Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Gambaran Status Gizi Pekerja

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat gambaran asupan zat gizi energi karbohidrat, protein dan lemak dan zat besi serta status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. LONSUM.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik kelapa sawit Bagerpang estate PT.PP. Lonsum Indonesia dengan alamat Desa Batu Lokong Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya terkait gizi kerja di tempat tersebut. Selain itu melalui pengamatan ditemukan adannya masalah kesehatan terutama terkait gizi pada pekerja yaitu ditemukannya pekerja yang mengalami anemia dengan jumlah jam kerja yang normal yakni 7 jam sehari.

3.3 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian dilakukan dimulai dari November sampai dengan bulan Mei 2013. 3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Populasi dari penelitian merupakan seluruhan pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate stasiun proses dan bengkel sebanyak 72 orang Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh seluruhan pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate stasiun proses dan bengkel sebanyak 72 orang, yaitu 50 orang pekerja pada stasiun proses dan 22 orang pekerja pada stasiun bengkel. 3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Jenis Data

a. Data Primer Data primer meliputi data karakteristik responden, asupan zat gizi energi karbohidrat, protein dan lemak dan Fe serta status gizi dan produktivitas responden. Data karakteristik pekerja, asupan gizi dan produktivitas kerja diperoleh dari wawancara langsung dengan bantuan kuesioner terhadap pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum, dan data status gizi pekerja diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara langsung terhadap pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data yang telah tersedia di pabrik Bagerpang Estate yaitu data pemeriksaan kesehatan berkala pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

a. Karakteristik responden nama, jenis kelamin, umur, station diperoleh dengan wawancara. Universitas Sumatera Utara b. Jumlah energi dan Fe diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan teknik food recall 24 jam sebanyak dua kali tanpa berturut-turut. Tingkat kecukupan energi karbohidrat, protein dan lemak dan Fe dikategorikan atas : sangat tinggi, tinggi, cukupsesuai standar, rendah dan sangat rendah. c. Data produktivitas kerja diperoleh dengan melakukan wawancara kepada setiap kepala stasiun dengan menggunakan kuesioner serta melakukan observasi langsung. d. Status Gizi dapat dilihat dengan menghitung Indeks Massa Tubuh IMT responden yaitu diperoleh dari hasil perbandingan berat badan kg dan kuadrat tinggi badan m dan disesuaikan dengan batas ambang IMT, berdasarkan Depkes 2002 yang dikutip dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2007, batas ambang IMT dikategorikan atas : - Kekurangan berat badan tingkat berat : 17,0 - Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0 - 18,5 - Normal gizi baik : 18,5 – 25,0 - Kelebihan berat badan tingkat ringan : 25,0 – 27,0 - Kelebihan berat badan tingkat berat : 27,0 3.6 Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen antara lain : a. Formulir Food Recall 24 jam b. Kuesioner c. DKBM Daftar Komposisi Bahan Makanan Universitas Sumatera Utara d. Microtoice e. Weight Scale max : 125 kg 3.7 Defenisi Operasional a. Asupan zat gizi adalah banyaknya zat gizi yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi pekerja selama 24 jam. b. Asupan Energi adalah banyaknya energi dari karbohidrat, protein dan lemak yang masuk melalui makanan dikonsummsi pekerja selama 24 jam. c. Asupan Fe adalah banyaknya Fe yang masuk melalui makanan yang dikonsummsi pekerja selama 24 jam. d. Status Gizi adalah keadaan tubuh dari pekerja yang dihasilkan karena keseimbangan antara kebutuhan dan jumlah asupan zat gizi yang dimakan. e. Produktivitas kerja adalah upaya yang dilakukan oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya untuk menghasilkan keluaran output. 3.8 Aspek Pengukuran a. Tingkat kecukupan gizi dinilai dari hasil recall 24 jam, lalu dihitung rata-rata dari hasil dua kali pengukuran. Hasil rata-rata dilakukan perhitungan tingkat kecukupan dengan, dengan rumus : ������ � � ��� �� = K KC x 100 Dimana : TK : Tingkat Kecukupan energi, protein dan Fe K : Konsumsi KC : Kecukupan yang dianjurkan AKG individu Universitas Sumatera Utara Untuk menentukan AKG individu dapat diperoleh cara : ��� �� � � = BB nyata BB standar x AKG energi, protein dan Fe standar BB standar dan angka kecukupan standar energi, protein dan Fe dapat dilihat melalui tabel angka kecukupan gizi 2004 bagi orang indonesia DKGA berdasarkan rentang usia. Setelah tingkat kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya hasil persen tersebut dikategorikan. Pengkategorian tersebut adalah: - Kategori energi Depkes, 1996 : defisit tingkat berat70 angka kebutuhan, defisit tingkat sedang 70-79 angka kebutuhan, defisit tingkat ringan 80-89 angka kebutuhan, Normal 90-119 angka kebutuhan, di atas angka kebutuhan ≥120 angka kebutuhan. - Kategori Fe Gibson, 2005 : Kurang 77 angka kecukupan, Cukup ≥77 angka kecukupan. Untuk mengukur kontribusi karbohidrat, protein dan lemak terhadap asupan energi total dengan melakukan food recall 24 jam. Lalu dilakukan perhitungan sebagai berikut : Kontribusi Karbohidrat = asupan karbohidrat pekerja gr x 4 Energi AKG x 100 Kontribusi Lemak = asupan lemak pekerja gr x 9 Energi AKG x 100 Universitas Sumatera Utara Kontribusi Protein = asupan protein pekerja gr x 4 Energi AKG x 100 Dimana : Energi AKG → Umur 19 – 29 tahun = 2550 kal Umur 30 – 49 tahun = 2350 kal Umur 50 – 64 tahun = 2250 kal b. Status gizi dinilai dengan menentukan IMT, dimana menentukan nilai IMT dengan rumus : I �� = � ��� �� � �� �� ��� � � � �� ��� �� � Setelah IMT diperoleh dikategorikan berdasarkan ambang batas IMT Depkes, 2002 dikutip dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007, yaitu : kurus tingkat berat, kurus tingkat ringan, normal, gemuk tingkat ringan, gemuk tingkat berat. c. Produktivitas kerja dinilai dengan melakukan wawancara dengan masing- masing kepala stasiun dan melakukan observasi langsung dengan menggunakan kuesioner. Indikator yang ditanyakan adalah kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan, ketepatan waktu pekerja dalam melakukan pekerjaan, kesesuaian pekerja terhadap prosedur operasional SOP yang telah ditentukan perusahaan dalam melakukan pekerjaan, dan keseringan pekerja dalam melakukan kesalahan. Universitas Sumatera Utara Kemudian berdasarkan indikator tersebut akan diberi penilaian yang sudah ditentukan. Nilai tersebut dijumlahkan lalu dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kurang jika jumlah penilaian produktivitas kerja 7, cukupsedang jika jumlah penilaian produktivitas kerja 7-9, baik jika penilaian produktivitas kerja 9. 3.9 Pengolahan dan Analisa Data

