29
Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai yang dianggap mengerti dengan masalah yang diteliti.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku –
buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
menggunakan catatan – catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan
instansi terkait.
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis – analisis kualitatif cenderung menggunakan pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal – hal khusus atau data
di lapangan dan bermuara pada kesimpulan – kesimpulan umum Bungin, 2007:143. Melalui metode analisis data, peneliti menguji kemampuan bernalar
dalam mengelaborasi fakta, data, dan informasi yang diperoleh. Dalam melakukan analisis data, menurut Miles dan Huberman dalam
Sugiyono 2009:246, ada langkah – langkah yang harus dilakukan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
30
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya.
b. Penyajian Data
Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Langkah ini memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan
membuat rencana kerja selanjutnya. c.
Penarikan Kesimpulan Hal ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Kesimpulan ini sebagai hipotesis dan bila didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Kabupaten Deli Serdang
4.1.1. Keadaan Geografi
Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2°57” – 3°16” Lintang Utara serta pada 98°33 - 99°27” Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi
silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 km² 249,772 Ha atau merupakan 3,34 dari luas Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten ini berada pada ketinggian 500m di atas permukaan laut, berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka di sebelah utara, Kabupaten Karo
dan Kabupaten Simalungun sebelah selatan, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo sebelah barat dan Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah timur.
4.1.2. Sejarah
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan
Kesultanan yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.
Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1984 tentang Undang-Undang Pokok-
Pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 7 Darurat Tahun 1965. Hari jadi Kabupaten Deli Serdang ditetapkan tanggal 1 Juli 1946.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi
Universitas Sumatera Utara
32
perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986.
Sesuai dengan dikeluarkan UU Nomor 36 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, Kabupaten Deli Serdang telah dimekarkan menjadi dua wilayah yakni
Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, secara administratif Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terdiri atas 22 Kecamatan yang di
dalamnya terdapat 14 Kelurahan dan 380 Desa. Tercatat dalam sejarah Bupati pertama Kabupaten Deli Serdang Moenar
S.Hamidjojo, dilanjutkan Sampoerna Kolopaking, setelah itu Wan Oemaroeddin Barus 1 April 1951 – 1 April 1958 Abdullah Eteng 1 April 1958 – 11 Januari
1963 Abdul Kadir Kendal Keliat 11 Januari 1963 – 11 November 1970 H. Baharoeddin Siregar 11 Novermber 1970 – 17 April 1978 Abdul Muis Lubis 17
April 1978 – 3 Maret 1979 H. Tenteng Ginting 3 Maret 1979 – 3 Maret 1984 H. Wasiman 3 Maret 1984 – 3 Maret 1989 H. Ruslan Mansur 3 Maret 1989 –
1994 H. Maymaran NS 3 Maret 1994 – 3 Maret 1999 Drs. H. Abdul Hafid, MBA 3 Maret 1999 – 7 April 2004, tahun 2004 Periode 2004 – 2009 dan
Periode 2009-2014 di jabat oleh Drs. H. Amri Tambunan. Seiring dengan gerak roda pembangunan yang terus melaju diciptakan motto
bagi daerah Deli Serdang yaitu : “BHINNEKA PERKASA JAYA” yang tercantum di pita lambang Daerah Kabupaten Deli Serdang, dalam pengertian
“Dengan masyarakatnya yang beraneka ragam suku, agama, ras, dan golongan bersatu dalam ke-Bhinneka-an secara kekeluargaan dan gotong royong
membangun semangat kebersamaan, menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya sehingga menjadi kekuatan
Universitas Sumatera Utara
33
dan keperkasaan untuk mengantarkan masyarakat kepada kesejahteraan,
maju, mandiri dan jaya sepanjang masa”. 4.1.3.
Visi dan Misi
Visi : “Deli Serdang yang maju dengan masyarakatnya yang religius, sejahtera, bersatu
dalam kebhinnekaan melalui pemerataan pembangunan, pemanfaatan sumber daya yang adil, dan penegakan hukum yang ditopang oleh tata pemerintahan yang
baik “ Misi :
1 Mendorong pembangunan yang menjamin pemerataan yang seluas – luasnya
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, infrastruktur yang maju, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan yang
berwawasasn lingkungan, serta didukung oleh kondisi keamanan yang kondusif.
2 Mendorong pembangunan akhlak mulia generasi muda, saling
menghormati, rukun dan damai, tidak diskriminatif, mengabdi pada kepentingan masyarakat luas, dan menghormati hak azasi manusia.
3 Mendorong pembangunan yang merata, pemanfaatan sumber daya yang adil
guna mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat, rasa aman dan damai, mampu menampung aspirasi masyarakat yang dinamis, menegakkan
persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan dengan ditopang oleh tata pemerintahan yang baik.
