Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

(1)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG MUTU PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DI UPTD

PUSKESMAS GUNUNGSITOLI SELATAN TAHUN 2014

SKRIPSI Oleh :

MEGAWATI LASE

NIM. 121021075

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

   


(2)

   

     


(3)

ABSTRAK

Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian yang esensial dan integral dari kesehatan umum. Melihat tingginya angka kesakitan dan rendahnya angka kunjungan pemanfaatan poli gigi, untuk itu telah dilaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui persepsi tentang mutu pelayanan terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe Explanatory Research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. Populasi penelitian adalah semua pasien yang berkunjung ke poli gigi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan dengan sampel 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling.

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang mutu pelayanan administrasi (ρ=0,038<0,05) dan persepsi tentang mutu kondisi fisik fasilitas (ρ=0,002<0,05) terhadap pemanfaatan poli gigi. Persepsi tentang pelayanan dokter tidak berpengaruh pada taraf signifikan (ρ=0,03>0,05), persepsi tentang pelayanan perawat tidak berpengaruh dengan taraf signifikan (ρ=0,515>0,05), dan persepsi tentang pelayanan obat tidak berpengaruh dengan taraf signifikan (ρ=1,00>0,05) terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan sebaiknya Dinas Kesehatan Kota, dan Pihak Puskesmas agar melengkapi sarana dan prasarana serta meningkatkan mutu dan kedisiplinan pegawai.

Kata Kunci : Persepsi, Mutu Pelayanan, Pemanfaatan, Poli Gigi

           


(4)

ABSTRACT

Oral Health is an integral part of essensial and general health. Given the high morbidity and low rate of utilization of dental clinic visits. So has conducted that aims to understand the perception about the quality of service to the utilization of health center dental clinic in UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

The Reaserch uses Explanatory Reasearch that aims to explain the influence of the perception of the quality of service to the utilization dental clinic in UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. The study population was all patients who visited a dental clinic with an average of 40 people to month. The sample size in this study was about 40 people. Sampling was done by accidental sampling.

The results of logistic regression showed that a significant difference between the perception of the quality of administrative services (ρ=0,038<0,05) and

perceptions quality of facility condition (ρ=0,002<0,005) on the utilization of the dental clinic.Perception of dentist no significant (ρ=0,998>0,05), perception of nurse (ρ=0,515>0,05), and perceptions of medicine does not affect significantly

(ρ=1,00>0,05) to ward of dental clinic in UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. It is recommended that the City Health Office and Health Center in order to complete the infrastructure and improving the quality and discipline.

Keywords: Perception, Quality of service, Utilization, Dental Clinic

               


(5)

DAFTAR RIWAT HIDUP

Nama : Megawati Lase

Tempat/Tanggal lahir : Gunungsitoli, 22 Maret 1990

Agama : Kristen Protestan

Anak Ke : 3 dari 3 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Nilam gg. Samadaya No 14 Gunungsitoli

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996-2002 : SD Negeri 070975 Gunungsitoli

Tahun 2002-2005 : SMP Negeri I Gunungsitoli

Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 3 Plus Gunungsitoli

Tahun 2008-2011 : D-III Perawat Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes

Medan

Tahun 2012-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pengasih yang telah melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan serta dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. dr. Heldy B,Z, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan sebagai dosen Pembimbing I dan juga Ketua Penguji yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kritikan, masukan, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. dr. Fauzi, SKM, selaku dosen Pembimbing II dan juga Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini. 4. Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Penguji II yang telah menyumbangkan saran dan


(7)

5. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Penguji III yang telah menyumbangkan saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Linda Trimurni Maas, dr, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Kesehatan Masyarakat

7. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan 8. Kepala Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Selatan yang telah memberikan

dukungan kerjasama dan kesempatan untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Gunungsitoli Selatan

9. Terkhusus dan teristimewa kepada kedua orangtua terkasih, Ayahanda Yusuf Lase dan Ibunda Murniati Harefa. Terimakasih telah menjadi orangtua terbaik bagi penulis. Yang selama ini sepenuhnya memberikan doa, motivasi, perhatian, dan kasih sayang dan segala sesuatu yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakak dan abang tercinta Yenni Mulianti Lase, M.Ec.Dev dan Ivan Verdian Lase, S. Pi, yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Seluruh teman-teman Ekstensi Stambuk 2012 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(8)

13.Dan seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2014 Penulis

Megawati Lase

                       


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... ... iv

Kata Pengantar ... ... v

Daftar Isi ... ... viii

Daftar Tabel ... ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 8

2.1 Persepsi ... ... 8

2.1.1 Pengertian Persepsi ... ... 8

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi ... ... 9

2.13 Mutu Pelayanan Kesehatan ... ... 12

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... ... 18

2.3 Puskesmas ... ... 20

2.3.1 Susunan Organisasi Puskesmas ... ... 20

2.3.2 Fungsi Puskesmas ... ... 21

2.3.3 Upaya Kesehatan Puskesmas ... ... 22

2.3.4 Program Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas ... ... 24

2.4 Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan ... ... 25

2.5 Pelayanan Medik Gigi Dasar ... ... 26

2.6 Morbiditas Penyakit Gigi dan Mulut di Puskesmas ... ... 27

2.7 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... ... 28

2.8 Pengaruh Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 31

2.9 Kerangka Konsep ... ... 32

2.10 Hipotesis Penelitian ... ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... ... 34


(10)

3.6 Aspek Pengukuran ... ... 36

3.6.1 Aspek Pengukuran Independen ... ... 36

3.6.2 Aspek pengukuran Dependen ... ... 36

3.7 Analisa Data ... ... 37

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN ... ... 39

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Gunungsitoli Selatan ... 39

4.1.1 Letak Geografis ... ... 39

4.2 Hasil Analisis Univariat ... ... 39

4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur ... ... 40

4.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Dokter Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 40

4.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Perawat ... ... 42

4.3.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Administrasi ... ... 44

4.3.4Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Obat ... ... 45

4.3.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitas Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 47

4.3.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi ... ... 48

4.4 Hasil Analisa Bivariat ... ... 50

4.4.1 Tabulasi Silang Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Dokter dengan Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 50

4.4.2 Tabulasi Silang Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Perawat dengan Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 51

4.4.3 Tabulasi Silang Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Administrasi dengan Pemanfaatan Poli Gigi ... 52

4.4.4 Tabulasi Silang Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Obat dengan Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 53

4.4.5 Tabulasi Silang Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitas dengan Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 54

4.5 Hasil Analisa Multivariat ... ... 55

BAB V PEMBAHASAN ... ... 58

5.1 Variabel yang Memengaruhi Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 58

5.1.1 Variabel Persepsi tentang Mutu Pelayanan Administrasi ... 58

5.1.2 Variabel Persepsi tentang Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitas ... ... 59

5.2 Variabel yang Tidak Memengaruhi Pemanfaatan Poli Gigi ... ... 60


(11)

5.2.2 Variabel Persepsi tentang Mutu Pelayanan Perawat ... ... 61

5.2.3 Variabel Persepsi tentang Mutu Pelayanan Obat ... ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 64

6.1 Kesimpulan ... ... 64

6.2 Saran ... ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian di Puskesmas Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data

 

                           


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen……… 36 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ……… 36 4.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan

Umur ………...………..

