang mengalami anemia dengan jumlah jam kerja yang normal yakni 7 jam sehari.

3.3 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dilakukan dimulai dari November sampai dengan bulan Mei 2013.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi dari penelitian merupakan seluruhan pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate stasiun proses dan bengkel sebanyak 72 orang


(43)

3.4.2 Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh seluruhan pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate stasiun proses dan bengkel sebanyak 72 orang, yaitu 50 orang pekerja pada stasiun proses dan 22 orang pekerja pada stasiun bengkel.

3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer meliputi data karakteristik responden, asupan zat gizi energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan Fe serta status gizi dan produktivitas responden. Data karakteristik pekerja, asupan gizi dan produktivitas kerja diperoleh dari wawancara langsung dengan bantuan kuesioner terhadap pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum, dan data status gizi pekerja diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara langsung terhadap pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia di pabrik Bagerpang Estate yaitu data pemeriksaan kesehatan berkala pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

a. Karakteristik responden (nama, jenis kelamin, umur, station) diperoleh dengan wawancara.


(44)

b. Jumlah energi dan Fe diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan teknik food recall 24 jam sebanyak dua kali tanpa berturut-turut. Tingkat kecukupan energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan Fe dikategorikan atas : sangat tinggi, tinggi, cukup/sesuai standar, rendah dan sangat rendah.

c. Data produktivitas kerja diperoleh dengan melakukan wawancara kepada setiap kepala stasiun dengan menggunakan kuesioner serta melakukan observasi langsung.

d. Status Gizi dapat dilihat dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) responden yaitu diperoleh dari hasil perbandingan berat badan (kg) dan kuadrat tinggi badan (m) dan disesuaikan dengan batas ambang IMT, berdasarkan Depkes (2002) yang dikutip dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2007), batas ambang IMT dikategorikan atas :

- Kekurangan berat badan tingkat berat : < 17,0 - Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0 - 18,5

- Normal/ gizi baik : > 18,5 – 25,0

- Kelebihan berat badan tingkat ringan : > 25,0 – 27,0 - Kelebihan berat badan tingkat berat : > 27,0

3.6 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen antara lain : a. Formulir Food Recall 24 jam

b. Kuesioner


(45)

d. Microtoice

e. Weight Scale (max : 125 kg)

3.7 Defenisi Operasional

a. Asupan zat gizi adalah banyaknya zat gizi yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi pekerja selama 24 jam.

b. Asupan Energi adalah banyaknya energi dari karbohidrat, protein dan lemak yang masuk melalui makanan dikonsummsi pekerja selama 24 jam.

c. Asupan Fe adalah banyaknya Fe yang masuk melalui makanan yang dikonsummsi pekerja selama 24 jam.

d. Status Gizi adalah keadaan tubuh dari pekerja yang dihasilkan karena keseimbangan antara kebutuhan dan jumlah asupan zat gizi yang dimakan. e. Produktivitas kerja adalah upaya yang dilakukan oleh pekerja dalam

menyelesaikan pekerjaannya untuk menghasilkan keluaran (output).

3.8 Aspek Pengukuran

a. Tingkat kecukupan gizi dinilai dari hasil recall 24 jam, lalu dihitung rata-rata dari hasil dua kali pengukuran. Hasil rata-rata dilakukan perhitungan tingkat kecukupan dengan, dengan rumus :

������ � � ��� (��) = K

KCx 100%

Dimana : TK : Tingkat Kecukupan (energi, protein dan Fe)

K : Konsumsi


(46)

Untuk menentukan AKG individu dapat diperoleh cara :

����� � � = BB nyata

BB standarx AKG energi, protein dan Fe standar

BB standar dan angka kecukupan standar (energi, protein dan Fe) dapat dilihat melalui tabel angka kecukupan gizi 2004 bagi orang indonesia (DKGA) berdasarkan rentang usia.

Setelah tingkat kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya hasil persen tersebut dikategorikan.

Pengkategorian tersebut adalah:

- Kategori energi (Depkes, 1996) : defisit tingkat berat(<70% angka kebutuhan), defisit tingkat sedang (70-79% angka kebutuhan), defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan), Normal (90-119% angka kebutuhan), di atas angka kebutuhan (≥120% angka kebutuhan). - Kategori Fe (Gibson, 2005) : Kurang (<77% angka kecukupan),

Cukup (≥77% angka kecukupan).