4 Mendorong terciptanya supremasi hukum dan masyarakat yang taat hukum,
menghilangkan praktek diskriminasi hukum, mendorong pembangunan
Universitas Sumatera Utara
34
sistem yang akuntabel, transparan, professional, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai fasilitator bagi semua stake holdernya.
4.1.4. Struktur Organisasi
Dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah, telah ditetapkan Peraturan Daerah tentang Organisasi dan Tata Kerja. Secara lengkap peraturan daerah
tersebut adalah Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Struktur Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan
peraturan daerah tersebut, Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang terdiri dari :
1.
Bupati dan Wakil Bupati
2.
Sekretaris Daerah
3.
Sekretariat Daerah dengan 3 Assisten yang terdiri dari :
a. Assisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
b. Asisten Perekonomian dan Pembangunan
c. Asisten Administrasi Umum
5. Sekretariat DPRD dengan 3 Bagian yang meliputi:
a. Bagian Umum
b. Bagian Risalah dan Rapat
c. Bagian Keuangan
6. Badan Daerah sebanyak 8 SKPD, meliputi:
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
b. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
c. Badan Pemberdayaan Masyarakat
d. Badan Kesatuan Bangsa
Universitas Sumatera Utara
35
e. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
f. Badan Ketahanan Pangan
g. Inspektorat
h. Badan Rumah Sakit Umum
7. Dinas Daerah sebanyak 17 SKPD, meliputi :
a. Dinas Pertanian
b. Dinas Perikanan dan Kelautan
c. Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi
d. Dinas Kehutanan
e. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
f. Dinas Kesehatan
g. Dinas Pendidikan,Pemuda dan Olahraga
h. Dinas Pekerjaan Umum
i. Dinas Perhubungan
j. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
k. Dinas Pasar
l. Dinas Cipta Karya dan Pertambangan
m. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
n. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
o. Dinas Sosial
p. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
q. Dinas Informasi dan Komunikasi
8. Kantor sebanyak 3 , meliputi:
a. Kantor Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
36
b. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
c. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
9. Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 389
desa.
4.2. Kota Medan
4.2.1. Keadaan Geografi
Kota Medan terletak antara 2º.27 - 2º.47 Lintang Utara dan 98º.35 – 98º.44 Bujur Timur. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas
permukaan laut. Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat
pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.
Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
4.2.2. Sejarah
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai
melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai- sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei
Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang SalingSei Kera.
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu
merangkaikan Medan dengan Deli Medan–Deli. Setelah zaman kemerdekaan
Universitas Sumatera Utara
37
lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat
menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera
Utara.
Kampung Medan dan Tembakau Deli
Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama Medan Putri. Perkembangan Kampung Medan Putri tidak terlepas dari
posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada
zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung Medan Putri yang merupakan cikal bakal
Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah
keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld
ditulis oleh N.Ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari
dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak
diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari
Universitas Sumatera Utara
38
Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah
Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di
Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung
Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara. Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang
Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah
pada Gocah Pahlawan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan
tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang
tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya terbitan Edinburg 1826 bahwa
sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil
dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.
Universitas Sumatera Utara
39
Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi
perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal 1869, Sungai Beras dan Klumpang 1875, sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada
tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke
Kampung Medan Putri. Dengan demikian Kampung Medan Putri menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal
sebagai Kota Medan.
Penjajahan Belanda di Tanah Deli
Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan
Sisingamangaraja di daerah Tapanuli. Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang
Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda J.Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera
secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu J.C.Baud
menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama perang Paderi 1821-
1837. Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya
menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera
Universitas Sumatera Utara
40
Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari Labuhan juga pindah dengan selesainya
pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.
Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente
Kota Praja dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan Acte van Schenking Akte Hibah Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30
Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia
Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan
Kampung Petisah Hilir. Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas
dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru 1919, sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan
Brandan - Besitang 1919, Konsulat Amerika 1919, Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang 1923, Mingguan Soematra 1924, Perkumpulan
Renang Medan 1924, Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga 1929.
Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan ekspor-impor sejak masa lalu. sedang dijadikannya
medan sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang
Universitas Sumatera Utara
41
menjadi pusat pemerintah. sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara.
. 4.2.3.
Visi dan Misi Visi :
1
Jangka Panjang Visi 2025 → Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota Medan
yang maju, sejahtera, religius dan berwawasan lingkungan Indikasi : Income
perkapita Rp 72 Juta tahun.