3.9.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Koding adalah kegiatan pemberian kode numerik angka terhadap data yang terdiri dari kategori. 3. Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer. 3.9.2. Analisa Data Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan program komputer, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian data di analisis secara deskriptif. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Lonsum mengolah berbagai hasil perkebunan seperti, teh, kopi, karet, coklat dan kelapa sawit. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1906 dengan nama awal Harrisons and Crossfield Plc HC. PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk memiliki perkebunan dan pabrik yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, serta Sulawesi. Pulau Sumatera merupakan tempat yang terbanyak penyebaran perusahaan serta terluas. Berikut beberapa pabrik dan kebun estate yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, terutama di pulau Sumatera antara lain : 1. Sumatera Utara, antara lain : a. Turangi Oil Mill, kapasitas 50 tonjam b. Bagerpang POM Palm Oil Mill, kapasitas 50 tonjam c. Dolok Palm Oil Mill, kapasitas 30 tonjam d. Gunung Melayu Palm Oil Mill, kapasitas 30 tonjam e. Sei Rumbia, komoditi karet. 2. Sumatera Selatan a. Sei Lakitan Palm Oil Mill, kapasitas 60 tonjam b. Belani Elok Palm Oil Mill, kapasitas 60 tonjam c. Artha Kencana Palm Oil Mill, kapasitas 15 tonjam Universitas Sumatera Utara d. Tirta Agung Palm Oil Mill, kapasitas 45 tonjam e. Gunung Bias Palm Oil Mill, kapasitas 10 tonjam f. Terawas Palm Oil Mill, kapasitas 20 tonjam g. Makp, komoditi karet h. Cengal Crumb Rubber, komoditi karet. 3. Luar daerah Sumatera diantaranya: a. Kertasari Jawa Barat, komoditi teh. b. Trebasala Jawa Timur, komoditi kopi dan cokelat. c. Palangisang Sulawesi Selatan, komoditi karet. Bagerpang POM Palm Oil Mill merupakan salah satu pabrik kelapa sawit milik PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk, yang didirikan sejak tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tanggal 3 Juli 2003. 4.2. Gambaran Umum Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate Berdasarkan hasi penelitian yang diperoleh distribusi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate berdasarkan dua stasiun yakni proses dan workshop seperti yang ditampilkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Pekerja Berdasarkan Stasiun No. Stasiun Jumlah Persentase

