dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit namun sangat diperlukan. Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, sebagai faktor utama pembentuk
hemoglobin Almatsier, 2004. Jika asupan zat besi tidak mencukupi bagi pembentuk sel darah akan mengakibatkan anemia gizi besi Beck, 2011.
Anemia kekurangan zat besi terjadi karena pola makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber besi yang sulit diserap, sedangkan sumber
zat besi dari bahan pangan hewani yang baik dikonsumsi dalam jumlah kurang. Demikian pula dari hasil wawancara, sebagian besar pekerja lebih banyak
mengkonsumsi sayuran sebagai intake zat besi dibandingkan dengan konsumsi pangan hewani.
5.2. Status Gizi Pekerja
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa status gizi pekerja pabrik menurut indikator indeks massa tubuh, sebesar 59,7 pekerja dalam kategori normal dan
sebanyak 40,3 pekerja mengalami kelebihan berat badan. Pemeriksaan kesehatan tahunan yang dilakukan perusahaan pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 50
pekerja mengalami gizi lebih. Terlihat adanya sedikit penurunan jumlah pekerja yang mempunyai status gizi lebih. Hal ini dikarenakan adanya saran-saran yang dianjurkan
pihak bagian kesehatan kepada pekerja agar menurunkan berat badan bagi mereka yang mengalami gizi lebih.
Ketidakseimbangan asupan energi akan menyebabkan dampak yang negatif. Ketika asupan energi lebih besar dari pada energi yang akan dikeluarkan maka akan
diubah menjadi lemak tubuh, sehingga berat badan akan berlebih. Hal ini tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan kelebihan asupan karbohidrat, protein dan lemak, tetapi juga dapat dikarenakan kurangnya aktivitas fisik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, 2007. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya berat badan lebih adalah faktor
genetik, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisi. Kegemukan diakbiatkan faktor genetik akan berpengaruh besar jika kedua orang tua pekerja mempunyai status gizi
obesitas. Jika hanya salah satu saja orang tua yang mengalami obesitas maka kemungkinan kejadian obesitas sebanyak 40 dan bila sedua orang tua tidak obesitas
maka prevalensi menjadi 14 Mustofa, 2010. 5.3. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja pada penelitian ini diukur dengan melihat kemampuan, ketepatan, kesesuaian SOP dan tingkat kesalahan yang dilakukan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya serta absensi pekerja. Dari total penilaian produktivitas kerja diperoleh sebanyak 30,6 pekerja mempunyai tingkat produktivitas kerja
cukup dan 69,4 pekerja mempunyai produktivitas yang baik. Jika dilhat dari masing-masing indikator pertanyaan, pada indikator
kemampuan menyelesaikan pekerjaan sebagian besar 95,8 pekerja mampu menyelesaikan pekerjaannya. Demikian pula pada indikator pertanyaan kesesuaian
SOP pekerja dalam melaksanakan tugas, sebanyak 70,8 pekerja telah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP yang telah ditentukan.
Pada indikator pertanyaan ketepatan waktu, diperoleh hasil bahwa sebanyak 70,8 pekerja kurang tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
bisa terjadi dikarenakan faktor eksternal pekerja dan faktor internal. Contoh faktor eksternal seperti terjadinya kerusakan pada mesin produksi atau kehabisan suku
cadang yang akan digunakan dalam perbaikan mesin. Adapun faktor internal seperti terganggunya kesehatan pekerja.
Berdasarkan absensi pekerja diperoleh 41,7 pekerja selalu hadir kerja. Sebagian besar pekerja pabrik tercatat yang memiliki ketidak hadiran dalam satu
bulan terakhir dengan keterangan cuti yaitu sebesar 54,2. Dimana pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk memberi hak
kepada setiap pekerja untuk memperoleh izin cuti sekali dalam sebulan. Adapun pekerja yang tidak hadir dikarenakan sakit tercatat sebanyak 4,2 dengan lama absen
1-3 hari.
5.4. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pekerja