2
Jangka Menengah Visi 2015 : Kota Medan menjadi Kota Metropolitan
yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera
3
Jangka Pendek Tahun 2011 : Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin dinamis dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerja
yang luas, mengurangi kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat Indikasi : Income perkapita menjadi Rp
41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010.
Misi : Melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6
enam aspek dasar, yaitu : 1
Pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yang semakin baik, sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul.
2 Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan,
taman kota dan drainase serta penataan pasar tradisional secara simultan. 3
Pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan yang semakin baik.
Universitas Sumatera Utara
42
4 Peningkatan pelayanan administrasi public terutama pelayanan
KTPKKAkte kelahiran dan perizinan usaha. 5
Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil PNS untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing. 6
Menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Catatan : Misi ini tidak ringan dan pencapaiannya akan dipengaruhi faktor eksternal dan
internal. Rencana Capaian Sasaran Pembangunan Kota Tahun 2011:
1. Pencapaian PDRB menjadi sebesar Rp 85,85 Trilyun dari Rp 73,16
Trilyun Tahyn 2010. Oleh karena itu, dunia usaha harus bekerja berdasarkan target PDRB, bukan volume APBD yang hanya sebesar Rp
2,9 Trilyun. 2.
Income per kapita sebesar Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010. Hal ini akan mendorong kemampuan berkomunikasi masyarakat dapat
lebih meningkat sehingga kesejahteraannya semakin tinggi. 3.
Pertumbuhan ekonomi mencapai 7,5 - 7,7 lebih tinggi dari target propinsi 6,5 dan nasional 6,2. kita sebenarnya harus lebih berani,
mematok target menjadi 8 - 8,5 untuk menciptakan lapangan kerja lebih luas.
4. Inflasi dibawah 1 digit 5 - 5,5 untuk menjaga dan meningkatkan
daya beli masyarakat. 5.
Menurunkan tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin masing-masing 1 dari tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
43
4.2.4. Struktur Organisasi
Gambar 4.2.4.1.Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan
Sumber : Website Pemko Medan 2014
Universitas Sumatera Utara
44
4.3. Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA
Provinsi Sumatera Utara 4.3.1.
Profil
Bappeda Propinsi Sumatera Utara telah menorehkan sejarah panjang dalam pengabdiannya kepada masyarakat Sumatera Utara, terutama dalam kaitannya
dengan perencanaan pembangunan di daerah ini. Kiprah Bappeda Propinsi Sumatera Utara diawali pada tahun 1963 di mana
pada masa itu di Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dibentuk suatu Badan Koordinasi Pembangunan Sumatera Utara BKPDSU yang langsung di ketuai
Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara dan Sekretaris Residen P.R.Telambanua yang merupakan Badan yang mengkoordinir pembangunan di daerah yang
selanjutnya diganti menjadi BAKOPASU Badan Koordinasi Pembangunan Daerah Sumatera Utara yang merupakan badan yang pertama sekali
mengkoordinir Perencanaan Pembangunan di Daerah Sumatera Utara diketuai oleh Ir. M. Sipahutar dan Sekretaris oleh Netap Bukit. Setelah melalui beberapa
kali perubahan dan pergantian kepepemimpinan maka sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 185 Tahun 1980 pembentukan Bappeda Tingkat I
Sumatera Utara selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara PERDASU No.2 Tahun 1981 tentang susunan
Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Derah Tingkat I Sumatera Utara dan disahkan Menteri Dalam Negeri dengan No. 061.134.2281
tanggal 20 April 1981. Banyak hal dalam perencanaan pembangunan yang masih menjadi kendala, masalah ketertinggalan Pantai Barat dari Pantai Timur,
penanganan pengangguran dan kemiskinan, penyediaan sarana dan prasarana
Universitas Sumatera Utara
terutama d terus menj
4.3.2. Stru
Bagan Peraturan
November
Su
4.3.3. Peja
Tab
Kepala Sekretaris
Kasubbag Kasubbag
Kasubbag Kabid Per
Keuangan Kasubbid
di bidang tr jadi priorita
uktur Orga
n struktur Daerah Pr
r 2008. Gambar 4.
mber : Web
abat BAPP
el 4.3.3.1. K
s g Umum
g Keuangan g Program
rencanaan Ek n
Ekonomi da
ransportasi, as dalam per
anisasi
organisasi rovinsi Sum
.3.2.1 Struk
bsite BAPPE
EDA Provi
Komposisi P
konomi dan an Keuangan
pendidikan rencanaan p
i BAPPED matera Utar
ktur Organis
EDA Deli S
insi Sumat
Pejabat BAP
D D
T S
S I
n M
n dan keseh pembanguna
DA Provins ra Nomor
sasi BAPPE
Serdang 201
tera Utara
PPEDA Pro
DR. Drs. AR Drs. M. ISM
TRIWIBOW SITI RAHMA
SERI LANG Ir. HASMIRI
M. ARSYAD
hatan merup an di Sumat
si Sumater 9 Tahun 2
EDA Kota M
4
ovinsi Suma
RSYAD, M.M AEL P. SINA
WO, SH, M.A AH, SE, M.A
GKAT WAHY IZAL LUBIS
D SIREGAR
pakan tugas
tera Utara.
