13 044
Tanjung Kasau – Indrapura 10.25
8.25 2
-
-
14 047
Indrapura - Lima Puluh 15.75
10 3.75
2
-
15 051
Lima Puluh - Sei Bejangkar
18 11
7 -
-
Tabel 3.1 Ruas Jalan Lintas Timur Provinsi Sumatera Utara 2010 Lanjutan
NO URUT
NO RUAS
NAMA RUAS MENURUT KABUPATEN
PANJANG JALAN PROVINSI
KONDISI JALAN BAIK
SEDANG RUSAK
R. BERAT
Km Km
Km Km
Km
16 053
Sei Bejangkar - Bts. Kota Kisaran
14.6 12.6
1 1
-
17 054
Bts. Kota Kisaran - Sp. Kawat
8.7 7.7
1 -
-
18 057.1
Sp. Kawat – Bts. Labuhan
Batu 45.6
30 12
3.6
-
19 057.2
Bts. Asahan - Bts. Kota Rantau Prapat
68 32
35 1
-
20 058
Bts. Kota Rantau Prapat - Aek Nabara
21.5 15.5
6 -
-
21 060
Aek Nabara - Sp. Kota Pinang
33 20
10 3
-
22 084
Sp. Kota Pinang - Bts. Riau 45.3 31
13 1.3
-
Sumber: Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I
3.3 Sampel Penelitian
Survey yang dilakukan pada penelitian ini, pemilihan sampel responden bersifat tidak acak non random sampling dilakukan dengan cara purposive
sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu bahwa unsur- unsur yang dikehendaki telah ada dalam sampel responden yang diambil. Salah satu
metoda dalam purposive sampling adalah pemakaian expert sampling dimana expert sampling terdiri dari sampel orang yang diketahui mempunyai pengalaman atau
keahlian dalam suatu bidang. Oleh karena itu sampel ini dikenal juga sebagai panel of experts. Ada dua alasan mengapa expert sampling digunakan. Pertama, Ini adalah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
cara terbaik untuk memperoleh sampel orang yang punya specific expertise. Dalam hal ini, expert sampling adalah hal yang khusus dari purposive sampling.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 3.2 Peta ruas jalan nasional Provinsi Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Alasan lainnya adalah expert sampling tersebut dapat digunakan sebagai bukti penguat validitas sampel yang dipilih menggunakan metoda non probabilistik
lainnya. Wadjidi, 2008 dalam Sembiring , 2008. Sampel responden pada penelitian ini merupakan para stakeholder yang
berada pada level pengambil keputusan di Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I dan Dinas Jalan dan Jembatan Provinsi Sumatera. Sementara sebagai wakil
dari pengguna jalan diambil responden dari akademisi dan organisasi Himpunan Pengembang Jalan Indonesia.
3.4 Penentuan Kriteria Penyusunan Prioritas
Penentuan prioritas alokasi dana antar ruas dilakukan sesuai peran ruas jalan di wilayah tersebut. Ruas jalan dengan peran lebih besar akan menjadi prioritas utama
untuk ditangani. Dengan demikian permasalahan yang akan diselesaikan dalam studi ini adalah bagaimana menyusun sebuah kriteria yang dapat mewakili tingkat
kepentingan ruas jalan nasional di wilayah studi. Untuk menyelesaikan penelitian ini diperlukan sejumlah kriteria yang
dijadikan sebagai kandidat variabel dalam hal ini harus memenuhi syarat antara lain: a.
Diusahakan dapat dimulai dengan variabel yang kuantitatif, sehingga obyektifitas penilaian variabel dapat dipertahankan.
b. Data variabel mudah dikumpulkan dan selalu dapat diperbaharui.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
c. Mampu mewakili karakteristik jalan yang penting sebagai gambaran yang layak
mengenai tingkat kepentingan ruas yang akan ditangani. Dalam hal penanganan jalan, maka idealnya kriteria tersebut diturunkan dari
tujuan penyelenggaraan jalan itu sendiri. Dengan memperhatikan beberapa pertimbangan teknis dan konsep penganggaran dalam APBN serta tujuan dari
penyelengaraan jalan dapat dispesifikasikan beberapa kriteria yang mampu memenuhi tujuan tersebut, yakni:
1. Kriteria mengenai aksesibilitas ke seluruh wilayah untuk melaksanakan
kegiatan ekonomi. 2.
Kriteria mengenai mobilitas wilayah. 3.