Untuk mengukur kontribusi karbohidrat, protein dan lemak terhadap asupan energi total dengan melakukan food recall 24 jam. Lalu dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Kontribusi Karbohidrat % = asupan karbohidrat pekerja gr x 4

Energi AKG x 100%

Kontribusi Lemak % =asupan lemak pekerja gr x 9


(47)

Kontribusi Protein % = asupan protein pekerja gr x 4

Energi AKG x 100%

Dimana : Energi (AKG) → Umur 19 – 29 tahun = 2550 kal Umur 30 – 49 tahun = 2350 kal Umur 50 – 64 tahun = 2250 kal

b. Status gizi dinilai dengan menentukan IMT, dimana menentukan nilai IMT dengan rumus :

I��= � ����� � (��)

�� ���� � ��� ����� � ( )

Setelah IMT diperoleh dikategorikan berdasarkan ambang batas IMT (Depkes, 2002 dikutip dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007), yaitu : kurus tingkat berat, kurus tingkat ringan, normal, gemuk tingkat ringan, gemuk tingkat berat.

c. Produktivitas kerja dinilai dengan melakukan wawancara dengan masing-masing kepala stasiun dan melakukan observasi langsung dengan menggunakan kuesioner. Indikator yang ditanyakan adalah kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan, ketepatan waktu pekerja dalam melakukan pekerjaan, kesesuaian pekerja terhadap prosedur operasional (SOP) yang telah ditentukan perusahaan dalam melakukan pekerjaan, dan keseringan pekerja dalam melakukan kesalahan.


(48)

Kemudian berdasarkan indikator tersebut akan diberi penilaian yang sudah ditentukan. Nilai tersebut dijumlahkan lalu dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kurang (jika jumlah penilaian produktivitas kerja < 7), cukup/sedang (jika jumlah penilaian produktivitas kerja 7-9), baik (jika penilaian produktivitas kerja > 9).

3.9 Pengolahan dan Analisa Data 3.9.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Koding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari kategori.

3. Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer.

3.9.2. Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan program komputer, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian data di analisis secara deskriptif.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Lonsum mengolah berbagai hasil perkebunan seperti, teh, kopi, karet, coklat dan kelapa sawit. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1906 dengan nama awal Harrisons and Crossfield Plc (H&C).

PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk memiliki perkebunan dan pabrik yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, serta Sulawesi. Pulau Sumatera merupakan tempat yang terbanyak penyebaran perusahaan serta terluas. Berikut beberapa pabrik dan kebun (estate) yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, terutama di pulau Sumatera antara lain :

1. Sumatera Utara, antara lain :

a. Turangi Oil Mill, kapasitas 50 ton/jam

b. Bagerpang POM (Palm Oil Mill), kapasitas 50 ton/jam c. Dolok Palm Oil Mill, kapasitas 30 ton/jam

d. Gunung Melayu Palm Oil Mill, kapasitas 30 ton/jam e. Sei Rumbia, komoditi karet.

2. Sumatera Selatan

a. Sei Lakitan Palm Oil Mill, kapasitas 60 ton/jam b. Belani Elok Palm Oil Mill, kapasitas 60 ton/jam c. Artha Kencana Palm Oil Mill, kapasitas 15 ton/jam


(50)

d. Tirta Agung Palm Oil Mill, kapasitas 45 ton/jam e. Gunung Bias Palm Oil Mill, kapasitas 10 ton/jam f. Terawas Palm Oil Mill, kapasitas 20 ton/jam g. Makp, komoditi karet

h. Cengal Crumb Rubber, komoditi karet. 3. Luar daerah Sumatera diantaranya:

a. Kertasari (Jawa Barat), komoditi teh.

b. Trebasala (Jawa Timur), komoditi kopi dan cokelat. c. Palangisang (Sulawesi Selatan), komoditi karet.

Bagerpang POM (Palm Oil Mill) merupakan salah satu pabrik kelapa sawit milik PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk, yang didirikan sejak tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tanggal 3 Juli 2003.