ra Utara s 2008 tangg
Medan
atera Utara
M AGA, M.Si
AP AP
YUNI, S.Sos S, M.Si
R, SE, M.Si
45
yang
sesuai al 28
s
Universitas Sumatera Utara
46 Kasubbid Produksi
Ir. ARDISTON SIMANJUNTAK, M.MA Kabid Perencanaan SDM dan Sosial
Budaya Ir. SYAHRIAL ADINDA PULUNGAN,
M.Si Kasubbid Pemerintahan Umum
BORIS PARLINDUNGAN, S.Kom, M.Si Kasubbid Kesejahteraan Rakyat
Drs. HENDRA YUDI, M.Kes Kabid Perencanaan Sarana dan Prasarana
Ir. TETTY MAGDALENA NASUTION, M.Si
Kasubbid Perhubungan Ir. TAUFIK
Kasubbid Sumber Daya Air TARSUDI, SP, M.Si
Kabid Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan
POPPY M. HUTAGALUNG, ST, M.Si Kasubbid Tata Ruang dan Pengembangan
Wilayah YOSI SUKMONO, ST
Kasubbid Kelestarian Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman Hayati
Ir. PANUSUNAN HARAHAP
Kabid Pengendalian Evaluasi dan Statistik MARIHOT SORMIN, SE, M.M
Kasubbid Evaluasi dan Informasi Pembangunan
Ir. PRIMAWATI PANGARIBUAN, M.Si Kasubbid Pengendalian dan Statistik
EFENDI, SE
Sumber : Website BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara 2014
4.3.4. Visi dan Misi
Visi : “Menjadi badan perencanaan yang handaldalam peningkatan pembangunan
daerah menuju Sumatera Utara yang maju, sejahtera dan harmoni dalam keberagamannya.”
Misi : Misi BAPPEDA Sumatera Utara dalam rangka mewujudkan perencanaan yang
lebih inovatif adalah melalui:
Universitas Sumatera Utara
47
1 Mengembangkan perencanaan pembangunan daerah sesuai urusan
perencanaan termasuk mengurangi kesenjangan antar wilayahdaerah melalui peningkatan profesionalitas aparat dan inovasi teknologi.
2 Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas dengan
memperhatikan keperdulian terhadap kesejahteraan masyarakat dan berwawasan lingkungan guna mewujudkan Sumatera Utara yang maju,
sejahtera dan harmoni dalam keberagamannya.
4.3.5. Tugas Pokok Dan Fungsi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya disebut Bappeda Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur
penunjang Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di bidang perencanaan pembangunan. Bappeda Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala
Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera Utaramelalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara
Tugas Pokok : Tugas Pokok Bappeda Provinsi Sumatera Utara adalah untuk membantu Gubernur
Sumatera Utara dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.
Fungsi : Fungsi Bappeda Provinsi Sumatera Utara adalah:
1. Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis di bidang Perencanaan
Pembangunan Daerah 2.
Pelaksanaan Pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah dibidang perencanaan Pembangunan Daerah
Universitas Sumatera Utara
48
3. Pelaksanaan penyusunan rencana program, monitoring, evaluasi dan
pelaporan di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah 4.
Pelaksanaan penyusunan kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam jangka panjang dan jangka menengah serta perencanaan operasional
tahunan 5.
Pelaksanaan koordinasi Perencanaan Pembangunan Daerah di lingkungan Perangkat Daerah, Instansi Vertikal, Lintas kabupatenKota dan Pihak
Pelaku Pembangunan lainnya partisipasi masyarakat 6.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan Pembangunan Daerah
7. Pelaksanaan kegiatan fasilitasi perencanaan dan pengendalian
Pembangunan Regional secara makro 8.
Pelaksanaan penyusunan rencana Anggaran Pembangunan Daerah
4.4. Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA
Kabupaten Deli Serdang 4.4.1.
Profil
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan bahwa mekanisme perencanaan pembangunan daerah ke depan dituntut untuk semakin
mengedepankan pendekatan perencanaan pembangunan yang bersifat partisipatif participatory planning. Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, ada
lima pendekatan dalam menyusun Perencanaan Pembangunan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
49
1. Pendekatan Politik; memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah
proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang
ditawarkan masing-masing calon Kepada Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda – agenda
pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.