30

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Dokter …………..………..

41

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Dokter ………

42

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Perawat ………..

43

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Perawat ………..

43

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayananan Administrasi ……….……...

44

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Administrasi ………..

45

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayananan Obat …………..………..

46

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Obat ………...

46

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayananan Kondisi Fisik Fasilitas ………


(13)

4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitas ………...

48

4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli

Selatan ………...

49

4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi ………...

49

4.14. Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Persepsi Mutu Pelayanan Dokter dengan Pemanfaatan Poli Gigi ……

51

4.15. Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Persepsi Mutu Pelayanan Perawat dengan Pemanfaatan Poli Gigi …...

52

4.16. Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Persepsi Mutu PelayananAdministrasi dengan Pemanfaatan Poli Gigi ………

53

4.17. Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Persepsi Mutu Pelayanan Obat dengan Pemanfaatan Poli Gigi ………

54

4.18. Distribusi Tabulasi Silang Berdasarkan Persepsi Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitast dengan Pemanfaatan Poli Gigi ………..

55

4.19. Hasil Analisis Regresi Logistik Multivariat Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan ……...

55

       


(14)

ABSTRAK

Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian yang esensial dan integral dari kesehatan umum. Melihat tingginya angka kesakitan dan rendahnya angka kunjungan pemanfaatan poli gigi, untuk itu telah dilaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui persepsi tentang mutu pelayanan terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe Explanatory Research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. Populasi penelitian adalah semua pasien yang berkunjung ke poli gigi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan dengan sampel 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling.

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang mutu pelayanan administrasi (ρ=0,038<0,05) dan persepsi tentang mutu kondisi fisik fasilitas (ρ=0,002<0,05) terhadap pemanfaatan poli gigi. Persepsi tentang pelayanan dokter tidak berpengaruh pada taraf signifikan (ρ=0,03>0,05), persepsi tentang pelayanan perawat tidak berpengaruh dengan taraf signifikan (ρ=0,515>0,05), dan persepsi tentang pelayanan obat tidak berpengaruh dengan taraf signifikan (ρ=1,00>0,05) terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan sebaiknya Dinas Kesehatan Kota, dan Pihak Puskesmas agar melengkapi sarana dan prasarana serta meningkatkan mutu dan kedisiplinan pegawai.

Kata Kunci : Persepsi, Mutu Pelayanan, Pemanfaatan, Poli Gigi

           


(15)

ABSTRACT

Oral Health is an integral part of essensial and general health. Given the high morbidity and low rate of utilization of dental clinic visits. So has conducted that aims to understand the perception about the quality of service to the utilization of health center dental clinic in UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

The Reaserch uses Explanatory Reasearch that aims to explain the influence of the perception of the quality of service to the utilization dental clinic in UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. The study population was all patients who visited a dental clinic with an average of 40 people to month. The sample size in this study was about 40 people. Sampling was done by accidental sampling.

The results of logistic regression showed that a significant difference between the perception of the quality of administrative services (ρ=0,038<0,05) and

perceptions quality of facility condition (ρ=0,002<0,005) on the utilization of the dental clinic.Perception of dentist no significant (ρ=0,998>0,05), perception of nurse (ρ=0,515>0,05), and perceptions of medicine does not affect significantly

(ρ=1,00>0,05) to ward of dental clinic in UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. It is recommended that the City Health Office and Health Center in order to complete the infrastructure and improving the quality and discipline.

Keywords: Perception, Quality of service, Utilization, Dental Clinic

               


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai penahapannya (Depkes, 2009).

Salah satu program Indonesia Sehat 2010 adalah pokok program Upaya Kesehatan. Program yang termasuk dalam Upaya Kesehatan ini adalah program pemberantasan penyakit menular dan program pencegahan penyakit tidak menular. Sasaran yang ini dicapai melalui program pencegahan penyakit tidak menular khusus untuk kesehatan gigi dan mulut adalah turunnya secara bermakna insiden dan prevalensi penyakit gigi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, serta tercapainya derajat kesehatan gigi yang optimal.

Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian yang esensial dan integral dari kesehatan umum. Kesehatan gigi dan mulut yang baik dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, berbicara, sosialisasi, dan rasa percaya diri. Oleh karena itu pengukuran pemanfaatan pengguna jasa kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan.


(17)

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan telah diupayakan oleh pemerintah dengan menyediakan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Keberadaan puskesmas sangat bermanfaat karena dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama, melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga, maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat. Upaya kesehatan gigi dan mulut ini dilaksanakan sesuai dengan pola pelayanan dipuskesmas tersebut.

Upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya pengembangan kesehatan yang penting dan wajib yang bersifat sebagai penunjang kesehatan masyarakat (Depkes, 2004). Upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas, selain memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat, keluarga dan pada penderita/pengunjung puskesmas, juga berkegiatan memberi pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah yang secara garis besar dilaksanakan diluar lingkungan sekolah dan didalam lingkungan sekolah adalah program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang bertujuan untuk menurunkan insiden dan prevalensi penyakit gigi dan mulut bagi anak sekolah.

Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Dalam memerankan fungsi tersebut, perlu didukung dengan satu upaya untuk menampilkan pelayanan yang lebih


(18)

baik yaitu dengan lebih memperhatikan aspek mutu pelayanan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan sesuai dengan standart yang berlaku.

Menurut Tjiptoherijanto dalam Manurung (2004), pemanfaatan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan interaksi antara pengguna jasa pelayanan (user) dengan penyelenggara pelayanan (provider). Interaksi ini merupakan hubungan yang sangat kompleks yang bersifat multi dimensional serta dipengaruhi oleh banyak faktor.

Berdasarkan pendapat Anderson yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen predisposisi seseorang untuk memakai pelayanan (predisposing), kemampuan seseorang untuk memakai pelayanan (enabling), dan kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan (need).

Seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin meningkat dimana masyarakat semakin sadar akan kualitas maka diperlukan peningkatan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang lebih berorientasi terhadap kepuasan pasien, artinya berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan mengevaluasinya berdasarkan penilaian pasien. Mutu mencakup tentang atribut-atribut kualitas pelayanan seperti keandalan, daya tanggap, tanggung jawab, simpati, kenyamanan, kebersihan, dan keramahan. Dari sudut pandang pasien, kualitas pelayanan bisa berarti suatu empati dan tanggap akan kebutuhan pasien, pelayanan harus selalu berusaha memenuhi suatu kebutuhan serta harapan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berobat.


(19)

Berdasarkan penelitian Robert dan Prevast, yang dikutip oleh Azwar (1996), mengatakan bahwa pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer) dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan lebih mengutamakan mutu pelayanan yaitu yang terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keramahtamahan petugas dalam melayani pasien dan keyakinan pasien pada jasa pelayanan.

Pasien atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan menganggap pelayanan kesehatan bermutu bila terjadi hubungan timbal balik yang baik antara pasien dengan petugas, sehingga keramahan dan perhatian yang baik dari petugas serta fasilitas yang memadai, akan membuat persepsi masyarakat tentang mutu pelayanan akan semakin baik.

Data Dirjen Pelayanan Medik (2001) menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut termasuk sepuluh ranking penyakit terbanyak di Indonesia. Berdasarkan survei Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia (2003) yang dilakukan pada anak-anak menunjukkan bahwa 70% anak-anak menderita karies gigi dan gingivitis (peradangan gusi), sedangkan pada orang dewasa ditemui sebanyak 73% yang menderita karies gigi.

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2004, sebanyak 90,05% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Diantara penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut hanya 29% yang menerima perawatan dari perawat gigi, dokter gigi dan dokter spesialis gigi. Persentase penduduk yang menerima perawatan untuk penambalan/pencabutan/bedah gigi rata-rata sebesar 38,5%, pemasangan gigi


(20)

lepas/tiruan sebesar 4,6%, konseling perawatan/kebersihan gigi rata-rata sebesar 67,2%. Index DMF-T mencapai rata-rata 4,85% ini berarti jumlah kerusakan gigi rata-rata perorangan adalah lebih dari 5 gigi. Sebagian besar masalah kesehatan gigi terjadi di wilayah pedesaan yaitu sebesar 48,9%.

Upaya kesehatan gigi puskesmas sampai saat ini belum dapat berjalan dengan optimal karena adanya berbagai kendala, antara lain : keterbatasan tenaga, sarana, biaya operasional maupun kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Menurut penelitian Haula (2003), berdasarkan kunjungan pasien poli gigi di Puskesmas Dolok Masihul Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003 adalah 2,85% dari jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas. Dari kunjungan pasien tersebut terlihat jelas bahwa pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Dolok Masihul masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut adalah 4% dari jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas.

Standar pelayanan kesehatan gigi dan mulut puskesmas perkotaan harus memenuhi batasan minimal yaitu dari tenaga non medis 1 orang, dokter gigi 2 orang dan perawat gigi 2 orang, sedangkan standar ruangan untuk sarana poli gigi adalah 24 m² 1300 wat karena dibutuhkan 2 dental unit, dan ketersediaan sarana seperti alat tambal sinar, alat bedah mulut, alat pembuatan gigi tiruan penuh/sebagian, dan alat endodontik (perawatan saraf gigi) dengan jumlah kunjungan antara 10-20 orang pasien/hari (Depkes RI, 2002).

Dengan adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan faktor yang akan mendukung bagi masyarakat untuk kembali memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut, karena secara umum konsumen yang menggunakan atau memanfaatkan


(21)

suatu jasa pelayanan termasuk jasa pelayanan kesehatan, apabila konsumen tersebut merasakan pelayanan kesehatan yang diberikan pada kunjungan sebelumnya merasakan pelayanan yang berkualitas.

Hasil survei awal yang dilakukan peneliti bahwa dari jumlah tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan yaitu memiliki 1 orang Dokter gigi dan 1 orang perawat gigi. Dengan memiliki 1 dental unit. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan hanya pencabutan dan tambalan sementara, disebabkan karena keterbatasan alat dan bahan-bahan tambalan. Pembersihan karang gigi bisa dilakukan secara manual dan elektrik. Berdasarkan kunjungan pasien, diperoleh data jumlah kunjungan pasien di poli gigi pada tahun 2013 adalah sebanyak 480 orang dengan tindakan tumpatan gigi tetap sebanyak 63 orang dan pencabutan gigi tetap sebanyak 46 orang. Balita 90% giginya banyak plak (giginya kotor), 90% menderita gigi berlubang, early childhood caries (karies botol) 55%. Sedangkan jumlah cakupan penduduk wilayah kerja Puskesmas Gunungsitoli Selatan sebanyak 13970 orang. Sedangkan target yang dicapai sebanyak 558 orang. Terlihat bahwa pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut adalah 4% dari jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan dokter, mutu


(22)

pelayanan perawat, mutu pelayanan administrasi, mutu pelayanan obat dan kondisi fisik fasilitas terhadap pemanfaatan poli gigi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (dokter gigi, perawat gigi, administrasi, obat, kondisi fisik fasilitas) terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah :

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli yaitu sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap peningkatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

2. Bagi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan yaitu sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan pendayagunaan stafnya agar mampu memberikan pelayanan yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja puskesmas. 3. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti

berikutnya.  

           


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Secara etimologis persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio yang artinya menerima atau mengambil. Robbin dalam Notoatmodjo (2005) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya. Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi sangat cepat dan kadang tidak kita sadari, dimana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima dan memengaruhi tindakan kita.

Winardi (2001), mengemukakan persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai filter dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang memungkinkan kita menghadapi lingkungan kita. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009).

Menurut Kalangie dalam Febriani (2013) reaksi dari persepsi terhadap suatu stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk :

1. Receiving yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dalam bentuk masalah, situasi, gejala,. Tipe ini termasuk kesadaran, keinginan, untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala/rangsangan.