Kriteria fungsi arus dari ruas jalan. 4.
Kriteria kondisi ruas jalan. 5.
Kriteria mengenai biaya pemeliharaan jalan. Tabel 3.2 Kriteria dan Variabel Penyusunan Prioritas
No Kriteria
Kandidat Variabel 1
Fungsi aksesibilitas 1a. Ruas jalan terhadap tingkat aksesibilitas wilayah
1b. Rute alternatif 2
Fungsi mobilitas 2a. Pengaruh panjang ruas
2b. Waktu perjalanan 3
Fungsi arus ruas jalan 3a. Kapasitas ruas jalan
3b. Volume lalu lintas harian rata-rata 4
Kondisi ruas jalan 4a. Kondisi perkerasan
4b. Kondisi bangunan pelengkap
5 Efektifitas biaya
pemeliharaan 5. Biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan jalan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Berikut penjelasan dari kelima kriteria yang dipakai: 1. Kriteria aksesibilitas merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap kriteria
fungsi akses dari ruas jalan dimana variabel kriterianya menyatakan panjang segmen ruas jalan yang bersangkutan dengan total luas wilayah pelayanannya
luas wilayah kabupatenkota dimana ruas jalan tersebut berada dengan satuan kmkm
2
. Didalam transportasi aksesibilitas adalah ukuran kemudahan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga dikatakan kalau aksesibilitas tinggi adalah bila
alternatif rute menuju suatu tempat banyak sehingga dapat dicapai dengan mudah dari beberapa tujuan. Ukuran yang biasa digunakan dalam analisis lalu lintas
adalah: Aksesibilitas
i
= ∑ Peluang
j
x fC
ij
3.1
j
Dimana: i = indeks zona asal
j = indeks zona tujuan fC
ij
= fungsi biaya perjalanan Persamaan tersebut diatas bisa dibuat untuk pengguna kendaraan pribadi maupun
pengguna kendaraan umum. Secara lebih mudah aksesibilitas bisa dihitung atas dasar panjang jalan per kilometer persegi, semakin panjang berarti semakin tinggi
aksesibilitasnya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Kriteria mobilitas adalah pergerakan dalam berlalu lintas yang biasanya dikaitkan dengan kecepatan dan hambatan. Dalam hal ini mobilitas juga berarti
kemudahan pergerakan dari kendaraan dan moda angkutan umum untuk bisa mencapai tempat kerja, tempat mengikuti pendidikan, tempat belanja, rekreasi,
tempat perpindahan antar modaterminal dan tata guna lainnya. Jadi penilaian terhadap mobilitas pada akhirnya adalah waktu perjalanan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Sektor infrastruktur merupakan salah satu sektor vital untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang pada dasarnya merupakan sektor antara
yang menghubungkan berbagai macam aktivitas ekonomi. Pembangunan prasarana jalan, sebagai salah satu sub sektor infrastruktur, memiliki fungsi
mobilitas untuk memacu daerah yang telah berkembang.
Transportasi mempunyai peranan penting dalam menentukan kelancaran proses pelaksanaan pembangunan
pada suatu wilayah. Peranan transportasi di sektor ekonomi antara lain
menunjang serta mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa, ikut mendukung pola
distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah.
3. Kriteria arus lalu lintas merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap fungsi
arus dari ruas jalan dimana variabel kriterianya dinyatakan dalam kapasitas dan LHR. Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau
volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kendjam, atau dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan
dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang per jam atau smpjam. Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas
kendaraan bebas tidak ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu
saat tidak bisa lagi arusvolume lalu lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai
suatu saat kondisi macet total, arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi. Faktor yang memengaruhi kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya
pemisahmedian jalan, hambatan bahukerb jalan, gradient jalan, di daerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Rumus kapasitas di wilayah perkotaan
ditunjukkan berikut ini:
C = Co x F
CW
x F
CSP
x F
CSF
x F
CCS
3.2 Dimana: C = Kapasitas smpjam
Co = Kapasitas dasar smpjam, biasanya digunakan angka 2300 smpjam
F
CW
= Faktor penyesuaian lebar jalan F
CSP
= Faktor penyesuaian pemisahan arah hanya untuk jalan tak terbagi
F
CSF
= Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalankereb
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
F
CCS
= Faktor penyesuaian ukuran kota
Sementara kapasitas jalan antar kota dipengaruhi oleh lebar jalan, arah lalu lintas dan gesekan samping.