1. Proses produksi

50 69,4

2. Bengkel workshop

22 30,6 Total 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diliha bahwa jumlah pekerja kedua stasiun adalah 72 orang pekerja, dimana pada stasiun proses adalah 50 orang 69,4 pekerja dan pada stasiun bengkel terdapat 22 orang 30,6. Dari hasil wawancara diperoleh Universitas Sumatera Utara jam kerja pada PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk Begerpang POM sebagai berikut : a. Jam kerja bagi pekerja kantor dan bengkel. Senin – Sabtu : 07.00 – 15. 00 WIB b. Jam Kerja Proses Shiff I : 07.00 – 17,00 WIB Shiff II 17.00 WIB – Selesai Selain itu, diperoleh data distribusi pekerja pabrik berdasarkan tingkat pendidikan yang ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 4.2. Distribusi Pekerja Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan Jumlah Persentase 1. SD 6 8,3 2. SMP 12 16,7

3. SMASTMSederajat

51 70,8

4. D3

5. S1

3 4,2 Total 72 100,0 Tabel 4.2. tersebut memperlihatkan bahwa dari 72 orang pekerja pabrik, lebih dari setengahnya yaitu sebanyak 51 orang 70,8 pekerja mempunyai pendidikan pada tingkat SMASTMsederajat. Terbanyak kedua, tingkat pendidikan terakhir pekerja pabrik adalah SMP yaitu sebanyak 12 orang 16,7 pekerja. Adapun distribusi pekerja berdasarkan umur ditampilkan pada tabel 4.3. sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur No. Umur Jumlah Persentase 1. 19 – 29 9 12,5

2. 30

– 49 54 75,0

3. 50

– 64 9 12,5 Total 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 54 orang pekerja 75,0 pekerja berumur diantara 30 sampai dengan 49 tahun. Sebanyak 9 orang 12,5 pekerja berada pada umur 19 sampai dengan 29 dan 50 sampai dengan 64 tahun. Diperoleh pula distribusi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate berdasarkan masa kerja seperti pada tabel berikut : Tabel 4.4. Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa Kerja No. Masa Kerja Jumlah Persentase

1. 10 tahun

23 31,9

2. 10

– 19 tahun 18 25,0 3. 20 – 29 tahun 25 34,7 4. 30 – 39 tahun 6 8,3 Total 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.4. terlihat sebagian besar pekerja mempunyai masa kerja antara 20 – 29 tahun yaitu sebanyak 34,7. Selanjutnya sebanyak 31,9 pekerja mempunyai masa kerja 10 tahun. 4.3. Gambaran Asupan Zat Gizi Pekerja Asupan zat gizi yang dilihat pada penelitian ini yaitu tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbhidrat serta zat besi pekerja yang diukur dengan menggunakan food recall 24 jam. Universitas Sumatera Utara

4.3.1 Gambaran Asupan Energi Pekerja

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata tingkat kecukupan energi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate berdasarkan umur pekerja sebagai berikut : Tabel 4.5. Rata-rata Tingkat Kecukupan Asupan Energi Berdasarkan Umur Pekerja No. Umur Rata-rata Konsumsi Kal Rata-rata Tingkat Konsumsi AKG

1. 19

– 29 2241,3 87,9 2. 30 – 49 2243,2 95,5 3. 50 – 64 2149,2 95,5 Kisaran umur 19-29 tahun mempunyai rata-rata tingkat kecukupan asupan energi defisit tingkat rendah. Pada kisaran umur 30-49 dan 50-64 tahun memiliki rata- rata tingkat kecukupan asupan energi normal. Tingkat asupan energi tertinggi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah 2757,2 kalori dan asupan energi terendah adalah 1446,2 kalori. Adapun distribusi pekerja pabrik berdasarkan tingkat kecukupan energi seperti yang tertera pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Distirbusi pekerja pabrik Bagerpang estate berdasarkan tingkat kecukupan energi No. Tingkat Kecukupan Energi Jumlah Persentase 1. Defisit tingkat berat 7 9,7 2. Defisit tingkat sedang 11 15,3