(24)

2. Responding (jawaban) yaitu reaksi yang diberikan kepada seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.

3. Valuining (penilaian) yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

4. Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, prioritas niali yang dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

5. internalisasi (karakteristik nilai) yaitu nilai keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

Persepsi yang positif terhadap mutu pelayanan kesehatan mengembangkan suatu kesadaran mutu sebagai elemen penting yang selalu meningkat dalam daya saing, pemahaman keperluan keunggulan mutu dan pembagian strategi mutu yang berhasil dari strategi tersebut akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Menurut Smet dalam Uma (2013), pada dasarnya faktor-faktor yang memengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal yang memengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :


(25)

a. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan memengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekiratnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda-beda.

b. Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memerhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan memengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

c. Minat

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energy atau perceptual viligance yang digerakkan untuk memersepsi suatu hal. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memerhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.


(26)

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f. Suatu hati

Keadaan emosi memengaruhi perilaku seseorang, suasana hati menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat memengaruhi begaimana seseorang pada waktu yang dapat memengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang memengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan memengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi persepsi antara lain adalah sebagai berikut :

a. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan memengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.


(27)

b. Warna dari objek

Objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit. Karena akan menimbulkan kesan tersendiri pada objek tersebut.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekeliligya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan member makna lebih bila sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa memengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.

2.1.3 Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Garvin dan Davis yang dikutip oleh Nasution (2011), mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat


(28)

kepuasan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azwar, 1996).

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan yang sesuai standart profesi dan standart pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia yang tersedia di Rumah Sakit/Puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.

Jadi mutu pelayanan kesehatan adalah kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Dan sebaliknya jika kepuasan dalam diri pasien rendah, maka mutu pelayanan kesehatan juga rendah.

Pelayanan kesehatan adalah ilmu atau seni yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang umur dan meningkatkan efisiensi hidup melalui upaya kelompok-kelompok masyarakat yang terkordinasi, perbaikan kesehatan lingkungan, mencegah dan memberantas penyakit menular dan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat atau perorangan.

Ada dua pengertian pokok dalam sistem pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Pengertian tentang sistem, yaitu yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan utuh dan terpadu, saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengertian tentang pelayanan kesehatan, yaitu setiap bentuk pelayanan yang ditujukan untuk perseorangan atau masyarakat dan dilaksanakan dalam suatu


(29)

organisasi dengan tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat kesehatan.

Kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang aspek teknis medis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja tetapi juga sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk manajemen administrasi, keuangan, peralatan, dan tenaga kesehatan lainnya (Wijono, 2000).

Indikator kualitas pelayanan atau respon teknis/karakteristik mutu mengacu kepada sepuluh kriteria umum atau standar yang menentukan kualitas pelayanan (Parasuraman et al., 2005). Adapun uraian dari kesepuluh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

a. keandalan (Reliability), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Yang termasuk elemen ini adalah kemampuan petugas medis dalam memberikan pelayanan dengan jelas dan akurat.

b. Tanggap (Responsiveness), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan kesediaan untuk melayani pelanggan dengan cepat dan tepat. Termasuk di dalamnnya adalah cekatan dalam menolong pasien pada saat menjalankan tugas misalnya ketangkasan perawat dan dokter gigi dalam menangani pasien.

c. Kompetensi (Compotence), yaitu kemampuan menguasai keterampilan yang disyaratkan dan pengetahuan untuk melaksanakan pelayanan. Variabel yang termasuk di dalamnya adalah keterampilan perawat dalam melayani pasien, keahlian dokter di bidangnya.


(30)

d. Akses (access), yaitu kemudahan untuk didatangi, ditemui, atau dihubungi. Termasuk di dalamnya adalah perawat segera datang ketika dipanggil, intensitas kunjungan perawat dan dokter ke pasien, peralatan panggilan perawat yang berfungsi dengan baik.

e. Keramahan (Courtesy), yaitu kesopanan, sikap hormat, perhatian, dan keramahan karyawan. Variabel yang termasuk di dalamnya adalah ramah kepada pasien, sopan, jujur, sabar, komunikasi yang baik dan lancar dengan pasien, tidak ada perbedaan pelayanan kepada pasien.

f. Komunikasi (Communication), yaitu kemampuan memberikan informasi dengan bahasa yang dapat dimengerti konsumen dan mendengarkan konsumen. Ini juga berarti bahwa pihak puskesmas harus mampu menyesuaikan berkomunikasi dengan setiap pelanggan yang berbeda. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan dokter dalam memberikan informasi yang diminta pasien, komunikasi yang baik dan lancar antara dokter dan perawat dengan pasien, kemampuan dalam memberikan informasi secara jelas dan tidak berbelit-belit dari petugas administrasi.

g. Kredibilitas (Credibility), artinya dapat dipercaya oleh konsumen, kejujuran dari penyedia pelayanan. Elemen ini mewakili reputasi dan spesialisasi dokter yang disediakan oleh pihak puskesmas, keterampilan perawat, kejujuran dari karyawan, tidak menerima tip dari pasien, dan tidak adanya perbedaan pelayanan kepada pasien karena adanya perbedaan kelas atau koneksi.

h. Keamanan (Security), artinya konsumen bebas dari perasaan ketakutan, resiko, dan keragu-raguan.


(31)

i. Memahami Pelanggan (Understanding), artinya puskesmas berusaha untuk memahami pelanggan dan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Termasuk di dalamnnya kesabaran karyawan, karyawan bekerja tanpa mengganggu ketenangan pasien.

j. Nyata (Tangibles), yaitu komponen-komponen jasa yang berbentuk fisik seperti fasilitas-fasilitas fisik, peralatan yang digunakan untuk menyediakan pelayanan, penampilan karyawan, serta sarana komunikasi yang digunakan. Termasuk di dalamnya adalah penampilan perawat, dokter, serta karyawan lainnya, kondisi bangunan puskesmas, kamar mandi.

Dalam perkembangan selanjutnya Parasuraman et al. (2005) membuat ukuran kualitas pelayanan menjadi 5 (lima) dimensi dengan pertimbangan beberapa kriteria kualitas yang telah ada sebelumnya mempunyai beberapa kesamaan yaitu :

1) Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat yang digunakan.

2) Reability (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).

3) Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan (konsumen) untuk menyediakan jasa/pelayanan yang cepat dan tepat.

4) Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.


(32)

5) Empaty (Empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan.

Kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya. Namun disamping itu yang lebih penting lagi adalah bagaimana proses pemberian pelayanan dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan. Dengan demikian, proses pemberian pelayanan dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, disamping harus menganut nilai-nilai moral untuk diterapkan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri individu masyarakat itu sendiri maupun yang berasal dari faktor organisasi pelayanan kesehatan. Menurut Lapau (1997), salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah faktor sosio psikologis, hal yang menyangkut sosio psikologis adalah bagaimana individu berpresepsi terhadap pelayanan kesehatan. Apabila seseorang memiliki persepsi yang baik terhadap pelayanan kesehatan, maka memiliki kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, demikian pula sebaliknya apabila seseorang berpersepsi tidak baik terhadap pelayanan kesehatan maka kemungkinan tidak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut


(33)

Agar masyarakat menghargai dan memanfaatkan pelayanan puskesmas, maka puskesmas perlu memelihara citra yang baik, yaitu:

1. Kebersihan gedung serta jamban puskesmas

2. Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas puskesmas. 3. Pemberian pelayanan dengan mutu sebaik-baiknya.

4. Kerjasama yang baik dengan pamong setempat dan petugas sektor lain.

5. Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama (Sari,2004).

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa.

Beberapa teori tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Rosenstock yang dikutip oleh Sirait (2001), ada 4 kesiapan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan yaitu (1) kepekaan seseorang terhadap penyakit, (2) persepsi seseorang terhadap konsekuensi dari penyakit, (3) persepsi seseorang terhadap keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pelayann kesehatan, (4) persepsi seseorang terhadap hambatan atau kerugian yang diperoleh dalam menggunakan pelayanan kesehatan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson yaitu :


(34)

1) Mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia

2) Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada 3) Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan

Menurut Kalangie (1994) yang mengutip Departement of Health Education and Well Fare, USA (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan :

1. Faktor Regional misalnya : Jakarta, jawa Tengah, dll. Dan faktor Residence, misalnya : rural dan urban.

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu : a) Tipe dari organisasi misalnya : RS, Puskesmas, dll

b) Kelengkapan program kesehatan c) Tersedianya tenaga dan fasilitas medis d) Teraturnya pelayanan

e) Hubungan antara dokter/tenaga kesehatan dengan pasien f) Adanya asuransi kesehatan

3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya.

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu: a) Faktor sosio demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, status

perkawinan, besar family, kebangsaan, dan agama

b) Faktor sosio psikologis yang meliputi sikap atau persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber


(35)

informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya.

c) Faktor ekonomi meliputi status sosio ekonomis (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan)

d) Dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah pasien dengan tempat pelayanan kesehatan

e) Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala penyakit, status terbatasnya keaktifan yang kronis, dll.

2.3 Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). Wilayah kerja puskesmas yang standar secara nasional adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan/RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004).

2.3.1 Susunan Organisasi Puskesmas

Susunan organisasi puskesmas tergatung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah.


(36)

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :

1. Kepala Puskesmas

2. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan :

a. Data dan informasi

b. Perencanaan dan penilaian c. Keuangan

d. Umum dan kepegawaian

3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas

a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM b. Upaya kesehatan perorangan

4. Jaringan Pelayanan Puskesmas a. Unit Puskesmas Pembantu b. Unit Puskesmas Keliling

c. Unit Bidan Desa komunitas (Depkes RI, 2004

2.3.2 Fungsi Puskesmas

Adapun fungsi puskesmas terdiri dari :

a. Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja.

Melalui fungsi ini puskesmas diharapkan dapat menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, agar


(37)

kegiatan yang dilaksanakan berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

b. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.

c. Fungsi pusat pelayanan strata pertama

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan yang terdiri dari kegiatan penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) serta upaya kesehatan masyarakat yang terdiri dari kegiatan pencegahan penyakit (Preventif) dan pemeliharaan kesehatan (Promotif) (Depkes RI, 2004).

2.3.3 Upaya Kesehatan Puskesmas

Sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama, puskesmas wajib melaksanakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah : a. Upaya Promosi Kesehatan


(38)

b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat dan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya pokok puskesmas yang tidak masuk dalam upaya kesehatan wajib dan pelayanan penunjang yaitu :

a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olahraga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Lanjut


(39)

2.3.4 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Salah satu program pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya dibagi dalam tiga kegiatan yaitu :

1. Pembinaan/Pengembangan

Pembinaan/Pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri (self care), melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada aktivitas masyarakat dengan pendekatan Program Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dalam Program Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Desa (UKGMD).

Langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan KIE ( Komunikasi, Informasi, dan Edukasi ) berupa : pendekatan lintas program/lintas sektoral, persiapan desa, latihan kader, diagnosa masalah, umpan balik dan pelaksanaan kegiatan.

b. Pelayanan oleh kader : penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan sepintas, pengobatan sederhana, rujukan.

c. Monitoring : sumber data dapat diambil dari buku catatan kader. 2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan

a. Pada anak sekolah


(40)

3. Pelayanan Medik Gigi Dasar

Pelayanan medik gigi dasar di puskesmas adalah pelayanan yang diberikan terhadap masyarakat yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi pengobatan, pemulihan, pencegahan khusus, disamping penyuluhan secara individu maupun kelompok terhadap pengunjung poliklinik gigi di Puskesmas (Depkes RI, 1993).

2.4 Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan

Menurut Depkes RI, 1993 adapun tugas dan wewenang tenaga kesehatan adalah:

1. Tugas Dokter Gigi Spesialis:

a. Melaksanakan pelayanan spesialistik b. Menerima rujukan kasus medik spesialistik

c. Memberikan rujukan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam rangka meningkatkan mutu penilaian pelayanan spesialistik.

2. Tugas Dokter Gigi a. Medis Teknis :

1) Melaksanakan pelayanan medik gigi, umum dan khusus

2) Menerima rujukan kasus medik gigi dasar dann merujuk kasus-kasus spesialistik

3) Melaksanakan pelayanan asuhan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi)


(41)

1) Menyangkut masalah umum/luas seperti dalam mengidentifikasikan, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya.

2) Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di puskesmas

3) Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan

4) Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tehnis 5) Bertanggung jawab dalam pencatatan/pelaporan tentang kesehatan gigi

di wilayahnya. a. Manajemen (makro)

1) Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah

2) Membina, mengkoordinasi, melatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Posyandu

3) Melaksanakan pencatatan/pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi (Depkes R, 1993).

2.5 Pelayanan Medik Gigi Dasar

Pelayanan medik gigi dasar adalah bagian integral pelayanan kesehatan yang dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik gigi dasar merupakan pelayanan medik perorangan, meliputi aspek pencegahan primer (health promotion dan specific protection) yang dilakukan oleh tenaga non medik dan medik/kesehatan,


(42)

pencegahan sekunder yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan, serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dilakukan oleh dokter gigi termasuk dokter keluarga kalau perlu oleh tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuannya setelah mendapat pelatihan seperlunya (Depkes RI, 2004).

