Askes Husada Paripurna Tobamas sebagai asuransi sosial, dalam pelaksanaannya ketiga komponen, yaitu Bapel, PPK serta peserta mempunyai peran-
masing-masing: a. Bapel: berperan membuat peraturan danatau kebijakan yang terkait dengan sistem
pembayaran sebagian atau keseluruhan paket-paket pelayanan kesehatan sesuai dengan transaksi premi yang telah disetujui. Bapel juga berperan dalam
pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi di semua komponen asuransi yang didasarkan pada data yang akurat
b. PPK: berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Dengan adanya perubahan paradigma ke arah paradigma sehat,
maka PPK dirubah pengertiannya menjadi penyelenggara pemeliharaan kesehatan, sehingga asuransi diharapkan tidak hanya berperan pada pelayanan kuratif tetapi
juga pramotif, prefentif dan rehabilitatif c. Peserta: membayar premi sesuai dengan ketentuan serta mengikuti persyaratan
sebagai peserta. Sebagai penerima jasa diharapkan mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap penyelenggara kesehatan, dan pada akhirnya akan
meningkatkan statusderajat kesehatan masyarakat
2.5. Landasan Teori
Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : 1 frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bacaan ;
2 field of experience yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari
Universitas Sumatera Utara
lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak
menyenangkan pada pelayanan asuransi kesehatan atau informasi yang tidak benar mengenai asuransi kesehatan akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi
seorang terhadap kebutuhan untuk memperpanjang masa kesertaaannya dalam asuransi kesehatan.
Kebutuhan terhadap asuransi kesehatan seringkali disalahtafsirkan dengan permintaan terhadap perawatan, pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan. Karena
kebutuhan belum tentu merupakan pemenuhan permintaan perawatan pelayanan kesehatan seseorang Azwar, 1996.
Komponen kebutuhan yang ”dirasakan” perceived need, di ukur dengan perasaan subjektif individu terhadap asuransi kesehatan. Jadi secara umum dapat
dikatakan bahwa faktor kebutuhan need merupakan penentu akhir bagi individu dalam menentukan seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan Andersen, 1975.
Faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan secara skematis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dari Andersen
a. Predisposisi individu predisposing factor Masing-masing individu memiliki kecenderungan yang berbeda dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan karakteristik pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik ini meliputi :
ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan. b. Enabling factor
Faktor predisposisi harus didukung pula oleh hal-hal lain agar individu memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung ini antara lain, pendapatan,
asuransi kesehatan dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan yang ada. Bila faktor ini terpenuhi maka individu cenderung menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada pada saat sakit. Penderita penyakit yang tergolong berat
Predisposing Enabling
Need
Demografic Age, Sex
Social Structure
Etnicity, Education,
Occupation of Head Family
Health Belief Family
Resourch Income,
Health Assurance
Community Resourch
Health facility and
personal Perceived
Symptoms diagnose
Evaluated Symptons
diagnose
Health Services
Universitas Sumatera Utara
misalnya harus operasi atau rawat inap di rumah sakit, maka kondisi ekonomi merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
c. Karakteristik kebutuhan need factor Faktor ini lebih menitikberatkan pada masalah apakah individu beserta keluarganya
merasakan adanya penyakit, atau kemungkinan untuk terjadinya sakit. Kebutuhan diukur dengan “perceived need” dan “evaluated need” melalui : jumlah hari
individu tidak bisa bekerja, gejala yang dialaminya, penilaian individu tentang status kesehatannya.
Bila faktor predisposisi dan enabling sudah mendukung, maka variasi kebutuhan berdasarkan persepsi perceived need terhadap asuransi kesehatan dan
cara seseorang menanggapi penyakit yang mungkin dideritanya akan menentukan apakah memanfaatan pelayanan kesehatan dengan menggunakan asuransi yang
dimilikinya. Menurut Zeithaml, et al. 1996, personal needs atau kebutuhan yang
dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya juga sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis.
Demikian juga dengan kebutuhan terhadap asuransi kesehatan terkait dengan kebutuhan yang menyangkut aspek fisik, yaitu apakah kondisi fisik misalnya
kesehatan tubuh menyebabkan seseorang merasa butuh dengan asuransi kesehatan, serta kebutuhan secara sosial dan psikologis.
Menurut Kanuk 2004, perceived quality sebagai penilaian persepsi konsumen terhadap keunggulan suatu produk secara keseluruhan. Dari definisi ini
Universitas Sumatera Utara
maka diketahui bahwa perceived quality adalah kemampuan produk untuk dapat diterima dalam memberikan kepuasan apabila dibandingkan secara relatif dengan
alternatif yang tersedia. Menurut Parasuraman et al. 1990 ada 5 lima dimensi yang digunakan
sebagai kerangka konsep dalam mengukur mutu pelayanan yaitu: Tangible, Realibility, Responsiveness, Assurance dan Empaty.
Pada teori pemanfaatan pelayanan kesehatan dari Andersen dipergunakan pada penelitian ini yaitu faktor need yaitu kepemilikan asuransi, dimana faktor
tersebut untuk melihat sejauhmana kemauan peserta Askes Husada Paripurna Toba Mas memperpanjang masa kepesertaannya
Askes Husada Paripurna Toba Mas adalah asuransi kesehatan sosial yang dikembangkan di Kabupaten Toba Samosir sebagai bentuk implementasi dari JPKM
yang dikembangkan pemerintah dalam membantu biaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin Depkes RI, 2002, dengan masa kepesertaan selama 1 tahun serta
akan diperpanjang apabila peserta masih berkeinginan menjadi peserta. Keberlanjutan peserta asuransi kesehatan dipengaruhi oleh persepsi
masyarakat tentang asuransi dan persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan yang dirasakan peserta pada saat memanfaatkan PPK yang ditunjuk.
Menurut Zastrow et al 2004 persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktifitas pelayanan yang diterima yang dapat dirasakan oleh suatu
objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek pelayanan akan
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan.
Menurut Kotler 1996 mutu adalah keseluruhan diri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh terhadap kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
2.6. Kerangka Konsep