4.2. Gambaran Umum Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate

Berdasarkan hasi penelitian yang diperoleh distribusi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate berdasarkan dua stasiun yakni proses dan workshop seperti yang ditampilkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Stasiun

No. Stasiun Jumlah Persentase (%)

1. Proses (produksi) 50 69,4

2. Bengkel (workshop) 22 30,6

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diliha bahwa jumlah pekerja kedua stasiun adalah 72 orang pekerja, dimana pada stasiun proses adalah 50 orang (69,4%) pekerja dan pada stasiun bengkel terdapat 22 orang (30,6%). Dari hasil wawancara diperoleh


(51)

jam kerja pada PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM sebagai berikut :

a. Jam kerja bagi pekerja kantor dan bengkel. Senin – Sabtu : 07.00 – 15. 00 WIB b. Jam Kerja Proses

Shiff I : 07.00 – 17,00 WIB Shiff II 17.00 WIB – Selesai

Selain itu, diperoleh data distribusi pekerja pabrik berdasarkan tingkat pendidikan yang ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Pekerja Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. SD 6 8,3

2. SMP 12 16,7

3. SMA/STM/Sederajat 51 70,8

4. D3 0 0

5. S1 3 4,2

Total 72 100,0

Tabel 4.2. tersebut memperlihatkan bahwa dari 72 orang pekerja pabrik, lebih dari setengahnya yaitu sebanyak 51 orang (70,8%) pekerja mempunyai pendidikan pada tingkat SMA/STM/sederajat. Terbanyak kedua, tingkat pendidikan terakhir pekerja pabrik adalah SMP yaitu sebanyak 12 orang (16,7%) pekerja.

Adapun distribusi pekerja berdasarkan umur ditampilkan pada tabel 4.3. sebagai berikut :


(52)

Tabel 4.3. Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1. 19 – 29 9 12,5

2. 30 – 49 54 75,0

3. 50 – 64 9 12,5

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 54 orang pekerja (75,0%) pekerja berumur diantara 30 sampai dengan 49 tahun. Sebanyak 9 orang (12,5%) pekerja berada pada umur 19 sampai dengan 29 dan 50 sampai dengan 64 tahun.

Diperoleh pula distribusi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate berdasarkan masa kerja seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa Kerja

No. Masa Kerja Jumlah Persentase (%)

1. < 10 tahun 23 31,9

2. 10 – 19 tahun 18 25,0

3. 20 – 29 tahun 25 34,7

4. 30 – 39 tahun 6 8,3

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. terlihat sebagian besar pekerja mempunyai masa kerja antara 20 – 29 tahun yaitu sebanyak 34,7%. Selanjutnya sebanyak 31,9% pekerja mempunyai masa kerja <10 tahun.

4.3. Gambaran Asupan Zat Gizi Pekerja

Asupan zat gizi yang dilihat pada penelitian ini yaitu tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbhidrat serta zat besi pekerja yang diukur dengan menggunakan food recall 24 jam.


(53)

4.3.1 Gambaran Asupan Energi Pekerja

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata tingkat kecukupan energi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate berdasarkan umur pekerja sebagai berikut :

Tabel 4.5. Rata-rata Tingkat Kecukupan Asupan Energi Berdasarkan Umur Pekerja

No. Umur Rata-rata

Konsumsi (Kal)

Rata-rata Tingkat Konsumsi (% AKG)

1. 19 – 29 2241,3 87,9

2. 30 – 49 2243,2 95,5

3. 50 – 64 2149,2 95,5

Kisaran umur 19-29 tahun mempunyai rata-rata tingkat kecukupan asupan energi defisit tingkat rendah. Pada kisaran umur 30-49 dan 50-64 tahun memiliki rata-rata tingkat kecukupan asupan energi normal. Tingkat asupan energi tertinggi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah 2757,2 kalori dan asupan energi terendah adalah 1446,2 kalori.