3. Defisit tingkat rendah

17 23,6

4. Normal

33 45,8

5. Di atas angka kebutuhan

4 5,6 Total 72 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 33 orang 45,8 pekerja pabrik mempunyai tingkat kecukupan energi yang normal. Energi diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Dari hasi penelitian diperoleh dari rata-rata total Universitas Sumatera Utara asupan energi 67,7 berasal dari karbohidrat 1511,8 kalori, 11 berasal dari protein 244,73 kalori, dan 20,5 berasal dari lemak 456,6 kalori. Asupan karbohidrat tertinggi adalah sebanyak 517,5 gram 2070 kalori dan asupan karbohidrat pekerja pabrik Bagerpang Estate terendah sebanyak 185,5 gram 743,2 kalori dengan standar deviasi 61,3 gram 245,1 kalori. Asupan protein tertinggi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah sebanyak 88 gram dan terendah sebanyak 43,7 gram dengan standar deviasi 10,2 gram. Dan asupan lemak pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate sebanyak 110 gram dan terendah 19,5 gram dengan standar deviasi 18,1 gram. Berikut tabel kontribusi karbohidrat, lemak dan protein berdasarka tingkatk kecukupan energi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate : Tabel 4.7. Kontribusi Karbohidrat, Lemak, dan Protein terhadap Tingkat Kecukupan Energi No Tingkat Kecukupan Energi Jumlah Rata-rata Kontribusi Energi Karbohidrat Lemak Protein

1. Defisit tingkat berat

7 62,7 25,5 11,6

2. Defisit tingkat sedang

11 68,1 19,6 11,5 3. Defisit tingkat rendah 17 69,5 18,1 11,0 4. Normal 33 68,2 20,4 10,8

5. Di atas angka kebutuhan

4 62,9 25,2 11,3 Terlihat dari tabel diatas kontribusi karbohidrat terhadap setiap kategori tingkat kecukupan gizi berada diatas 60 dan kontribusi protein terhadap setiap kategori tingkat kecukupan energi diantara 10 - 15. Pada kontribusi lemak terhadap setiap kategori kecukupan asupan energi pekerja berada pada tingkat di bawah 25 kecuali pada tingkat defisit berat dan tingkat diatas kebutuhan berada pada rentang 25 - 35. Universitas Sumatera Utara Adapun distribusi asupan karbohidrat, protein dan lemak pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate berdasarkan standar kecukupan energi AKG 2004 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8. Distribusi Tingkat Asupan Karbohidrat, Protein dan Lemak Pekerja Berdasarkan Energi AKG No. Asupan Zat Gizi Jumlah Persentase 1. Asupan Karbohidrat 50 8 11,1 50 - 60 15 20,8 60 49 68,1 Total 72 100,0 2. Asupan Protein 10 59 81,9 10 - 15 11 15,3 15 2 2,8 Total 72 100,0 3. Asupan Lemak 25 29 40,3 25 - 35 43 59,7 35 Total 72 100,0 Berdasarkan tabel di atas diperoleh sebanyak 68,1 pekerja mempunyai asupan karbohidrat 60. Pada asupan protein sebanyak 81,9 pekerja mempunyai asupan protein 10 dan sebanyak 59,7 pekerja mempunyai asupan lemak 25 - 35.

4.3.2 Gambaran Asupan Protein Pekerja

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata tingkat kecukupan asupan protein pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate dalam kategori normal yaitu 61,2 gr, dengan sebaran sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9. Distirbusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein No. Tingkat Kecukupan Protein Jumlah Persentase 1. Defisit tingkat berat 5 6,9

2. Defisit tingkat sedang

8 11,1

3. Defisit tingkat rendah

13 18,1

4. Normal

35 48,6

5. Di atas angka kebutuhan

11 15,3 Total 72 100,0 Dari tabel 4.9. diatas dapat dilihat bahwa 48,6 pekerja dari total 72 pekerja pabrik mempunyai tingkat kecukupan protein normal. 4.3.3 Gambaran Asupan Zat Besi Pekerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh rata-rata tingkat kecukupan asupan zat besi Fe pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate pada kategori kurang yaitu 6,4 gram. Asupan zat besi tertinggi pekerja pabrik adalah 10,9 gram dan asupan zat gizi terendah adalah 4 gram dengan standar deviasi 1,5 gram. Sebaran tingkat kecukupan asupan Fe dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.10. Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Tingkat Kecukupan Zat Besi Fe No. Tingkat Kecukupan Fe Jumlah Persentase 1. Kurang 69 95,8 2. Cukup 3 4,2 Total 72 100,0 Berdasarkan tabel 4.10. dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan pekerja mempunyai tingkat kecukupan zat besi di bawah angka normal yaitu sebanyak 69 orang 95,8 pekerja. Pekerja yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi normal sebanyak 3 orang 4,2. Universitas Sumatera Utara

4.4. Gambaran Status Gizi Pekerja

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan diperoleh data status gizi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate seperti pada tabel berikut : Tabel 4.11. Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Status Gizi No. Status Gizi Jumlah Persentase

1. Normal Cukup

43 59,7

2. Kelebihan BB tingkat ringan

21 29,2 3. Kelebihan BB tingkat berat 8 11,1 Total 72 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 43 orang 59,7 pekerja pabrik mempunyai status gizi normal. Sebanyak 29 orang 40,3 pekerja mempunyai status gizi lebih, dimana 21 orang 29,2 pekerja memiliki kelebihan berat badan tingkat ringan, dan 8 orang 11,1 pekerja memiliki kelebihan berat badan tingkat berat. 4.5. Gambaran Produktivitas Pekerja Produktivitas pekerja merupakan prioritas utama yang dituntut setiap perusahaan kepada setiap pekerja. Penelitian produktivitas dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi sebagai penilaian kinerja kerja para pekerja pabrik seperti berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Hasil Penilaian Produktivitas Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate No. Pertanyaan Penilaian Total 1 2 3 n n n n

1. Apakah pekerja mampu

menyelesaikan pekerjaan? 3 4,2 69 95,8 72 100,0

2. Apakah pekerja tepat waktu

dalam menyelesaikan pekerjaannya? 51 70,8 21 29,2 72 100,0

3. Apakah pekerjaan yang

dilakukan sudah sesuai target atau SOP yang telah ditentukan? 21 29,2 51 70,8 72 100,0

4. Apakah pekerja sering

melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaannya? 72 100,0 72 100,0 Keterangan : No. 1 : 1. Tidak mampu; 2. Kurang mampu; 3. Mampu No. 2 : 1. Tidak tepat waktu; 2. Kurang tepat waktu; 3. Tepat waktu No. 3 : 1. Tidak sesuai; 2. Kurang sesuai; 3. Sesuai No. 4 : 1. Sering; 2. Jarang Sekali-sekali; 3. Tidak pernah Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah pada kategori cukup dengan nilai rata- rata 9,96. Nilai tertinggi produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate adalah 11 dan nilai terendah adalah 8 dengan standar deviasi 0,83. Berdasarkan indikator penilaian produktivitas terlihat pada pertanyaan kemampuan dan kesesuaian SOP sebagian besar pekerja mempunyai penilaian yang mampu dan sesuai dengan persentase 95,8 pekerja mampu menyelesaikan pekerjaannya dan sebanyak 70,8 pekerja telah sesuai SOP dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan pada indikator pertanyaan ketepatan waktu pekerja menyelesaikan pekerjaanya dan seberapa sering pekerja melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugas, sebanyak 70,8 pekerja mempunyai penilaian kurang tepat Universitas Sumatera Utara waktu dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dan seluruh pekerja pernah melakukan kesalahan ketika melaksanakan tugasnya namun jarang atau sekali-sekali. Berikut data distribusi pekerja pabrik berdasarkan produktivitas kerja yang diperoleh: Tabel 4.13. Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Produktivitas Kerja No. Produktivitas Kerja Jumlah Persentase

1. Kurang

2. Cukup 22 30,6 3. Baik 50 69,4 Total 72 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 50 orang atau 69,4 pekerja dari total keseluruahan pekerja mempunyai produtivitas yang baik dan 22 orang atau 30,6 pekerja mempunya tingkat produktivitas yang cukup. 4.6. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi Berdasarkan Status Gizi Pekerja Pabrik Bagerpang Estate Status gizi merupakan keadaan dari penampilan seseorang yang diakibatkan keseimbangan antara asupan dan pengeluaran zat gizi yang diperoleh dari makanan yang dimakan setiap hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil distribusi statu gizi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate berdasarkan asupan zat gizi yang dapat dilihat pada tabel 4.14. sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi Pekerja No. Tingkat Kecukupan Energi Status Gizi IMTU n Normal Lebih Tingkat Ringan Lebih Tingkat Berat n n n

1. 2.