Pelayanan medik gigi dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik serta kesehatan. Efektivitas dari sistem rujukan sangat ditentukan oleh mutu pelayanan medik gigi dasar di seluruh jajaran pelayanan kesehatan (Primary, Secondary dan Tertiary Care). Pelayanan medik gigi dasar meliputi : konseling, diagnostic, pengobatan, emergensi dasar, rujukan.

Pelayanan medik gigi dasar Menurut pedoman kerja puskesmas, pelayanan medik dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi (Depkes, 2004).

 

2.6 Morbiditas Penyakit Gigi dan Mulut di Puskesmas

Ada 5 (lima) jenis penyakit gigi dan mulut yang di derita masyarakat yang datang berobat ke puskesmas yaitu :

1. Karies gigi (gigi berlubang) 2. Kelainan Pulpa (pulpitis)


(43)

4. Kelainan dentofasial (susunan gigi tidak normal) dan maloklusi (kontak antara gigi rahang atas dengan gigi rahang bawah tidak normal)

5. Monlisiasis dan stomatitis

Sedangkan tindakan-tindakan pengobatan gigi dan mulut yang dilakukan di Puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Scalling (pembersihan karang gigi )

2. Preparasi (penambalan gigi dengan amalgam/silicat) 3. Mumifikasi (perawatan pulpa)

4. Ekstraksi (pencabutan gigi tetap) 5. Incisi Abses

6. Tindakan bedah ringan pada pengambilan gigi M3 anguler

7. Perawatan komplikasi : shock anaphilatik, perdarahan post exstraksi dan dry soket.

Dari ke tujuh jenis tindakan atau perawatan yang telah ditetapkan di poli gigi, tidak semua puskesmas dapat melakukan tindakan-tindakan perawatan tersebut, umumnya hal ini disebabkan karena tidak lengkapnya sarana medis yang tersedia sehingga hal ini dapat memengaruhi kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan di poli gigi.

2.7 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut pedoman pelayanan kesehatan puskesmas (Depkes RI, 2004), salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dibidang perawatan adalah pelayanan di poli gigi


(44)

yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga, maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi : peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas.

Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, pasien akan mendapatkan pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan Administrasi/Penerimaan

Bagian ini merupakan tempat dimana pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum memasuki ruangan poli gigi. Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas-petugas yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik, dan terampil (Depkes, 2004).

2. Pelayanan tenaga medis/dokter

Tenaga medis/dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh besar dalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien di puskesmas. Dokter juga dapat di anggap sebagai jantung sebuah puskesmas. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara an tehnik berdasarkan ilmu kedokteran gigi dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan (Depkes 2004).


(45)

3. Pelayanan Tenaga Para Medis/Perawat

Tenaga para medis/perawat orang yang lebih dekat hubungannya dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter (Depkes 2004)

4. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang diberikan di Puskesmas

Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (1999), pelayanan medik gigi dasar yang diberikan puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi.

5. Penyediaan sarana medis/non medis

Standar peralatan menurut Depkes RI 2004 yang wajib disediakan di poli gigi puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan sarana non medis. Saran medis yang diperlukan di poli gigi yaitu : alat-alat diagnose (kaca mulut, sonde, pinset, dan excavator), alat-alat pencabutan gigi (tang ekstraksi, cryer, bein), bahan penambalan gigi (amalgam, phospat cement dan lainnya). Sedangkan sarana non medis seperti : dental unit atau dental chair, lemari alat, meja alat, sterilisator dan kompresor.

6. Lingkungan Pasien

Lingkungan pasien merupakan tempat dimana pasien menghabiskan waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi ruangan, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien.


(46)

Lingkungan yang terkait dengan dengan pelayanan kesehatan di poli gigi adalah konstruksi bangunan dan desain ruang tunggu dan ruang periksa (Depkes 2004).

2.8 Pengaruh Persepsi Pasien tentang Mutu Pelayanan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas

Persepsi merupakan hasil pengamatan oleh panca indera terhadap suatu objek sehingga pengamatan yang terjadi menghasilkan persepsi terhadap objek tersebut. Bila persepsi terhadap objek tersebut baik atau memuaskan maka akan timbul keinginan memanfaatkan pelayanan tersebut, demikian selanjutnya. Dengan demikian persepsi pasien tentang mutu pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan poli gigi yang di ukur berdasarkan pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan administrasi, pelayanan obat, dan kondisi fisik fasilitas.

Menurut pendapat Parasuraman, Zeitham dan Berry, yang dikutip oleh Saleh M (2001), yang mengatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap pemanfaatan jasa pelayanan yaitu : (1) pengalaman dari teman-teman (words of mouth), (2) kebutuhan atau keinginan (personal need), (3) pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experience), komunikasi melalui iklan atau pemasaran (external communication to customer).

Dari teori tersebut dapat diasumsikan bahwa pemanfaatan pelayanan poli gigi di Puskesmas dipengaruhi oleh baik buruknya persepsi masyarakat atau pasien terhadap jasa pelayanan yang pernah diterima atau yang pernah dirasakan oleh pasien itu sendiri.


(47)

2.9 Kerangka Konsep

Dari teori yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis merancang suatu kerangka konsep yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

Persepsi Pasien tentang mutu pelayanan  kesehatan : 

‐ Pelayanan Dokter 

‐ Pelayanan Perawat 

‐ Pelayanan Administrasi 

‐ Pelayanan Obat 

‐ Kondisi Fisik Fasilitas 

 

Pemanfaatan Pelayanan  Poli Gigi 


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian survei dengan tipe Explanatory Research (survey penjelasan) yaitu yang menjelaskan hubungan kasual antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1985).

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2000) menyatakan bahwa “Tehnik menggunakan kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut”.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober Tahun 2014 di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. Dilakukan penelitian mengenai pengaruh persepsi tentang mutu pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan poli gigi di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014. Adapun dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian adalah karena dari 6 Puskesmas yang ada di Kota Gunungsitoli, UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan satu-satunya Puskesmas yang memiliki dokter gigi dan perawat gigi.


(49)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat ke poli gigi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan. Berdasarkan data survei awal yang dilakukan pada tahun 2014 bahwa jumlah kunjungan pasien poli gigi di UPTD Gunungsitoli Selatan tertinggi perbulannya adalah sebanyak 40 orang. Besar sampel pada penelitian ini adalah 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Data primer diperoleh melalui observasi langsung ke lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan responden.

