kerusakan sungai, karena biota terpengaruh langsung dalam jangka panjang, sedang sifat-sifat fisik dan kimia cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu
pengukuran saja Sastrawijaya, 1991.
Produktivitas primer fitoplankton merupakan salah satu sumber oksigen di perairan. Oksigen yang dihasilkan digunakan dalam proses-proses ekologis di
perairan, misalnya respirasi dan dekomposisi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer fitoplankton diantaranya adalah ketersediaan nutrien, cahaya
matahari dan suhu. Meningkatnya penggunaan perairan sebagai sarana berbagai macam kegiatan masyarakat dapat menyebabkan perubahan pada faktor-faktor
tersebut. Keberadaan dan aktivitas fitoplankton berhubungan dengan lingkungan perairan sekitarnya. Kondisi lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap
fitoplankton diantaranya adalah cahaya dan unsur hara. Kedua faktor tersebut terdistribusi secara tidak merata di perairan. Hal ini terjadi karena adanya masukan
berbagai zat buangan dari darat dan sifat hidromorfologi perairan sehingga berdampak terhadap produktivitas primer fitoplankton dan pada akhirnya berdampak
pada Sungai Batang Toru.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana produktivitas primer fitoplankton di Sungai Batang Toru Tapanuli
Selatan. b.
Bagaimana hubungan faktor biofisik kimia dengan nilai produktivitas primer fitoplankton di Sungai Batang Toru
c. Bagaimana hubungan antara produktivitas primer fitoplankton dengan
konsentrasi klorofil a di Sungai Batang Toru.
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui nilai produktivitas primer fitoplankton di perairan Sungai
Batang Toru Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui hubungan nilai produktivitas primer fitoplankton dengan
faktor biofisika kimia lingkungan di perairan Sungai Batang Toru Tapanuli
Selatan.
c. Untuk mengetahui hubungan nilai produktivitas primer fitoplankton dengan
konsentrasi klorofil a di perairan Sungai Batang Toru Tapanuli Selatan.
1.4 Hipotesis Penelitian
a. Terdapat perbedaan nilai produktivitas primer pada setiap stasiun penelitian.
b. Terdapat hubungan antara faktor abiotik fisik-kimia dan faktor biotik
kelimpahan fitoplankton dengan nilai produktivitas primer. d.
Terdapat hubungan antara nilai produktivitas primer dengan konsentrasi
klorofil a di perairan Sungai Batang Toru Tapanuli Selatan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang nilai produktivitas primer dan kaitannya dengan faktor biofisik kimia lingkungan di
perairan Sugai Batang Toru. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat menjadi acuan kepada pemerintah daerah dan instansi yang terkait dalam pengelolaan
pengembangan dan pelestarian kawasan perairan Sugai Batang Toru Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Sungai
Habitat air tawar menempati daerah yang relatif lebih kecil pada permukaan bumi dibandingkan habitat air laut, tetapi bagi manusia kepentingan jauh lebih berarti
dibandingkan dengan luas daerahnya. Hal ini disebabkan karena: 1
Habitat air tawar merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri.
2 Ekosistem air tawar menawarkan sisitem pembuangan yang memadai dan
paling murah Odum, 1994.
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakan dari air tergenang walaupun keduanya merupakan habitat air. Satu perbedaan
mendasar antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air mengisi cekungan itu, tetapi danau itu setiap saat
dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya sugai terjadi karena airnya sudah ada, sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap
adanya saluran selama masih terdapat air yang mengisinya Ewusie, 1990.
Ekosistem lotik sungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona krenal mata air yang umumnya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi
rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat pada tebing- tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang
selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil dan helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa. Selanjutnya aliran dari beberapa mata air akan membentuk
aliran sungai di daerah pegunungan yang disebut zona rithral, ditandai dengan relief
Universitas Sumatera Utara
sungai yang terjal. Zona rithral dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epirithral bagian yang paling hulu, metarithral bagian tengah dari zona rithral, dan hyporithral
bagian paling akhir dari zona rithral. Setelah melewati zona hyporithral, aliran sungai akan memasuki zona potamal, yaitu aliran sungai pada daerah-daerah yang
relatif lebih landai dibandingkan dengan zona rithral. Zona potamal juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu epipotamal bagian atas dari zona potamal, metapotamal
bagian tengah dan hypopotamal akhir dari zona potamal Barus, 2004.
2.2 Produksivitas Primer