Fokus Masalah Definisi Konsep

5 yang sangat ideal sebagai penyedia lahan TPA. Oleh sebab itu rancangan mengenai TPA Terpadu Regional adalah sebuah alternatif yang diharapkan mampu menganggulangi masalah tersebut. Melihat masalah yang dipaparkan di atas, penting untuk mengetahui bagaimana sebenarnya koordinasi yang dijalin oleh kedua daerah dalam mengelola sampah. Hal ini merujuk pada kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang mencanangkan sebuah TPA Terpadu untuk tidak hanya melayani Deli Serdang namun juga Kota Medan. Maka penting bagi penulis untuk melihat hal ini lebih terperinci dan melihat apa yang terjadi dalam aktivitas tersebut untuk mengetahui bagaimana koordinasi yang dijalankan antara Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan.

1.2. Fokus Masalah

Dalam aktivitasnya sebagai sebuah kawasan perkotaan metropolitan, maka Mebidangro melakukan banyak kegiatan ekonomi, industrial, dan pembangunan secara fisik. Aktivitas ini sedikit banyak mempengaruhi lingkungan dan tata ruang perkotaan yang berimplikasi pada timbulnya sampah. Permasalahan sampah ini ternyata bukanlah sebuah ‘barang baru’ dalam masalah perkotaan. Maka berdasarkan hal tersebut pemerintah sudah mengantisipasi masalah pengelolaan sampah dalam sebuah kebijakan dan menunjuk Kabupaten Deli Serdang sebagai lokasi TPA yang terintegrasi. Terintegrasinya TPA di kawasan ini akan berbanding lurus dengan koordinasi yang kuat antar daerah, khususnya Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Maka dengan itu secara khusus peneliti ingin fokus mengamati bagaimana Universitas Sumatera Utara 6 koordinasi antara Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dalam pengelolaan sampah berdasarkan Perpres yang mengatur hal tersebut.

1.3. Rumusan Masalah

Penelitian pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Kedudukan masalah yang akan diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, pemilihan masalah penelitian haruslah dipertimbangkan secara sungguh – sungguh Sanapiah, 2007:37. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah yang ingin diteliti oleh peneliti pada penelitian ini adalah “Bagaimana Koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dalam Pengelolaan Sampah di TPA Terpadu?” 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana koordinasi pemerintah daerah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dalam pengelolaan sampah di TPA Terpadu. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Segi Ilmiah Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menuliskan karya ilmiah di lapangan berdasarkan kajian – kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara. 2. Segi Praktis Universitas Sumatera Utara 7 Untuk menambah pengetahuan, referensi, dan alternatif bagi pelaksana kebijakan tentang koordinasi Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dalam pengelolaan sampah ini, guna mengoptimalkan keberhasilan kebijakan. 3. Segi Akademis Untuk memperkaya khasanah ilmiah dan memberikan kontribusi secara langsung dalam penelitian – penelitian sosial khususnya bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU. Universitas Sumatera Utara 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting.Teori adalah konsep – konsep dan generalisasi – generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian Sugiyono, 2005:55.Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan dari mana sudut masalah tersebut disorot.Adapun yang menjadi kerangka dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 2.1 Koordinasi 2.1.1 Pengertian Koordinasi Menurut A.E Benn dalam Sutarto 2006, koordinasi adalah “1 a continuous, harmonious action toward the objectives, attained through leadership, organization, and administration; 2 the arrangement of group efforts in a continuous and orderly manner so as to provide unification of action in the persuit of a common goal”. Koordinasi adalah 1 suatu kelangsungan, keharmonisan mencapai tujuan,yang dapat dicapai melalui kepemimpinan, organisasi, dan administrasi; 2 penyusunan usaha – usaha kelompok di dalam suatu kelangsungan dan keteraturan sikap sehingga menciptakan tindakan dalam mengusahakan terciptanya tujuan bersama. Selain pengertian koordinasi, Herbert G. Hicks dalam Sutarto 2006 menerangkan bahwa “The principle of coordination explain the effective organizational performance is achieved when all persons and resources are Universitas Sumatera Utara 9 synchronized, balanced, and given direction.”. Artinya prinsip koordinasi menerangkan bahwa pelaksanaan organisasi itu efektif apabila semua orang dan sumber disinkronkan, diseimbangkan, dan diberikan pengarahan. Dari berbagai intisari tentang koordinasi seperti di atas sebenarnya dapat dipakai satu istilah yaitu keselarasan. Baik kesatuan tindakan, kesatuan usaha, penyesuaian antarbagian, keseimbangan antar bagian maupun sinkronisasi semuanya berasaskan keselarasan. Atas dasar itu dapatlah kiranya asas koordinasi diartikan sebagai berikut, yaitu di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan oganisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.

2.1.2 Tujuan Koordinasi

Menurut Hasibuan 2011:87 tujuan dari koordinasi adalah: a. Mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan. b. Menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan. c. Menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan. d. Menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran. e. Mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur manajemen ke arah sasaran organisasi. f. Menghindari keterampilan overlanding dari sasaran perusahaan.

2.1.3 Tipe – Tipe Koordinasi

Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas agar pencapaian tujuan tercapai dengan baik. Hasibuan 2011:86 berpendapat bahwa tipe koordinasi di bagi menjadi dua bagian besar Universitas Sumatera Utara 10 Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas agar pencapaian tujuan tercapai dengan baik. Hasibuan 2011:86 berpendapat bahwa tipe koordinasi di bagi menjadi dua bagian besar yaitu koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal. Kedua tipe ini biasanya ada dalam sebuah organisasi. Makna kedua tipe koordinasi ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini: a. Koordinasi vertikal Vertical Coordination adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit- unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur. b. Koordinasi horizontal Horizontal Coordination adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi aparat yang setingkat. Koordinasi horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya. Sedangkan Interrelated adalah koordinasi antar badan instansi beserta unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling Universitas Sumatera Utara 11 bergantung atau mempunyai kaitan secara intern atau ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat.

2.1.4 Syarat – Syarat Koordinasi

Menurut G. R. Terry dalam bukunya, Principle of Management yang dikutip Hasibuan 2011:88 koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi : 1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif 2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut 3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut Berdasarkan defenisi di atas maka dapat disebutkan bahwa koordinasi memiliki syarat-syarat yakni : 1. Sense of Cooperation , perasaan untuk saling bekerja sama, dilihat per bagian. 2. Rivalry , dalam organisasi besar, sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba 3. Team Spirit , satu sama lain per bagian harus saling menghargai. 4. Esprit de Corps, bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat. 2.1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi Hasibuan 2006:88, berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 12 a. Kesatuan Tindakan Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap anggota organisasi atau satuan organisasi untuk saling menyesuaikan diri atau tugasnya dengan anggota atau satuan organisasi lainnya agar anggota atau satuan organisasi tersebut tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu konsep kesatuan tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Kesatuan dari pada usaha, berarti bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini adalah merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk memperoleh suatu koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal waktu dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah dirncanakan. b. Komunikasi Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupannya. “Perkataan komunikasi berasal dari perkataan communicare , yaitu yang dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi ataupun memberitahukan” Dalam organisasi komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi partisipasi anggota akan semakin tinggi dan pimpinan memberitahukan tugas kepada karyawan harus dengan komunikasi. Dengan demikian komunikasi merupakan hubungan antara komunikator dengan komunikan dimana keduanya mempunyai peranan dalam menciptakan komunikasi. Universitas Sumatera Utara 13 Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas terlihat bahwa komunikasi itu mengandung arti komunikasi yang bertujuan merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai dengan pengertian dari ilmu komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas, dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Maka komunikasi tersebut merupakan suatu hal perubahan suatu sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Sehingga dari uraian tersebut terlihat fungsi komunikasi sebagai berikut : 1. Mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan. 2. Menginterpretasikan terhadap informasi mengenai lingkungan 3. Kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain. 4. Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap dan perilaku orang lain dengan melalui informasi atau pendapat atau pesan atau idea yang disampaikannya kepada orang tersebut. c. Pembagian Kerja Secara teoritis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan bersama dimana individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang berkeja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih daripada dilakukan perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang dasarnya adalah prinsip pembagian kerja Division of labor. Prinsip pembagian kerja ini adalah maksudnya jika suatu organisasi diharapkan untuk Universitas Sumatera Utara 14 dapat berhasil dengan baik dalam usaha mencapai tujuanya, maka hendaknya lakukan pembagian kerja. Dengan pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi dalam usaha mewujudkan tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Jadi pembagian kerja pekerjaan menyebabkan kenaikan efektifitas secara dramatis, karena tidak seorangpun secara fisik mampu melaksanakan keseluruhan aktifitas dalam tugas–tugas yang paling rumit dan tidak seorangpun juga memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas. Oleh karena itu perlu diadakan pemilahan bagian–bagian tugas dan membagi baginya kepada sejumlah orang. Pembagian pekerjaan yang dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang mempelajari keterampilan dan menjadi ahli pada fungsi pekerjaan tertentu. d. Disiplin Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus bekerja secara terkoordinasi, agar masing-masing dapat menghasilkan hasil yang diharapkan. Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian yang berbeda-beda agar kegiatan dari pada bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing- masing dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk itu diperlukan disiplin. Universitas Sumatera Utara 15