3. 4. 5. Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Di atas kebutuhan 3 4 7 25 4 42,9 36,4 41,2 75,8 100,0 1 6 8 6 14,3 54,5 47,1 18,2 3 1 2 2 42,9 9,1 11,8 6,1 7 11 17 33 4 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat sebagian besar pekerja yang memiliki status gizi normal mempunyai tingkat kecukupan energi pada kategori normal yaitu 25 pekerja dari 43 pekerja berstatus gizi normal. Tabel 4.15. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein Pekerja No Tingkat Kecukupan Protein Status Gizi IMTU n Normal Lebih Tingkat Ringan Lebih Tingkat Berat n n n

1. 2.

3. 4. 5. Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Di atas kebutuhan 1 5 9 17 11 20,0 62,5 69,2 48,6 100 2 2 3 14 40,0 25,0 23,1 40,0 2 1 1 4 40,0 12,5 7,7 11,4 5 8 13 35 11 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar pekerja 17 pekerja yang memiliki status gizi normal 43 pekerja mempunyai tingkat kecukupan energi normal. Tabel 4.16. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Tingkat Kecukupan Zat Besi Fe Pekerja No Tingkat Kecukupan Fe Status Gizi IMTU n Normal Lebih Tingkat Ringan Lebih Tingkat Berat n n n

1. 2.

Kurang Cukup 40 3 58,0 100,0 21 30,4 8 11,6 69 3 100,0 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.16. terlihat sebagian besar tingkat kecukupan zat gizi Fe pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate mengalami kekurang. Sebanyak 3 pekerja mempunyai status gizi normal dan mempunyai tingkat kecukupan asupan Fe cukup. Terlihat pada seluruh tingkat kecukupan zat gizi yang defisit, baik tingkat kecukupan energi, protein, dan Fe pekerja seluruhnya masih memiliki status gizi yang normal sampai dengan lebih. 4.7. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi Berdasarkan Produktivitas Kerja Asupan zat gizi pada pekerja dibutuhkan untuk menjalankan aktivitasnya, terutama asupan energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan gerakan dan pekerjaan fisik dan menggerakan proses di dalam tubuh. Energi dapat diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan zat gizi penghasil energi. Selain itu, zat besi merupakan salah satu zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Walaupun jumlah kebutuhannya sedikit, namun kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia gizi besi. Anemia dapat menurunkan kenerja fisik, hambatan perkembangan, menurunkan kognitif, dan dapat menurunkan daya tahan tubuh. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh distribusi produktivitas pekerja berdasarkan asupan zat gizi seperti pada tabel 4.17. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.17. Distribusi Produktivitas Kerja Berdasarkan Asupan Zat Gizi Pekerja No Asupan Zat Gizi Produktivitas n Cukup Baik n n

1. Tingkat Kecukupan Energi :

- Defisit berat - Defisit sedang - Defisit ringan - Normal - Di atas kebutuhan 3 4 5 8 2 42,9 27,3 29,4 24,2 50,0 4 7 12 25 2 57,1 72,7 70,6 75,8 50,0 7 11 17 33 4 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2. Tingkat Kecukupan Protein : - Defisit berat - Defisit sedang - Defisit ringan - Normal - Di atas kebutuhan 1 3 5 7 6 20,0 37,5 38,5 20,0 54,5 4 5 8 28 5 80,0 62,5 61,5 80,0 45,5 5 8 13 35 11 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 3. Tingkat Kecukupan Fe: - Kurang - Cukup 21 1 30,4 33,3 48 2 69,6 73,0 69 3 100,0 100,0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa produktivitas kerja pada pekerja pabrik Bagerpang Estate berada pada kategori cukup dan baik. Sebagian besar pekerja memiliki produktivitas baik memiliki tingkat kecukupan asupan energi dan protein dalam kategori normal, yaitu secara berturut-turut sebanyak 25 orang dan 28 orang pekerja. Pada tingkat kecukupan asupan Fe sebagian besar pekerja yang memiliki produktivitas kerja baik dalam kategori kurang yaitu sebanyak 69,7. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa asupan Fe tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Jika tingkat kecukupan Fe berdasarkan indikator pertanyaan diperoleh data sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.18 Indikator Kemampuan Pekerja Dalam Menyelesaikan Pekerjaannya Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja No. Tingkat Kecukupan Fe Kemampuan Menyelesaikan Pekerjaan n Tidak Kurang Mampu n n n