2. Data sekunder diperoleh dari UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan dan Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli.

3.5 Definisi Operasional

1. Persepsi tentang mutu yaitu penilaian atau pandangan pasien berdasarkan penglihatan, pendengaran, serta pengalaman masa lalu atau yang sedang dijalani terhadap mutu pelayanan kesehatan yang diberikan, meliputi pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan administrasi, pelayanan obat dan kondisi fisik fasilitas.


(50)

a. Pelayanan dokter adalah penilaian atau pandangan pasien tentang pelayanan yang diberikan oleh dokter yang terwujud dalam sikap, perhatian, keterbukaan, keramahan, kehadiran, dan kesigapan dalam penanganan pasien.

b. Pelayanan perawat adalah penilaian atau pandangan pasien tentang pelayanan yang diberikan oleh perawat yang terwujud dalam sikap, perhatian, keramahan dan kesigapan dalam penanganan pasien.

c. Pelayanan administrasi adalah penilaian atau pandangan pasien tentang pelayanan di bidang administrasi yang terwujud dalam kehadiran, keramahan dan kesigapan petugas dalam prosedur pendaftaran pasien. d. Pelayanan obat adalah penilaian atau pandangan pasien tentang pelayanan

di bidang apotik yang terwujud dalam kehadiran, keramahan dan kesigapan petugas serta ketersediaan obat-obatan

e. Kondisi fisik fasilitas adalah penilaian atau pandangan pasien tentang keadaan fasilitas yang ada di Puskesmas, meliputi kebersihan dan kenyamanan ruangan kondisi gedung serta kebersihan dan kelengkapan alat medis dan non medis.

2. Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi adalah cara pemakaian atau penggunaan pelayanan poli gigi yang diukur berdasarkan kebutuhan dan keyakinan masyarakat khususnya pengguna fasilitas poli gigi dipuskesmas sehingga mempengaruhi keinginannya untuk memanfaatkan atau menggunakannya.


(51)

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Aspek Pengukuran Independen

Pengukuran terhadap variabel independen yaitu persepsi tentang mutu pelayanan yang menggunakan skala ordinal.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen

Variabel Mutu Pelayanan Kesehatan

Bobot nilai 1 Indikator Bobot nilai 1 variabel = 5

indikator

Ya Tidak Baik Buruk

Pelayanan Dokter 1 0 4-5 2-0

Pelayanan Perawat 1 0 4-5 2-0

Pelayanan Administrasi 1 0 4-5 2-0

Pelayanan Obat 1 0 4-5 2-0

Kondisi Fisik Fasilitas 1 0 4-5 2-0

3.6.2 Aspek Pengukuran Dependen

Aspek pengukuran variabel dependen yaitu pemanfaatan pelayanan responden menggunakan skala ordinal. Pemanfaatan pelayanan dapat diukur melalui 2 indikator yaitu Memanfaatkan (M), Tidak Memanfaatkan (TM).

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Kategori Jawaban Nilai Variabel

Memanfaatkan (M) 1


(52)

3.7 Analisa Data

Penelitian yang akan dilakukan bersifat kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik dengan uji regresi logistik berganda pada α = 0.05 dengan menggunakan program SPSS untuk mengetahui pengaruh persepsi variabel-variabel bebas (mutu pelayanan dokter, mutu pelayanan perawat, mutu pelayanan administrasi, mutu pelayanan obat, mutu pelayanan kondisi fisik fasilitas) dan variabel terikat (pemanfaatan poli gigi) di UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

Analisa data dilakukan secara bertahap yaitu :

1. Analisa deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen.

2. Analisa dengan menggunakan uji regresi logistik

a. Univariat, untuk menggambarkan masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.

b. Bivariat, untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap minat memanfaatkan poli gigi. Dilakukan analisa regresi logistik bivariat, dengan menetapkan kriteria kemaknaan 5% (p<0.05). Variabel yang terseleksi pada analisis bivariat mempunyai nilai p<0.05 dipilih sebagai kandidat dan selanjutnya dimasukkan dalam model regresi logistik multivariat.

c. Multivariat, untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap minat memanfaatkan poli gigi. Dilakukan analisa regresi logistik multivariat, dengan menetapkan tingkat kepercayaan (Confidence


(53)

Level) sebesar 0.05. metode yang digunakan adalah Backward Stepwise Persamaan regresi logistik multivariat adalah :

Y : α + β1X1 + β2X2 + … βiXi

Dimana :

Y : Variabel Terikat

α : Konstanta

β : Koefisien Regresi

X : Variabel Bebas

                               


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Gunungsitoli Selatan 4.1.1 Letak geografis

UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunungsitoli 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Pantai Samudra Indonesia 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hiliserangkai

Puskesmas Perawatan Plus Gunungsitoli Selatan merupakan Puskesmas Rawat Inap Plus yang pada tahun 2007 dengan luas bangunan 1073 M² dan luas tanah 2400 M² dan berlokasi di Jalan Arah Pelud Binaka km. 6 Desa Fodo Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

4.2 Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan masing-masing variabel bebas dan terikat dengan menggunakan tabel distribusi meliputi : pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan administrasi, pelayanan obat, kondisi fisik fasilitas dan pemanfaatan poli gigi.

Responden dalam penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli gigi di wilayah kerja Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014 sebanyak 40 orang.


(55)

Adapun rincian responden beradasarkan karakteristik dapat dilihat pada tabel dibawah ini .