Adapun distribusi pekerja pabrik berdasarkan tingkat kecukupan energi seperti yang tertera pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distirbusi pekerja pabrik Bagerpang estate berdasarkan tingkat kecukupan energi

No. Tingkat Kecukupan Energi Jumlah Persentase (%)

1. Defisit tingkat berat 7 9,7

2. Defisit tingkat sedang 11 15,3

3. Defisit tingkat rendah 17 23,6

4. Normal 33 45,8

5. Di atas angka kebutuhan 4 5,6

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 33 orang (45,8%) pekerja pabrik mempunyai tingkat kecukupan energi yang normal. Energi diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Dari hasi penelitian diperoleh dari rata-rata total


(54)

asupan energi 67,7% berasal dari karbohidrat ( 1511,8 kalori), 11% berasal dari protein (244,73 kalori), dan 20,5% berasal dari lemak (456,6 kalori).

Asupan karbohidrat tertinggi adalah sebanyak 517,5 gram (2070 kalori) dan asupan karbohidrat pekerja pabrik Bagerpang Estate terendah sebanyak 185,5 gram (743,2 kalori) dengan standar deviasi 61,3 gram (245,1 kalori). Asupan protein tertinggi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah sebanyak 88 gram dan terendah sebanyak 43,7 gram dengan standar deviasi 10,2 gram. Dan asupan lemak pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate sebanyak 110 gram dan terendah 19,5 gram dengan standar deviasi 18,1 gram.

Berikut tabel kontribusi karbohidrat, lemak dan protein berdasarka tingkatk kecukupan energi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate :

Tabel 4.7. Kontribusi Karbohidrat, Lemak, dan Protein terhadap Tingkat Kecukupan Energi

No Tingkat Kecukupan

Energi Jumlah

Rata-rata Kontribusi Energi (%)

Karbohidrat Lemak Protein

1. Defisit tingkat berat 7 62,7 25,5 11,6

2. Defisit tingkat sedang 11 68,1 19,6 11,5

3. Defisit tingkat rendah 17 69,5 18,1 11,0

4. Normal 33 68,2 20,4 10,8

5. Di atas angka kebutuhan 4 62,9 25,2 11,3

Terlihat dari tabel diatas kontribusi karbohidrat terhadap setiap kategori tingkat kecukupan gizi berada diatas 60% dan kontribusi protein terhadap setiap kategori tingkat kecukupan energi diantara 10% - 15%. Pada kontribusi lemak terhadap setiap kategori kecukupan asupan energi pekerja berada pada tingkat di bawah 25% kecuali pada tingkat defisit berat dan tingkat diatas kebutuhan berada pada rentang 25% - 35%.


(55)

Adapun distribusi asupan karbohidrat, protein dan lemak pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate berdasarkan standar kecukupan energi (AKG 2004) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Asupan Karbohidrat, Protein dan Lemak Pekerja Berdasarkan Energi (AKG)

No. Asupan Zat Gizi Jumlah Persentase (%)

1.

Asupan Karbohidrat

< 50% 8 11,1

50% - 60% 15 20,8

> 60% 49 68,1

Total 72 100,0

2.

Asupan Protein

< 10% 59 81,9

10% - 15% 11 15,3

> 15% 2 2,8

Total 72 100,0

3.

Asupan Lemak

< 25% 29 40,3

25% - 35% 43 59,7

> 35% 0 0

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel di atas diperoleh sebanyak 68,1% pekerja mempunyai asupan karbohidrat > 60%. Pada asupan protein sebanyak 81,9% pekerja mempunyai asupan protein < 10% dan sebanyak 59,7% pekerja mempunyai asupan lemak 25% - 35%.

4.3.2 Gambaran Asupan Protein Pekerja

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata tingkat kecukupan asupan protein pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate dalam kategori normal yaitu 61,2 gr, dengan sebaran sebagai berikut :


(56)

Tabel 4.9. Distirbusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein

No. Tingkat Kecukupan Protein Jumlah Persentase (%)

1. Defisit tingkat berat 5 6,9

2. Defisit tingkat sedang 8 11,1

3. Defisit tingkat rendah 13 18,1

4. Normal 35 48,6

5. Di atas angka kebutuhan 11 15,3

Total 72 100,0

Dari tabel 4.9. diatas dapat dilihat bahwa 48,6% pekerja dari total 72 pekerja pabrik mempunyai tingkat kecukupan protein normal.