1. Kurang

3 4,3 66 95,7 69 100,0 2. Cukup 3 100,0 3 100,0 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe kurang sebagian besar 95,7 mempunyai penilaian mampu menyelesaikan pekerja. Pada pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe cukup seluruhnya mempunyai penilaian mampu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tabel 4.19. Indikator Ketepatan Waktu Pekerja Dalam Menyelesaikan Pekerjaannya Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja No. Tingkat Kecukupan Fe Ketepatan Waktu Menyelesaikan Pekerjaan n Tidak Kurang Tepat n n n 1. Kurang 49 71,0 20 29,0 69 100,0

2. Cukup

2 66,7 1 33,3 3 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe kurang cenderung memiliki penilaian kurang tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya yaitu sebanyak 71,0. Tabel 4.20. Indikator Kesesuaian SOP Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja No. Tingkat Kecukupan Fe Kesesuaian SOP dalam Melaksanakan Tugas n Tidak Kurang Sesuai n n n

1. Kurang

20 29,0 49 71,0 69 100,0 2. Cukup 1 33,3 2 66,7 3 100,0 Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa sebagian besar 71,0 pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe kurang sudah melaksanakan pekerjaannya sesuai SOP yang telah ditentukan perusahaan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.21. Indikator Keseringan Pekerja Melakukan Kesalahan Berdasarkan Tingkat Kecukupan Fe Pekerja No. Tingkat Kecukupan Fe Keseringan Melakukan Kesalahan n Sering Jarang Tidak Pernah n n n

1. Kurang

69 100,0 69 100,0 2. Cukup 3 100,0 3 100,0 Berdasarkan tabel 4.21. terlihat bahwa baik pekerja yang memiliki tingkat kecukupan Fe kurang maupun yang cukup memiliki penilaian jarang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaannya. 4.8. Gambaran Status Gizi Pekerja Berdasarkan Produktivitas Kerja Status gizi pekerja merupakan gambaran keadaan fisik pekerja yang disebabkan dari keseimbangan antara asupan zat gizi pekerja yang diperoleh dari makanan sehari-hari dengan zat gizi yang dikeluarkan untuk menunjang aktivitas pekerjaan mencapai target produktivitas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi produktivitas pekerja berdasarkan status gizi seperti pada tabel berikut : Tabel 4.22. Distribusi Produktivitas Kerja Berdasarkan Status Gizi Pekerja. No. Status Gizi Produktivitas Kerja n Cukup Baik n n 1. Normal 17 39,5 26 60,5 43 100,0

2. Kelebihan BB tingkat ringan

5 23,8 16 76,2 21 100,0

3. Kelebihan BB tingkat berat

8 100,0 8 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 43 pekerja mempunyai status gizi normal, dimana 39,5 pekerja pada kategori pekerja yang memiliki produktivitas cukup dan sebanyak 60,5 pekerja yang memiliki produktivitas kerja baik. Dari hasil Universitas Sumatera Utara penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin baik status gizi maka akan semakin baik produktivitas kerja. Selain itu diperoleh absensi pekerja pabrik dalam satu bulan terakhir ini beserta keterangannya seperti pada tabel berikut : Tabel 4.23. Distribusi Absensi Pekerja Berdasarkan Keterangannya No. Keterangan Absen n Selalu Masuk 1-3 hari N n

1. Selalu Masuk

30 100,0 30 100,0

2. Sakit s

3 100,0 3 100,0

3. Izincuti i

0 39 100,0 39 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat sebanyak 39 pekerja yang dalam sebulan terakhir mempunyai absensi tidak masuk kerja mempunyai keterangan izin atau cuti. Dimana setiap pekerja memiliki hak cuti sekali dalam sebulan serta lama ketidak hadiran pekerja hanya sekitar 1-3 hari dan sebanyak 3 pekerja pabrik tidak hadir kerja dikarenakan sakit. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Asupan Zat Gizi Pekerja