2. Pendekatan Teknokratik; dilaksanakan dengan menggunakan metode
dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
3. Pendekatan Partisipatif; dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak
yang berkepentingan stakeholders terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa
memiliki. 4.
Pendekatan dari Atas ke Bawah top-down;dan 5.
Pendekatan dari Bawah ke Atas bottom-up. Sedangkan Pendekatan dari Atas - ke Bawah dan dari Bawah ke
Atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
Rencana hasil proses atas – bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat desa, kecamatan,
kabupatenkota, provinsi dan tingkat nasional. Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Perencanaan Pembangunan dibagi dalam 4 empat tahapan yakni :
Universitas Sumatera Utara
50
1 Penyusunan Rencana;
2 Penetapan Rencana;
3 Pengendalian Pelaksanaan Rencana; dan
4 Evaluasi Pelaksanaan Rencana;
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan
rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap satu rencana untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 empat langkah. Langkah pertama adalah
penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik,
menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah
menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah ketiga, adalah melibatkan
masyarakat stakeholders dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing – masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah berikutnya adalah penyusunan
rancangan akhir rencana pembangunan. Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD ditetapkan dengan Peraturan
Daerah, sedangkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
51
rencana tersebut oleh pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Selanjutnya Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang
tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan input, keluaran output, dan hasil result. Dalam rangka
perencanaan pembangunan, setiap Perangkat Daerah berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait
dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja kegiatan pembangunan, Perangkat Daerah mengikuti pedoman dan petunjuk
pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah
sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan
daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
Universitas Sumatera Utara
52
pelaksanaan, dan pengawasan, hal ini seperti yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 59 tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah. Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan tersebut diatas, Bappeda
Kabupaten Deli Serdang telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Deli Serdang transisi 2007-2010 yang akan disusun kembali untuk tahun 2009-2014 dalam
rangka mempersiapkan RPJMD sebagai penjabaran dari visi, misi dan program kerja Bupati Deli Serdang yang baru terpilih, Rencana Kerja Pembangunan
Daerah RKPD yang disusun setiap tahun, Renja-SKPD disusun setiap tahun, KUA dan PPAS yang disusun setiap tahun yang berpedoman pada RKPD sebagai
dasar penyusunan APBD setiap tahun. Proses penyusunan RPJPD, RPJMD dan RKPD Kabupaten Deli Serdang dilaksanakan secara partisipasif dengan
melibatkan seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, telah dilaksanakan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2009 Perda Nomor 11 Tahun 2001 dan Rencana Umum Tata Ruang Kota RUTRK Kecamatan sebanyak 14 Kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
53
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992, mengamanatkan kepada
daerah untuk me-Revisi RTRW Kabupaten dan menyusun Rencana Detail Tata Ruang RDTR Wilayah Kabupaten, yang merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swastamasyarakat yang ditinjau dari sisi keruangannya. Saat ini telah disusun
konsep Revisi RTRW Kabupaten Deli Serdang dengan muatan sesuai dengan UU Penataan Ruang yang baru, dan diharapkan pada tahun 2009 ini dapat ditetapkan
Peraturan Daerahnya
4.4.2. Stuktur organisasi
Pembentukan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kabupaten Deli Serdang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang. Bappeda adalah instansi yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati Deli Serdang melalui Sekretaris Daerah. Bappeda Kabupaten Deli Serdang dipimpin oleh seorang Kepala Badan
Eselon IIb dan dibantu 5 lima orang Pejabat Struktural Eselon III dan 11
sebelas orang Pejabat Struktural Eselon IV dengan struktur sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 4.4.2.1. Struktur Organisasi BAPPEDA Pemerintah Kabupaten Deli Serdang
Sumber : Website BAPPEDA Deli Serdang 2014
4.4.3. Visi dan Misi
Visi :
Nilai–nilai yang tertuang didalam visi memiliki konsekuen untuk diterapkan dalam proses implementasinya, karena itu harus realistis dan tidak muluk–muluk
dengan mempertimbangkan kemampuan yang ada dan waktu yang tersedia. Rumusan Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2009 – 2014
yaitu :Perencanaan Pembangunan Daerah yang Partisipatif dan Berkualitas
menuju Deli Serdang yang Maju. Misi :
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah yang merupakan penjabaran dari Visi yang telah ditetapkan. Guna
mewujudkan visi Bappeda 2009-2014 di atas, maka disusunlah misi yang menjadi tanggung jawab Bappeda Kabupaten Deli Serdang. Dengan misi ini diharapkan
seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkentingan dapat mengetahui dan
Universitas Sumatera Utara
55
mengenal keberadaan serta peran serta instansi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahannya. Oleh karena itu misi Bappeda
Kabupaten Deli Serdang dirumuskan sebagai berikut :
1 Mewujudkan koordinasi perencanaan pembangunan daerah secara
partisipatif.
