Decomposition Comparative Judgement Analytical Hierarchie Process Method

subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian keliru. 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari terbentuknya kebenaran model. Dalam pengerjaannya metode Analytical Hierarchy Process AHP menggunakan prinsip-prinsip yang meliputi: 1. Decomposition: suatu masalah yang kompleks dipecahkan ke level di bawahnya yang mempunyai elemen yang bisa ditangani. 2. Prioritization: dampak tiap elemen dinilai pada levelnya dan dibawa ke level di atasnya. 3. Synthesis: semua prioritas ditarik bersama untuk mendapatkan penilaian keseluruhan. 4. Sensitivity Analysis: kestabilan hasil terhadap perubahan-perubahan dicoba dengan apa yang akan terjadi jika dilakukan perubahan terhadap elemen analisis.

2.12.1 Decomposition

Dekomposisi merupakan proses memecah persoalan yang utuh menjadi unsur- unsurnya, sampai yang sekecil-kecilnya setelah mendefinisikan permasalahan yang terjadi. Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami jika memecahnya menjadi berbagai elemen pokok dan selanjutnya menusun elemen elemen tersebut secara hirarki. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Hirarki merupakan alat mendasar dari fikiran manusia yang melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan. Langkah pertama dalam menyusun hirarki adalah merumuskan tujuan dari suatu kegiatan penyusunan prioritas yang dilanjutkan dengan menentukan kriteria dari tujuan. Berdasarkan tujuan dan kriteria, maka beberapa pilihan perlu diidentifkasi agar pilihan tersebut merupakan pilihan yang potensial sehingga jumlah pilihan tidak terlalu banyak. Struktur hirarki AHP secara sederhana ditunjukkan dalam Gambar 2.6. KRITERIA PILIHAN Gambar 2.6 Skema Umum Susunan HirarkhiProses Dekomposisi Saaty, 1993

2.12.2 Comparative Judgement

Prinsip comparative judgement ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan TUJUAN I III II III II I UNIVERSITAS SUMATRA UTARA tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Dalam mengkuantifikasi pendapat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka kuantitatif. Menurut Saaty 2003, untuk berbagai permasalahan, skala 1 sampai 9 merupakan skala yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu berdasarkan akurasinya berdasarkan nilai RMS Root Mean Square Deviation dan MAD Median Absolute Deviation. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dalam skala perbandingan Saaty ada pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Skala Banding Secara Berpasangan Saaty,1993 INTENSITAS PENTINGNYA DEFINISI PENJELASAN 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen-elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktik 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j UNIVERSITAS SUMATRA UTARA mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty 1993 Penggunaan penilaian skala banding berpasangan pada Tabel 2.4, maka perbandingan antar kriteria akan menghasilkan Tabel 2.5 berikut. Untuk memudahkan, dalam tabel diasumsikan hanya ada 4 empat kriteria. Dari tabel tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1. c ij merupakan hasil penilaianperbandingan antara kriteria i dengan j. 2. c i merupakan penjumlahan nilai yang dimiliki kriteria ke i. 3. c merupakan penjumlahan semua nilai c i . 4. Bobot kriteria ke i diperoleh dengan membagi nilai c i . dengan c. Tabel 2.5 Perbandingan Antar Kriteria Kriteria CR 1 CR 2 CR 3 CR 4 Jumlah Bobot CR 1 - c 12 c 13 c 14 c 1 bc 1 = c 1 C CR 2 c 21 - c 23 c 24 c 2 bc 2 = c 2 C CR 3 c 31 c 32 - c 34 c 3 bc 3 = c 3 C CR 4 c 41 c 42 c 43 - c 4 bc 4 =c 4 C Jumlah C Sumber : Susila dkk 2007 Tabel 2.6. Perbandingan Antar Pilihan Untuk Kriteria C 1 C 1 OP 1 OP 2 OP 3 OP 4 Jumlah Bobot OP 1 - o 12 o 13 o 14 o 1 bo 11 =o 1 O OP 2 o 21 - o 23 o 24 o 2 bo 21 =o 2 O UNIVERSITAS SUMATRA UTARA OP 3 o 31 o 32 - o 34 o 3 bo 31 = o 3 O OP 4 o 41 o 42 o 43 - o 4 bo 41 = o 4 O Jumlah O Sumber : Susila dkk 2007 Dengan menggunakan prosedur yang sama, maka dilakukan perbandingan antar pilihan OP untuk masing-masing kriteria. Tabel 2.6 mengilustrasikan perbandingan antar pilihan untuk kriteria 1 C 1 dengan penjelasan sebagai berikut: 1. o ij merupakan hasil penilaianperbandingan antara pilihan i dengan k untuk kriteria ke j. 2. o i merupakan penjumlahan nilai yang dimiliki pilihan ke i. 3. o merupakan penjumlahan semua nilai o i. 4. bo ij merupakan nilai pilihan ke i untuk kriteria ke j. Teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person. Mereka dapat terdiri atas pengambil keputusan, para pakar dan orang yang terlibat serta memahami permasalahan yang dihadapi. Pada umumnya jumlah ahli bervariasi, bergantung pada ketersediaan sumber daya. Penilaian dapat dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada masing-masing ahli ataupun dengan melakukan suatu pertemuan para ahli untuk melakukan penilaian.

2.12.3 Synthesis of Priority