2.2. Sampah

2.2.1. Definisi Sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya Chandra, 2007. Sampah dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut waktu terurainya, yakni sampah mudah terurai degradable dan sampah sulit terurai undegradable. Data menunjukkan bahwa rata-rata komposisi sampah di beberapa kota besar Indonesia adalah organik 25, kertas 10, plastik 18, kayu 12, logam 11, kain 11, gelas 11, dan lain-lain 12. Berdasarkan data tersebut, maka sebagian besar sampah di beberapa kota besar Indonesia adalah sampah mudah terurai, yakni organik, kertas, kayu, dan logam.

2.2.2. Sumber Sampah

Menurut Chandra 2007:113, sampah yang ada di permukaan bumi ini berasal dari beberapa sumber berikut. a. Pemukiman penduduk Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah gerbage, sampah kering rubbish, abu atau sisa tumbuhan. b. Tempat umum atau tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga perdagangan. c. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Universitas Sumatera Utara 16 Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan dan sarana pemerintah yang lain. d. Industri berat atau ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, kayu, kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, serta kegiatan industri lainnya baik yang bersifat distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan juga termasuk sampah yang berbahaya. e. Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang.

2.2.3. Dampak Sampah

Menurut Gilbert dkk 1996 dalam Psychologymania.com, dampak daripada sampah adalah sebagai berikut: a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan yang buruk Karena sampah bertebaran dimana-mana. b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung untuk mengobati orang sakit dan pembiayaan secara tidak langsung tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas. Universitas Sumatera Utara 17 d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atu tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki.

2.2.4. Pengelolaan Sampah

Secara umum pengelolaan sampah dibedakan menurut kemudahannya untuk terurai. Kini pengelolaan sampah diorientasikan pada pemanfaatan kembali sampah tersebut. Sedangkan masalah sampah anorganik diatasi dengan cara reduce , reuse, recycle, dan recovery. Reduce adalah upaya untuk mengurangi penggunaan produk yang akan menghasilkan sampah. Reuse adalah kegiatan menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang – barang yang masih dapat dimanfaatkan. Recycle adalah memodifikasi benda yang tadinya tidak bermanfaaat menjadi bermanfaat. Sedangkan recovery adalah upaya pemanfaatan kembali material yang masih dapat dimanfaatkan. Pengelolaan sampah lebih baik dilakukan secara berjenjang dan terdesentralisasi dimulai di level rumah, kelurahan, dan terakhir di level kota. Pada level rumah tangga, sampah biasanya dikumpulkan dan disatukan dalam tempat sampah sementara. Tempat ini digolongkan sementara karena sifatnya yang hanya mengumpulkan dan menyimpan untuk diangkut kembali. Setelah itu barulah sampah diangkut dan dikumpulkan kembali ke dalam dipo rumah Universitas Sumatera Utara 18 sampah. Pada level kelurahan, diutamakan kegiatan recovery. Kelurahan dapat menjadi wadah bagi warga saling membantu untuk mengelola sampah. Sampah dari warga yang masih memiliki nilai manfaat dikumpulkan kemudian didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat. Proses pengumpulan sampah bisa menggunakan program “arisan sampah” ataupun “bank sampah”. Level terakhir, sampah yang dianggap tidak memiliki nilai manfaat lagi dibawa ke tingkat kota. Pengumpulan sampah menggunakan alat transportasi yang khusus. Proses pengolahan menggunakan teknologi yang lebih maju dibandingkan dengan teknologi di level kelurahan. Tingkat kota menjadi gerbang terakhir pengelolaan sampah, maka diharapkan sampah yang tidak dikelola di tingkat kota merupakan sampah undegradable yang tidak memiliki manfaat atau nilai ekonomi sama sekali dan telah aman bagi lingkungan. Sampah ditempatkan di TPA Tempat Pembuangan Akhir secara terpadu. Pengelolaan sampah secara terpadu di sebuah kota akan berdampak secara langsung terhadap penyelesaian masalah lingkungan di kota tersebut.