4.3.3 Gambaran Asupan Zat Besi Pekerja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh rata-rata tingkat kecukupan asupan zat besi (Fe) pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate pada kategori kurang yaitu 6,4 gram. Asupan zat besi tertinggi pekerja pabrik adalah 10,9 gram dan asupan zat gizi terendah adalah 4 gram dengan standar deviasi 1,5 gram. Sebaran tingkat kecukupan asupan Fe dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.10. Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe)

No. Tingkat Kecukupan Fe Jumlah Persentase (%)

1. Kurang 69 95,8

2. Cukup 3 4,2

Total 72 100,0

Berdasarkan tabel 4.10. dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan pekerja mempunyai tingkat kecukupan zat besi di bawah angka normal yaitu sebanyak 69 orang (95,8%) pekerja. Pekerja yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi normal sebanyak 3 orang (4,2%).


(57)

4.4. Gambaran Status Gizi Pekerja

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan diperoleh data status gizi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.11. Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Status Gizi

No. Status Gizi Jumlah Persentase (%)

1. Normal/ Cukup 43 59,7

2. Kelebihan BB tingkat ringan 21 29,2

3. Kelebihan BB tingkat berat 8 11,1

Total 72 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 43 orang (59,7%) pekerja pabrik mempunyai status gizi normal. Sebanyak 29 orang (40,3%) pekerja mempunyai status gizi lebih, dimana 21 orang (29,2%) pekerja memiliki kelebihan berat badan tingkat ringan, dan 8 orang (11,1%) pekerja memiliki kelebihan berat badan tingkat berat.

4.5. Gambaran Produktivitas Pekerja

Produktivitas pekerja merupakan prioritas utama yang dituntut setiap perusahaan kepada setiap pekerja. Penelitian produktivitas dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi sebagai penilaian kinerja kerja para pekerja pabrik seperti berikut :


(58)

Tabel 4.12. Hasil Penilaian Produktivitas Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate

No. Pertanyaan

Penilaian

Total

1 2 3

n % n % n % n %

1. Apakah pekerja mampu

menyelesaikan pekerjaan? 0 0 3 4,2 69 95,8 72 100,0

2. Apakah pekerja tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya?

0 0 51 70,8 21 29,2 72 100,0

3. Apakah pekerjaan yang dilakukan sudah sesuai target atau SOP yang telah

ditentukan?

0 0 21 29,2 51 70,8 72 100,0

4. Apakah pekerja sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaannya?

0 0 72 100,0 0 0 72 100,0

Keterangan :

No. 1 : 1. Tidak mampu; 2. Kurang mampu; 3. Mampu

No. 2 : 1. Tidak tepat waktu; 2. Kurang tepat waktu; 3. Tepat waktu No. 3 : 1. Tidak sesuai; 2. Kurang sesuai; 3. Sesuai

No. 4 : 1. Sering; 2. Jarang (Sekali-sekali); 3. Tidak pernah

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah pada kategori cukup dengan nilai rata-rata 9,96. Nilai tertinggi produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah 11 dan nilai terendah adalah 8 dengan standar deviasi 0,83.

Berdasarkan indikator penilaian produktivitas terlihat pada pertanyaan kemampuan dan kesesuaian SOP sebagian besar pekerja mempunyai penilaian yang mampu dan sesuai dengan persentase 95,8% pekerja mampu menyelesaikan pekerjaannya dan sebanyak 70,8% pekerja telah sesuai SOP dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan pada indikator pertanyaan ketepatan waktu pekerja menyelesaikan pekerjaanya dan seberapa sering pekerja melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugas, sebanyak 70,8% pekerja mempunyai penilaian kurang tepat


(59)

waktu dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dan seluruh pekerja pernah melakukan kesalahan ketika melaksanakan tugasnya namun jarang atau sekali-sekali.

Berikut data distribusi pekerja pabrik berdasarkan produktivitas kerja yang diperoleh:

Tabel 4.13. Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Produktivitas Kerja

No. Produktivitas Kerja Jumlah Persentase (%)

1. Kurang 0 0

2. Cukup 22 30,6

3. Baik 50 69,4

Total 72 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 50 orang atau 69,4% pekerja dari total keseluruahan pekerja mempunyai produtivitas yang baik dan 22 orang atau 30,6% pekerja mempunya tingkat produktivitas yang cukup.

4.6. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi Berdasarkan Status Gizi Pekerja Pabrik Bagerpang Estate

Status gizi merupakan keadaan dari penampilan seseorang yang diakibatkan keseimbangan antara asupan dan pengeluaran zat gizi yang diperoleh dari makanan yang dimakan setiap hari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil distribusi statu gizi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate berdasarkan asupan zat gizi yang dapat dilihat pada tabel 4.14. sebagai berikut :


(60)

Tabel 4.14. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi Pekerja

No. Tingkat Kecukupan Energi

Status Gizi (IMT/U)

n (%)

Normal Lebih Tingkat Ringan

Lebih Tingkat Berat

n (%) n (%) n (%)

1. 2. 3. 4. 5. Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal

Di atas kebutuhan

3 4 7 25 4 42,9 36,4 41,2 75,8 100,0 1 6 8 6 0 14,3 54,5 47,1 18,2 0 3 1 2 2 0 42,9 9,1 11,8 6,1 0 7 11 17 33 4 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat sebagian besar pekerja yang memiliki

status gizi normal mempunyai tingkat kecukupan energi pada kategori normal yaitu 25 pekerja dari 43 pekerja berstatus gizi normal.

Tabel 4.15. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein Pekerja

No Tingkat Kecukupan Protein

Status Gizi (IMT/U)

n (%)

Normal Lebih Tingkat Ringan

Lebih Tingkat Berat

n (%) n (%) n (%)

1. 2. 3. 4. 5. Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal

Di atas kebutuhan

1 5 9 17 11 20,0 62,5 69,2 48,6 100 2 2 3 14 0 40,0 25,0 23,1 40,0 0 2 1 1 4 0 40,0 12,5 7,7 11,4 0 5 8 13 35 11 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar pekerja (17 pekerja) yang memiliki status gizi normal (43 pekerja) mempunyai tingkat kecukupan energi normal.

Tabel 4.16. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) Pekerja

No Tingkat Kecukupan Fe

Status Gizi (IMT/U)

n (%)

Normal Lebih Tingkat Ringan

Lebih Tingkat Berat

n (%) n (%) n (%)

1. 2. Kurang Cukup 40 3 58,0 100,0 21 0 30,4 0 8 0 11,6 0 69 3 100,0 100,0


(61)

Berdasarkan tabel 4.16. terlihat sebagian besar tingkat kecukupan zat gizi (Fe) pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate mengalami kekurang. Sebanyak 3 pekerja mempunyai status gizi normal dan mempunyai tingkat kecukupan asupan Fe cukup.

Terlihat pada seluruh tingkat kecukupan zat gizi yang defisit, baik tingkat kecukupan energi, protein, dan Fe pekerja seluruhnya masih memiliki status gizi yang normal sampai dengan lebih.

4.7. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi Berdasarkan Produktivitas Kerja

Asupan zat gizi pada pekerja dibutuhkan untuk menjalankan aktivitasnya, terutama asupan energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan gerakan dan pekerjaan fisik dan menggerakan proses di dalam tubuh. Energi dapat diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan zat gizi penghasil energi. Selain itu, zat besi merupakan salah satu zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Walaupun jumlah kebutuhannya sedikit, namun kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia gizi besi. Anemia dapat menurunkan kenerja fisik, hambatan perkembangan, menurunkan kognitif, dan dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh distribusi produktivitas pekerja berdasarkan asupan zat gizi seperti pada tabel 4.17.