C = Co x F
CW
X F
CSP
X F
CSF
3.3 Dimana:
C = Kapasitas smpjam Co = Kapasitas dasar
F
CW
= Faktor penyesuaian lebar jalan F
CSP
= Faktor penyesuaian arah lalu lintas F
CSF
= Faktor penyesuaian gesekan samping Penentuan bobot berdasarkan LHR adalah ruas jalan yang memiliki nilai LHR
lebih tinggi akan lebih diprioritaskan daripada ruas jalan yang memiliki LHR lebih rendah. Prioritas mengutamakan jumlah manfaat penggunaan jalan yang
lebih tinggi sehingga ruas jalan mantap akan lebih banyak dirasakan oleh pengguna jalan. Data LHR yang digunakan adalah data tahun 2009 dari Balai
Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I dan penentuan skor yang dimulai dari skor 1 sangat rendah prioritasnya karena nilai LHR rendah sampai dengan skor 9
paling diprioritaskan karena nilai LHR tinggi.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4. Kriteria kondisi merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap kondisi perkerasan ruas jalan tersebut yang dinyatakan persentase. Penanganan jalan
dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan yang timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi penyebab dan akibat dari kerusakan tersebut.
Besarnya pengaruh suatu kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan. Ada empat jenis kondisi ruas jalan yang
ditinjau, dibedakan atas rusak berat, rusak ringan, sedang dan baik. Setiap ruas jalan yang ditinjau dihitung persentase rusak berat, rusak ringan, sedang maupun
kondisi baik. Besarnya persentase masing-masing kondisi inilah yang digunakan untuk menghitung bobot total masing-masing ruas jalan. Pengisian dilakukan
dengan asumsi bahwa kondisi jalan yang semakin buruk akan menjadi semakin prioritas. Data kondisi jalan yang digunakan pada penelitian ini adalah data
kondisi jalan tahun 2010.
4. Kriteria biaya merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap efektifitas biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pemeliharaan jalan dalam satuan rupiah.
Asumsi biaya yang digunakan adalah komposisi rencana biaya tahun 2010 yaitu rencana biaya pemeliharaan berkala sebesar Rp. 1,6 Mkm. Berdasarkan data-data
tersebut maka dihitung nilai biaya penanganan untuk tiap ruas jalan agar kondisi jalan pada ruas tersebut dapat mencapai kondisi baik. Biaya penanganan jalan
tersebut merupakan dasar penentuan prioritas kriteria biaya penanganan yang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dimulai dari skor 1 sangat rendah prioritasnya karena biaya penanganan tinggi sampai dengan skor 9 paling diprioritaskan karena biaya penanganan rendah.
Penanganan jalan dengan nilai biaya lebih kecil akan lebih prioritas dibandingkan dengan biaya penanganan yang lebih besar. Hal ini berhubungan dengan dana
yang terbatas sehingga dengan prioritas tersebut jumlah ruas jalan yang akan memiliki kondisi baik akan lebih banyak dan lebih merata serta tidak terpusat
pada beberapa jalan dengan biaya besar saja. Penggabungan kelima kriteria tersebut diatas ditujukan agar keputusan untuk
menangani 22 ruas jalan pada daerah penelitian diperoleh dari kerangka penilaian yang lebih komplit. Dalam penelitian ini kandidat variabel yang diusulkan akan
diseleksi lebih lanjut terkait juga dengan kemudahan dalam penyediaan data dan keterkaitannya. Dalam penyusunan kebutuhan penanganan jalan untuk semua ruas
jalan nasional secara umum terdapat ketentuan: a. Untuk mencapai target 100 jalan mantap konstruksi, maka:
a. Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi baik ditangani dengan pemeliharaan rutin.
b. Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi sedang ditangani dengan pemeliharaan berkala.
c. Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi rusak ditangani dengan peningkatan struktur perkerasan jalan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Untuk mencapai target 100 jalan mantap layanan lalulintas, maka ruas jalan yang saat ini macet ditangani dengan peningkatan kapasitas atau pelebaran jalan.
3. Untuk kebutuhan pembangunan jalan baru akan lebih ditentukan oleh tingkat aksesibilitas dan mobilitas wilayah bersangkutan.
3.5 Simulasi Kenaikan Nilai IRI Dengan Pendanaan Yang Tersedia