2.3. Konsep Tempat Pembuangan Akhir TPA

Pembuangan akhir sampah TPA dalam Komunitas Green Chemistry merupakan proses terakhir dalam siklus pengelolaan persampahan formal. Untuk fase ini dapat menggunakan berbagai metode dari yang sederhana hingga tingkat teknologi tinggi. Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah : a. Open dumping, yakni membuang sampah pada tempat pembuangan sampah akhir secara terbuka di suatu lokasi tertentu Universitas Sumatera Utara 19 b. Control landfill, yakni pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir seperti halnya pada open dumping, namun disini terdapat proses pengendalian pengawasan sehingga lebih tertata. c. Sanitary landfill, yakni pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir dengan menimbun sampah ke dalam tanah hingga periode waktu tertentu. Dengan demikian cara ini dapat menekan polusi bau dan kebersihan lingkungan lebih baik dari metode lainnya.

2.3.1. Pertimbangan Penetapan Lokasi TPA

Penetapan lokasi TPA sampah, dapat berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah dengan beberapa pertimbangan- pertimbangan antara lain : a TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut; b Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu : pertama, tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan. Kedua, tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional. Ketiga, Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh Instansi yang berwenang. c Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, pemilihan lokasi TPA Sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah ini dengan kriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian : Universitas Sumatera Utara 20 1 Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau tidak layak sebagai berikut : a. Kondisi geologi: tidak berlokasi di zona holocene fault; tidak boleh di zona bahaya geologi; Kondisi hidrogeologi: tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter; tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cmdet; jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran; dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut di atas, maka harus diadakan masukan teknologi b. Kemiringan zona harus kurang dari 20 c. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain. d. Tidak boleh pada daerah lindungcagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun. 2 Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi TPA terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut : a. Iklim: hujan : intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik; angin : arah angin dominan tidak menuju kepermukiman dinilai makin baik b. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik c. Lingkungan biologis, meliputi faktor habitat : kurang bervariasi dinilai makin baik; faktor daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik Universitas Sumatera Utara 21 d. Ketersediaan tanah, meliputi : produktifitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi; kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik; ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup, dinilai lebih baik; status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik. e. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik f. Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai semakin baik g. Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik h. Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik i. Etetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik j. Ekonomi : semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah per m3ton dinilai semakin baik 3 Produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan sebagai berikut : a. Tahap regional yaitu peta dasar skala 1 : 25.000, yang berisi centroid sampah yang terletak di wilayah tersebut, kondisi hidrogeologi, badan – badan air, TPA sampah yang sudah ada. Pembagian zona – zona ; zona 1 = zona tidak layak; zona 2 = zona layak untuk TPA sampah kota. b. Tahap penyisih yaitu rekomendasi lokasi TPA sampah kota dilengkapi peta posisi calon – calon lokasi yang potensial, peta detail dengan skala 1 : 25.000 dari sedikitnya 2 lokasi yang terbaik. c. Tahap penetapan yaitu keputusan penetapan lokasi TPA sampah kota. Pemilihan lokasi perlu mempertimbangkan aspek – aspek penataan ruang sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 22 1. Lokasi TPA sampah diharapkan berlawanan arah dengan arah perkembangan daerah perkotaan Urbanized Area. 2. Lokasi TPA sampah harus berada di luar dari daerah perkotaan yang didorong pengembangannya Urban Promotion Area 3. Diupayakan transportasi menuju TPA sampah tidak melalui jalan utama menuju perkotaandaerah padat. Selain hal-hal tersebut di atas, perencanaan TPA sampah perkotaan perlu memperhatikan hal - hal sebagai berikut : a. Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencana pemanfaatan lahan bekas TPA. b. Kemampuan ekonomi pemerintah daerah setempat dan masyarakat, untuk menentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak secara ekonomis, teknis dan lingkungan. c. Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kondisi badan air sekitarnya, pengaruh pasang surut, angin iklim, curah hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhir sampah. d. Rencana pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan rencana jalan masuk TPA. e. Rencana TPA di daerah lereng agar memperhitungkan masalah kemungkinan terjadinya longsor. f. Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA. g. Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume sampah sedekat mungkin dengan sumbernya. Universitas Sumatera Utara 23 h. Sampah yang dibuang di lokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan yang bukan berasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3. i. Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlu melaksanakan model TPA regional serta perlu adanya institusi pengelola kebersihan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan TPA tersebut secara memadai. j. Aksesibilitas menuju TPA sampah harus tersedia. Perhatian terhadap kelestarian lingkungan melalui penanganan dan pengelolaan TPA sampah yang baik menjadi hal penting, TPA sampah yang didesain sesuai dengan ketentuan dapat difungsikan pula menjadi kawasan hijau sehingga sejalan dengan kebijakan penataan ruang yang menerapkan ketentuan bahwa setiap wilayahkawasan menyediakan RTH minimal sebesar 30 dari luas wilayahkawasan tersebut. RTH yang tersedia bukan hanya mengandung nilai- nilai estetika tetapi juga mengandung nilai psikologis bagi masyarakat. Dapat dibayangkan apabila setiap kawasan permukiman, perkotaan dan kota-kota besar bahkan Metropolitan tidak terdapat ruang terbuka hijau yang bermanfaat untuk taman bermain, kesegaran udara, dan keindahan lingkungan bagi masyarakat maka yang terjadi adalah lingkungan permukiman kumuh, sensitivitas masyarakat sangat tinggi, polusi udara yang berpengaruh pada psikologis dan lingkungan yang tidak asri karena tidak adanya penghijauan.