(62)

Tabel 4.17. Distribusi Produktivitas Kerja Berdasarkan Asupan Zat Gizi Pekerja

No Asupan Zat Gizi

Produktivitas

n (%)

Cukup Baik

n (%) n (%)

1. Tingkat Kecukupan Energi : - Defisit berat

- Defisit sedang - Defisit ringan - Normal

- Di atas kebutuhan

3 4 5 8 2 42,9 27,3 29,4 24,2 50,0 4 7 12 25 2 57,1 72,7 70,6 75,8 50,0 7 11 17 33 4 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

2. Tingkat Kecukupan Protein : - Defisit berat

- Defisit sedang - Defisit ringan - Normal

- Di atas kebutuhan

1 3 5 7 6 20,0 37,5 38,5 20,0 54,5 4 5 8 28 5 80,0 62,5 61,5 80,0 45,5 5 8 13 35 11 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

3. Tingkat Kecukupan Fe: - Kurang - Cukup 21 1 30,4 33,3 48 2 69,6 73,0 69 3 100,0 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa produktivitas kerja pada pekerja pabrik Bagerpang Estate berada pada kategori cukup dan baik. Sebagian besar pekerja memiliki produktivitas baik memiliki tingkat kecukupan asupan energi dan protein dalam kategori normal, yaitu secara berturut-turut sebanyak 25 orang dan 28 orang pekerja.

Pada tingkat kecukupan asupan Fe sebagian besar pekerja yang memiliki produktivitas kerja baik dalam kategori kurang yaitu sebanyak 69,7%. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa asupan Fe tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Jika tingkat kecukupan Fe berdasarkan indikator pertanyaan diperoleh data sebagai berikut :


(63)

Tabel 4.18 Indikator Kemampuan Pekerja Dalam Menyelesaikan Pekerjaannya Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja

No. Tingkat Kecukupan Fe

Kemampuan Menyelesaikan Pekerjaan

n (%)

Tidak Kurang Mampu

n (%) n (%) n (%)

1. Kurang 0 0 3 4,3 66 95,7 69 100,0

2. Cukup 0 0 0 0 3 100,0 3 100,0

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe kurang sebagian besar (95,7%) mempunyai penilaian mampu menyelesaikan pekerja. Pada pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe cukup seluruhnya mempunyai penilaian mampu dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Tabel 4.19. Indikator Ketepatan Waktu Pekerja Dalam Menyelesaikan Pekerjaannya Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja

No. Tingkat Kecukupan Fe

Ketepatan Waktu Menyelesaikan Pekerjaan

n (%)

Tidak Kurang Tepat

n (%) n (%) n (%)

1. Kurang 0 0 49 71,0 20 29,0 69 100,0

2. Cukup 0 0 2 66,7 1 33,3 3 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe kurang cenderung memiliki penilaian kurang tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya yaitu sebanyak 71,0%.

Tabel 4.20. Indikator Kesesuaian SOP Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja

No.

Tingkat Kecukupan

Fe

Kesesuaian SOP dalam Melaksanakan Tugas

n (%)

Tidak Kurang Sesuai

n (%) n (%) n (%)

1. Kurang 0 0 20 29,0 49 71,0 69 100,0

2. Cukup 0 0 1 33,3 2 66,7 3 100,0

Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa sebagian besar (71,0%) pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe kurang sudah melaksanakan pekerjaannya sesuai SOP yang telah ditentukan perusahaan.


(1)

Case Processing Summary

72

100,0%

0

,0%

72

100,0%

sg * rprod

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

sg * rprod Crosstab ulatio n

17 26 43

39,5% 60,5% 100,0%

77,3% 52,0% 59,7%

23,6% 36,1% 59,7%

5 16 21

23,8% 76,2% 100,0%

22,7% 32,0% 29,2%

6,9% 22,2% 29,2%

0 8 8

,0% 100,0% 100,0%

,0% 16,0% 11,1%

,0% 11,1% 11,1%

22 50 72

30,6% 69,4% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 30,6% 69,4% 100,0% Count

% wit hin sg % wit hin rprod % of Total Count % wit hin sg % wit hin rprod % of Total Count % wit hin sg % wit hin rprod % of Total Count % wit hin sg % wit hin rprod % of Total >18,5-25,0

(normal/cukup)

>25,0-27,0 (kelebihan BB tingkat ringan)

>27,0 (kelebihan BB tingkat berat) sg Total cukup baik rprod Total


(2)

Lampiran Gambar

Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Tampak Luar


(3)

Salah Satu Contoh Bekal Makanan Pekerja


(4)

Pekerja Stasiun Loading Ramp sedang mengendalikan Lorry


(5)

Pekerja Workshop sedang melakukan perbaikan


(6)

Pekerja Stasiun Press sedang melakukan pembersihan