Jumlah cahaya yang menembus permukan air sungai dan menerangi lapisan permukaan air memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan
fitoplankton. Bagi hewan air, cahaya mempunyai pengaruh terbesar yaitu sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber
makanannya Juwana, 2001
Intensitas cahaya yang memasuki lapisan perairan menurun sejalan dengan penambahan kedalaman dengan kata lain cahaya mengalami peredupan. Hasil
pengukuran intensitas cahaya pada tiap meter kedalaman menujukkan nilai peredupan bervariasi. Hal ini menujukkan terdapatnya bahan-bahan tersuspensi yang berbeda
pada tiap kedalaman Sunarto et al., 2004
c. Total Suspended Solid TSS
Total suspended solid TSS merupakan zat-zat padat yang berada pada dalam suspense, dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid
partikel koloid dan partikel tersuspensi biasa partikel tersuspensi. Total suspended solid TSS yaitu jumlah berat dalam mgl kering lumpur yang ada didalam air limbah
setelah mengalami proses penyaringan dengan membrane berukuran 0,45 µm. Adanya padatan-padatan ini menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak terlarut
dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel- partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-
bahan organic tertentu, tanah liat, dan kikisan tanah yang disebabkan terjadinya erosi tanah Alaert Sri, 1987.
d. Total Dissolved Solid TDS
Total Dissolved Solid merupakan jumlah kandungan zat padat terlarut dalam air juga mempengaruhi penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam badan perairan.
Jika nilai TDS tinggi maka penetrasi cahaya matahari akan berkurang, akibatnya
Universitas Sumatera Utara
proses fotosintesis juga akan berkurang yang akhirnya mengurangi tingkat produktifitas perairan Sastrawijaya, 2000.
Kekeruhan dapat dipengaruhi oleh padatan tersuspensi, ombak, arus dan aliran air dari daratan .Di perairan dengan dasar berlumpur, arus air dapat mengaduk
endapan lumpur sehingga mengakibatkan kekeruhan air. Kekeruahan yang tinggi mengurangi penetrasi cahaya matahari dan karenanya akan mengurangi aktifitas
fotosintesis Nybakken, 1992.
e. pH
Organisma akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH yang netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. pH
yang ideal bagi kehidupan organisma akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa
membahayakan kelangsungan hidup organisma karena menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Di samping itu pH yang sangat rendah
menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya mengancam kelangsungan organisma akuatik. Sementara pH
yang tinggi menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH di atas netral meningkatkan konsentrasi amoniak yang
juga bersifat sangat toksik bagi organism Barus, 2004.
Pengukuran pH air dapat dilakukan dengan cara kalorimeter, dengan kertas pH atau dengan pH meter. Pengukurannya tidak begitu berbeda dengan pengukuran
pH tanah. Yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pH air adalah cara pengambilan sampelnya harus benar sehingga pH yang diperoleh benar Suin, 2002.
Nilai pH air yang normal adalah netral yaitu antara 6 sampai 8, sedangkan pH air yang tercemar misalnya oleh limbah cair berbeda-beda nilainya tergantung jenis
limbahnya dan pengolahnnya sebelum dibuang Kristanto, 2002.
f. Oksigen Terlarut DO = Disolved Oxygen