2.4. Definisi Konsep

Definisi konsep memberi konsep memberi batasan terhadap pembahasan dari permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah : Universitas Sumatera Utara 24 a Koordinasi merupakan antar hubungan berbagai faktor organisasi. Tidak sukar mengorganisasi kegiatan tunggal, tetapi untuk mengorganisasi macam – macam kegiatan di dalam ketunggalan adalah merupakan pencapaian yang sukar. Koordinasi membuat organisasi “baik”. Ini adalah suatu sistem keseimbangan dan kontrol, tantangan dan tanggapan, yang ada diantaranya dan di antara satuan – satuan dalam organisasi. b Pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan mempekecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah mencemari udara, air, tanah, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan kebakaran. 2.5. Defenisi Operasional Singarimbun 1989:46 menyatakan definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional ini semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Banyak juga pernyataan yang menjelaskan bahwa definisi operasional berisi batasan – batasan atau indikator – indikator dari konsep yang telah ditetapkan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kesatuan tindakan Kesatuan tindakan adalah inti dari koordinasi yang mengharapkan terciptanya keselarasan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.  Pengarahan dari koordinator. Universitas Sumatera Utara 25 2. Komunikasi Dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam consistency and uniformity dari berbagai sumber informasi.  Intensitas pertemuan antar pemerintah daerah.  Metode sosialisasi kebijakan yang digunakan.  Tanggapan kelompok sasaran. 3. Pembagian kerja Menurut Fayol pembagian kerja atau tugas membuat orang semakin spesialis dan semakin efisien mereka dapat mengerjakan tugasnya.  Aktivitas dan tugas daerah sesuai kebijakan. 4. Disiplin Prinsip manajemen lain dari Fayol adalah disiplin, yang menekankan perlunya anggota menghormati peraturan dan persetujuan yang mengatur. Disiplin berasal dari kepemimpinan yang baik pada semua tingkat organisasi, persetujuan yang adil, dan penerapan sanksi yang bijaksana untuk pelanggaran.  Konsekuensi menjalankan atau tidak melaksanaan kebijakan.  Kesediaan untuk melaksanakan program. Universitas Sumatera Utara 26

2.6. Sistematika Penulisan