2
Mewujudkan dokumen perencanaan pembangunan yang berkualitas.
3
Meningkatkan monitoring dan evaluasi perencanaan pembangunan.
4
Meningkatkan kapasitas sumberdaya aparatur perencana. 4.4.4.
Tugas Pokok dan Fungsi
Peraturan Bupati Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Deli Serdang
Bab V pasal 95, Bappeda ditetapkan sebagai unsur
penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Deli Serdang melalui Sekretaris
Daerah Kabupaten.
Bappeda mempunyai
tugas pokok
melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan
kebijakan daerah
di bidang perencanaan pembangunan daerah, penelitian,
pengembangan dan statistik. Tugas dan fungsi Bappeda telah diatur dalam Peraturan Bupati Deli
Serdang Nomor 886 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang Bab XXII pasal
414.
Tugas pokok adalah melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang Perencanaan Pembangunan Daerah. Fungsi Bappeda Deli Serdang
adalah :
Universitas Sumatera Utara
56
a. Perumusan Kebijakan Teknis dalam bidang Perencanaan Pembangunan
Daerah; b.
Penyelenggaraan urusan pemerintahaan dan pelayanan umum
dalam bidang Perencanaan Pembangunan Daerah; c.
Pembinaan dan melaksanakan tugas dalam bidang Perencanaan Pembangunan Daerah;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsi Perencanaan Pembangunan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB V PENYAJIAN DATA
Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara secara terbuka dan mendalam kepada
pihak yang berhubungan dengan judul penelitian ini. Adapun informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini, adalah Bapak Yosi Sukmono, S.T.,
sebagai Kassubid Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara, Bapak Sutikno, S.E. sebagai KUPTD TPA Terjun Dinas
Kebersihan Kota Medan, Bapak Zainal Arifin, S.E. sebagai KTU UPTD TPA Namobintang Dinas Kebersihan Kota Medan, Bapak Aulia Akbar sebagai
Kasubbid PU BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan informan tersebut ditentukan berdasarkan peran yang dimiliki
dalam mendukung terlaksananya wacana koordinasi antar daerah Mebidangro dalam pengelolaan sampah di TPA Terpadu Regional. Adapun wacana ini
merupakan program yang tertulis dalam Peraturan Presiden No.62 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro. Selain metode wawancara data,
yang diperoleh oleh peneliti yakni berupa data sekunder yang dianggap perlu
dalam penelitian ini. 5.1.
Hasil Wawancara 5.1.1.
Kesatuan Tindakan
Kesatuan tindakan merupakan inti dari koordinasi yang merujuk pada penyesuaian antara diri dan tugasnya dengan anggota maupun satuan organisasi
lainnya. Kesatuan ini merupakan tugas dari pemimpin untuk mengatur rupa – rupa usaha sehingga muncullah keserasian.
Universitas Sumatera Utara
58
Menurut informan, pengarahan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi sudah cukup jelas dan intervensinya dalam mengusahakan berjalannya wacana
TPA Terpadu Regional ini sudah dirasakan oleh masing – masing pihak Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.
Usaha awal yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi sebagai koordinator dalam aktivitas ini adalah mendorong kedua belah pihak untuk mau berkoordinasi
terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat melalui inisiatif untuk memfasilitasi pertemuan masing – masing pihak untuk duduk bersama membicarakan
pengelolaan sampah di TPA Terpadu nantinya. Karena menyangkut hubungan antara lebih dari satu daerah dan merupakan
kegiatan lintas wilayah, maka Pemerintah Provinsi sebagai koordinator mengarahkan kedua belah pihak untuk saling berinteraksi. Adapun interaksi ini
akan dibakukan dengan membangun kelembagaan Mebidangro yang khusus untuk mengatur dan mengarahkan kegiatan pelaksanaan program dalam kebijakan
secara teknis.
5.1.2. Komunikasi
Informasi harus dikomunikasikan agar pihak yang terkait memiliki dasar perencanaan dan rencana – rencana tersebut harus dikomunikasikan agar
dilaksanakan Handoko, 2003 : 271. Menurut George Edward III komunikasi akan membuat pemahaman pelaksana kebijakan semakin baik, dan pemahaman isi
kebijakan yang dikomunikasikan akan menekan terjadinya distorsi atau penolakan.
