Disiplin Koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dalam Pengelolaan Sampah di TPA Terpadu

81 ingin dicapai, maka akan sangat mudah melaksanakan tugas dan aktivitas yang disepakati.

6.4. Disiplin

Disiplin merupakan bahasa yang digunakan oleh pemimpin untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tetap patuh pada norma yang mengatur organisasi Fayol dalam Stoner, 1996 : 36. Disiplin berusaha merubah pihak – pihak untuk merubah perilaku dan menuruti kebijakan. Inti dari sebuah disiplin adalah kesediaan dan kepatuhan menjalankan yang ditetapkan dan ada sebuah konsekuensi apabila tidak melakukannya. Masing – masing pihak Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan menurut informan yang diwawancarai sudah memahami isi wacana dalam Perpres No.622011 dalam pengelolaan sampah di TPA Terpadu. Mereka merespon dengan baik tapi diikuti beberapa pertimbangan agar tidak merugikan. Akan tetapi kesediaan yang mereka nyatakan sampai saat ini belum mengarah pada apa yang diharapkan. Sampah pada dasarnya memang menjadi sumber masalah. Namun di sisi lain dapat menjadi sumber pemasukan. Apabila didaur ulang nilai ekonomisnya akan menjadi tinggi. Seperti apa yang dilakukan beberapa daerah di Deli Serdang, mereka telah memanfaatkan sampah sebagai sumber energi listrik. Pada dasarnya Deli Serdang tidak keberatan karena sudah ada perencanaan untuk mempersiapkan TPA STM Hilir. Adapaun masalah yang timbul saat ini sifatnya politis. Artinya belum ada kesempatan untuk duduk bersama antar kepala daerah. Sementara itu, jika ingin membuat sebuah TPA Terpadu maka harus dibicarakan terlebih dahulu berikut dengan analisa dan kajian mendalam. Universitas Sumatera Utara 82 Menurut informan BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang, menanggapi hal ini mereka juga memiliki sikap. Karena TPA Terpadu berada di daerah mereka, tentu saja mereka tidak ingin menjadi objek penderita. Mereka menginginkan adanya insentif bagi daerah yang dipakai sebagai lokasi TPA. Masalah ini sama halnya dengan TPA Bantar Gebang yang ada di Bekasi, dimana TPA tersebut juga melayani penampungan sampah dari DKI Jakarta seperti yang disebutkan di pemaparan sebelumnya. Dalam koordinasi yang mereka bangun, mereka menyepakati adanya tipping fee dimana Bekasi mendapat pemasukan karenanya. Demikianlah yang juga Deli Serdang harapkan, yaitu insentif tambahan berupa tipping fee atau biaya pembangunan infrastuktur pendukung. Harus ada timbal balik yang wajar antar pemerintah kotakabupaten, provinsi, dan termasuk pusat. Apabila melihat dari perspektif Kota Medan, tentu akan lebih mudah bagi mereka untuk menyatakan kesediannya. Karena secara fisik wilayah Kota Medan tidaklah memungkinkan menerima distribusi sampah dari daerah lain dan di sisi lain produksi sampah mereka cukup besar. Hal tersebut tentu berbeda dengan kondisi Deli Serdang yang 23-nya adalah wilayah Mebidangro yang sangat strategis untuk dituju dan memiliki lahan kosong yang lebih banyak dibanding Kota Medan bahkan daerah lainnya. Sehingga mengharuskan mereka untuk menerima kebijakan. Menurut informan dari BAPPEDASU, Pemerintah Pusat tidak dapat memaksa apabila masing – masing daerah belum ada dalam pertemuan dan duduk bersama membicarakan hal ini. Tindakan yang mereka lakukan adalah tetap menghimbau mereka untuk mau berkoordinasi. Dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi sampai saat ini tidak pernah memberikan konsekuensi apapun, baik berupa Universitas Sumatera Utara 83 teguran maupun punishment sebagai bentuk konsekuensi karena baik Deli Serdang maupun Medan belum menyentuh aktivitas koordinasi apalagi memulai pembangunan TPA Terpadu Regional. Jika ditanya status dari TPA Terpadu Regional Mebidangro apakah sudah operasional atau belum, jawabannya adalah belum. Lokasi mungkin sudah ditetapkan, akan tetapi peralatan teknis, kesepakatan serta kelembagaannya belum ada. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi mungkin bisa mendorong dan me-refresh wacana ini agar menjadi relevan dan aktif memperhatikan semua pihak untuk tetap menjalankannya, dan bila perlu memberi konsekuensi dalam berbagai bentuk yang mampu memacu berjalannya koordinasi ini. Universitas Sumatera Utara 84 BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan