Suhu Intensitas Cahaya Hubungan Nilai Produktivitas Primer Fitoplankton dengan Klorofil a dan Faktor Fisika Kimia Air di Sungai Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan Tabel 2 diperoleh nilai faktor fisik kimia pada setiap stasiun pengambilan sampel seperti berikut:

a. Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada tiga stasiun pengambilan sampel diperoleh nilai rata-rata suhu berkisar antara 26 C, suhu tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 27 C. Suhu yang terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 25 C. Dari hasil pengukuran tersebut kisaran suhu untuk semua stasiun masih dapat ditoleransi oleh organisme perairan. Menurut Boney 1976, bahwa kebanyakan fitoplankton air tawar akan tumbuh subur pada suhu antara 25 o C - 30 o C. Anonim, 2005 menyatakan bahwa plankton masih dapat hidup pada kisaran suhu antara 16,5 o C - 30 o C. Dengan kisaran suhu seperti ini dapat dikategorikan bahwa sungai Batang Toru masih layak untuk diminum sesuai dengan baku mutu air PP No.82 tahun 2001. Menurut Effendi 2003, suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam hari, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem peraira. Selanjutnya, menurut Brehm Meijering, 1990 dalam Barus, 2004, pola suhu ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Disamping itu pola temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen faktor yang diakibatkan oleh manusia seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan Daerah Aliran Sungai yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.

b. Intensitas Cahaya

Universitas Sumatera Utara Intensitas cahaya yang diperoleh dari hasil penelitian pada tiga stasiun pengambilan sampel memiliki nilai rata-rata intensitas cahaya berkisar 1552 Lux. Intensitas cahaya yang tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 1981 Lux. Nilai terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai sebesar 1336 Lux. Rendahnya intensitas cahaya pada stasiun 2 disebabkan oleh terdapatnya banyak kanopi dipinggiran sungai tersebut, sehingga menutupi cahaya yang masuk ke badan air. Menurut Valiela 1995, intensitas cahaya matahari di udara bervariasi dari waktu ke waktu. Variasi nilai- nilai ini dapat saja terjadi akibat adanya berbagai zat di udara yang menyerap maupun yang membaurkan seberkas cahaya yang melewatinya, letak lintang, posisi matahari di atas cakrawala, dan penutupan awan. Selanjutnya Tarumingkeng 2001, mengatakan bahwa antara penetrasi cahaya dan intensitas cahaya saling mempengaruhi. Semakin maksimal intensitas cahaya, maka semakin tinggi penetrasi cahaya. Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan sangat dipengaruhi oleh awan, ketinggian dari permukaan air laut, letak geografis dan musiman.

c. Total Dissolved Solid TDS