Berdasarkan wawancara dengan para informan, Perpres No.622011 pada saat itu disosialisasikan oleh lebih dari satu pihak, yaitu dari kementrian pusat dan
Universitas Sumatera Utara
59
Pemerintah Provinsi melalui Dinas Tata Ruang dan Permukiman. Dalam hal ini juga termasuk himbauan agar perencanaan pembangunan di daerah disesuaikan
dengan Rencana Tata Ruang RTR dalam kebijakan tersebut. Pola interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam koordinasi ini terwujud
dalam rapat atau pertemuan antara pihak yang bersangkutan dan ditengahi oleh Pemerintah Provinsi. Sampai saat ini pihak Kabupaten Deli Serdang dan Kota
Medan selalu mengadakan pertemuan rutin sekali dalam setiap dua bulan untuk membicarakan koordinasi mereka sebagai daerah regional, termasuk pembicaraan
mengenai pengelolaan sampah di TPA Terpadu. Adapun respon yang dilontarkan oleh masing – masing pihak pada dasarnya
sangat positif. Akan tetapi tiap – tiap daerah memiliki pertimbangan tertentu. Kabupaten Deli Serdang menyambut koordinasi dalam pengelolaan sampah ini.
Mereka akan melaksanakannya karena ini merupakan ketentuan hukum yang harus dijalankan meskipun ada kondisi tertentu yang mereka inginkan untuk
dipenuhi. Sedangkan pihak Kota Medan merasa masih dapat menanggung sendiri pengelolaan sampah dan belum menerima secara gamblang koordinasi ini.
Wacana kerjasama di luar dengan pihak lain ternyata juga dimiliki oleh pihak Kota Medan dalam pengelolaan sampahnya, yang menurut penulis merupakan
indikasi dan respon positif terhadap sebuah wacana koordinasi. Akan tetapi di sisi lain Kabupaten Deli Serdang sampai saat ini mengaku masih dapat mengelola
masalah persampahan di wilayahnya tanpa bantuan pihak lain.
5.1.3. Pembagian Kerja
Pembagian kerja ada dalam kegiatan koordinasi agar masing – masing pihak dapat bertanggung jawab atas segala kegiatan yang dibatasi untuk mereka
Universitas Sumatera Utara
60
lakukan. Hal ini merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan organisasi yang sesuai dengan perencanaan. Pembagian kerja akan meningkatkan efektifitas
karena tak seorangpun mampu menyelesaikan secara menyeluruh aktivitas dan tugas yang rumit. Sehingga penting untuk menyesuaikan aktivitas yang sesuai
dengan kemampuan pihak yang melaksanakan. Menurut informan TPA Terpadu Regional itu diarahkan terutama untuk
melakukan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan sampah. Jadi beberapa kabupatenkota di Kawasan Mebidangro cukup memiliki satu lokasi TPA saja.
Sebagai implikasinya, lahan TPA yang ada di kabupatenkota dapat diarahkan dan dimanfaatkan untuk penggunaan kepentingan lain.
Dalam koordinasi yang mereka bangun, akhirnya lahirlah tugas maupun aktivitas yang nantinya akan dijalankan oleh pihak Deli Sedang dan Kota Medan.
Deli Serang memiliki lahan yang memadai dan telah dilakukan studi kelayakannya. Sehingga tugas yang diembannya adalah sebagai penyedia lahan
dan memastikan sampah yang didistribusikan dari Kota Medan dapat ditampung di daerah mereka. Sedangkan Kota Medan, yang notabene sebagai distributor,
bertanggung jawab menjaga wilayah TPA tetap terawat dan menjaga infrastruktur dan fasilitas yang dipakai maupun dilalui saat proses pengangkutan sampah agar
tetap baik kualitasnya. Maka dengan kata lain koordinasi yang akan terjadi adalah di hal – hal yang teknis dan menyangkut pendanaan.
5.1.4. Disiplin
Disiplin merupakan bahasa yang digunakan oleh pemimpin untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tetap patuh pada norma yang mengatur
organisasi Fayol dalam Stoner, 1996 : 36. Disiplin berusaha merubah pihak –
Universitas Sumatera Utara
61
pihak untuk merubah perilaku dan menuruti kebijakan. Inti dari sebuah disiplin adalah kesediaan dan kepatuhan menjalankan yang ditetapkan dan ada sebuah
konsekuensi apabila tidak melakukannya. Masing – masing pihak Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan menurut
informan yang diwawancarai sudah memahami isi wacana dalam Perpres No.622011 dalam pengelolaan sampah di TPA Terpadu. Mereka merespon
dengan baik tapi dengan beberapa pertimbangan agar tidak merugikan. Namun bukti dari kesediaan mereka sampai saat ini belum mengarah pada apa yang
diharapkan, karena belum terbukti. Menurut informan Pemerintah Pusat tidak dapat memaksa apabila masing –
masing daerah belum ada dalam pertemuan dan duduk bersama membicarakan hal ini. hal yang mereka lakukan adalah tetap menghimbau mereka untuk mau
berkoordinasi.
5.2. Data Sekunder
Selain data hasil dari wawancara kepada informan, peneliti juga memperoleh data – data sekunder. Data sekunder yang merupakan acuan peneliti dalam
kegiatan penelitian adalah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo.
Pada pasal 7 poin g kebijakan tersebut, disebutkan bahwa dikeluarkannya Perpres Mebidangro memiliki tujuan, yang salah satunya unutk peningkatan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi pembangunan melalui kerjasama antar daerah, kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran masyarakat. Secara
khusus, dijelaskan pada pasal 46 tentang pengelolaan sampah dan daerah yang ditunjuk sebagai lokasi TPA Terpadu regional.
Universitas Sumatera Utara
62
Selain dari Perpres yang menjadi acuan dalam penelitian, peneliti memperoleh Laporan Periodik Catur Wulan I 1 Januari – 30 April 2014 TPA
Terjun. Laporan ini menyumbang informasi mengenai pengelolaan sampah di Kota Medan. Setiap kondisi dan situasi yang ada dalam laporan tersebut menjadi
penting karena Kota Medan adalah penghasil sampah terbesar di wilayah Perkotaan Mebidangro. Hal ini tentunya sangat membantu peneliti untuk melihat
apakah aktivitas yang terjadi di kota Medan akhirnya memang memerlukan TPA Terpadu atau tidak.
Selain daripada dokumen – dokumen yang disebutkan tersebut, peneliti juga menyuguhkan dokumentasi lain berupa foto. Foto – foto tersebut merupakan
pendukung yang menggambarkan kondisi dan situasi lokasi penelitian. Foto – foto tersebut meliputi lokasi penelitian, kantor – kantor dinas yang berhubungan
dengan penelitian, lokasi TPA, dan infrastuktur fisik yang digunakan untuk aktivitas TPA.
Universitas Sumatera Utara
63
Kantor BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara
Gambar 5.2.1. Lobby Utama Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Sumber : Penelitian 2014 Gambar 5.2.2. Ruang Kerja dan Ruang Pertemuan Kantor Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Sumber : Penelitian 2014
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5
Sumber : P 5.2.3. Ruan
Penelitian 2 ng Kerja Pe
Daerah
2014 egawai Kan
h Provinsi Su ntor Badan P
umatera Uta Perencanaan
ara n Pembangu
64
unan
Universitas Sumatera Utara
Gambar
Sumber : P Gamb
Sumber : P r 5.2.4. Kan
Penelitian 2 bar 5.2.5. L
Penelitian 2
Kantor
ntor Badan Kab
2014 Lobby Kant
Pemerinta
2014
BAPPEDA
Perencanaa bupaten Del
tor Badan P ah Kabupat
A Deli Serd
an Pembang li Serdang
Perencanaan en Deli Ser
ang
gunan Daera
n Pembangu dang
ah Pemerint
unan Daerah
65
tah
h
Universitas Sumatera Utara
66
Dinas Kebersihan Kota Medan
Gambar 5.2.6. Lobby Utama dan Ruang Kerja Pegawai Kantor Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Universitas Sumatera Utara
67
Gambar 5.2.7. Mobil Sosialisasi Kebersihan Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Gambar 5.2.8. Truk Tipe Typper Kebersihan Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Universitas Sumatera Utara
68
Gambar 5.2.9. Ambulan Pengangkut Sampah Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Gambar 5.2.10. Truk Tinja, Traktor, dan Continer Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Universitas Sumatera Utara
69
Gambar 5.2.11. Truk Type Sweeper Penyapu Jalan Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Gambar 5.2.12. Mesin Pencacah Sampah Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Universitas Sumatera Utara
70
Gambar 5.2.13. Amroll Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan
Sumber : Penelitian 2014
Universitas Sumatera Utara
71
BAB VI ANALISIS DATA
Setelah mengurutkan, mengatur dan mengelompokkan data – data atau informasi yang didapatkan baik melalui studi pustaka, wawancara dan observasi
selama penelitian di lapangan maka dilakukan analisis. Melakukan analisis akan memperoleh temuan, baik temuan formal maupun temuan substantif yang dapat
menjawab fokus atau masalah penelitian. Analisis data yang dilakukan peneliti juga disesuaikan dengan teori koordinasi dengan variabel yang telah dijelaskan
sebelumnya.
6.1. Kesatuan Tindakan