4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 27 responden (67,5%) dan laki-laki sebanyak 13 responden (32,5%). Umur responden terbanyak yaitu > 25 tahun sebanyak 23 responden (57,5%), sedangkan umur ≤ 25 tahun sebanyak 17 responden (42,5%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

No Karakteristik Frekuensi

Jenis Kelamin F %

1 Laki-laki 13 32,5

2 Perempuan 27 67,5

Jumlah 40 100

Umur

1 ≤ 25 Tahun 17 42,5

2 ≥ 25 Tahun 23 57,5

Jumlah 40 100

4.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Dokter Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi

Persepsi responden tentang pelayanan dokter dilihat dari 5 pertanyaan dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi bahwa dokter gigi bersikap ramah dan sopan pada saat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan


(56)

mulut di puskesmas adalah sebanyak 23 responden (57,5%) dan yang tidak sebanyak 17 responden (42,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa dokter gigi ada di tempat setiap kali berobat sebanyak 17 responden (42,5%) dan yang tidak sebanyak 23 responden (57,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa dokter gigi langsung dan cepat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut ketika datang berobat sebanyak 23 responden (57,5%) dan yang tidak sebanyak 17 responden (42,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa dokter gigi memberikan penjelasan/pengetahuan tentang penyakit gigi dan mulut serta perkembangannya sebanyak 21 responden (52,5%) dan yang tidak sebanyak 19 responden (47,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa dokter gigi teliti dan tanggap ketika responden mengutarakan keluhan tentang penyakit gigi dan mulut yang di derita sebanyak 16 responden (40,0%) dan yang tidak sebanyak 24 responden (60,0%). Secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Pelayanan Dokter

No Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

1 Apakah dokter gigi bersikap ramah dan sopan kepada anda saat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas?

23 57,5 17 42,5 2 Apakah dokter gigi ada di tempat pada saat

anda berobat? 17 42,5 23 57,5

3 Apakah dokter gigi langsung dan cepat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut ketika anda datang berobat?

23 57,5 17 42,5 4 Apakah dokter gigi memberikan

penjelasan/pengetahuan kepada anda tentang penyakit gigi dan mulut?

21 52,5 19 47,5 5 Apakah dokter gigi teliti dan tanggap ketika


(57)

penyakit gigi dan mulut yang anda derita?

Berdasarkan hasil distribusi persepsi responden tentang mutu pelayanan dokter, setelah dilakukan pengolahan data maka persepsi repsonden tentang mutu pelayanan dokter dikategorikan baik sebesar 37,5% dan buruk sebesar 62,5%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Dokter No Persepsi Responden tentang Mutu

pelayanan Dokter

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Baik 15 37,5

2 Buruk 25 62,5

Jumlah 40 100,0

4.3.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Perawat

Persepsi responden tentang mutu pelayanan perawat dilihat dari 5 pertanyaan dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi bahwa perawat gigi bersikap ramah dan sopan kepada responden dalam melakukan tugasnya sebanyak 38 responden (95,0%) dan yang tidak sebanyak 2 responden (5,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa perawat gigi membantu dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada responden sebanyak 33 responden (82,5%) dan yang tidak sebanyak 7 responden (17,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa perawat gig memberikan penjelasan tentang tindakan pengobatan gigi dan mulut kepada responden sebanyak 34 responden (85,0%) dan yang tidak sebanyak 6 responden (15,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa perawat gigi melakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan kepada responden jika dokter gigi tidak ada sebanyak 34 responden (85,0%) dan yang tidak sebanyak 6 responden (15,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa perawat gigi teliti dan


(58)

tanggap ketika responden mengutarakan keluhan penyakit gigi dan mulut yang responden derita sebanyak 36 responden (90,0%) dan yang tidak sebanyak 4 orang (,0%).

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Pelayanan Perawat

Berdasarkan hasil distribusi persepsi responden tentang mutu pelayanan perawat gigi, setelah dilakukan pengolahan data maka persepsi responden tentang mutu pelayanan perawat gigi dikategorikan baik sebesar 95,0% dan buruk 5,0%.. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Perawat No Persepsi Responden tentang Mutu

pelayanan Dokter

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Baik 38 95,0

2 Buruk 2 5,0

Jumlah 40 100,0

No Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

1 Apakah perawat gigi bersikap ramah dan sopan dalam melakukan tugasnya?

38 95,0 2 5,0

2 Apakah perawat gigi membantu dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada anda?

33 82,5 7 17,5

3 Apakah perawat gigi memberikan penjeladsan tentang tindakan

pengobatan gigi dan mulut kepada anda?

34 85,0 6 15,0

4 Apakah perawat gigi melakukan tindakan pemeriksaan dan

pengobatan kepada anda jika dokter gigi tidak ada?

34 85,0 6 15,0

5 Apakah perawat gigi teliti dan tanggap ketika anda mengutarakan keluhan penyakit gigi dan mulut yang anda derita?


(59)

4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Administrasi

Persepsi responden tentang mutu pelayanan administrasi dilihat dari 5 pertanyaan dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi bahwa ketika responden berobat, petugas loket administrasi selalu ada di tempat sebanyak 18 responden (45,0%) dan yang tidak sebanyak 22 responden (55,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa petugas loket administrasi cepat dan tanggap dalam melayani responden melapor ke loket pendaftaran sebanyak 22 responden (55,0%) dan yang tidak sebanyak 18 responden (45,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa sikap petugas loket administrasi cepat dan tanggap dalam melayani responden sebanyak 26 responden (65,0%) dan yang tidak sebanyak 14 responden (35,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa responden tidak mendapatkan kesulitan ketika mendaftar di loket administrasi sebanyak 22 responden (55,0%) dan yang tidak sebanyak 18 responden (45,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa apabila responden memerlukan bantuan petugas loket adminstrasi cepat menanggapinya sebanyak 17 responden 42,5%) dan yang tidak sebanyak 23 responden (57,5%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Administrasi

No Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

1 Apakah ketika anda berobat, petugas loket administrasi selalu ada di tempat?

18 45,0 22 55,0

2 Apakah petugas loket administrasi cepat dan tanggap dalam melayani anda melapor ke loket

pendaftaran?


(60)

3 Apakah sikap petugas loket administrasi cepat dan tanggap dalam melayani anda?

26 65,0 14 35,0

4 Apakah anda tidak mendapatkan kesulitan ketika mendaftar di loket administrasi?

22 55,0 18 45,0

5 Apabila anda memerlukan bantuan, apakah petugas di loket administrasi cepat

menanggapinya?

17 42,5 23 57,5

Berdasarkan hasil distribusi persepsi responden tentang mutu pelayanan administrasi setelah dilakukan pengolahan data maka persepsi responden tentang mutu pelayanan administrasi dikategorikan baik sebesar 40,0% dan buruk sebesar 24,0%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Administrasi No Persepsi Responden tentang

Mutu Administrasi

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Baik 16 40,0

2 Buruk 24 60,0

Jumlah 40 100,0

4.3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Obat

Persepsi responden tentang mutu pelayanan obat dilihat dari 5 pertanyaan dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi bahwa responden tidak menunggu lama untuk mendapatkan obat sebanyak 37 responden (92,3%) dan yang tidak sebanyak 3 responden (7,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa petugas apotek selalu ada di tempat ketika responden mengambil obat sebanyak 31 responden (77,5%) dan yang tidak 9 orang (22,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa responden selalu mendapatkan obat yang sesuai dengan yang tertera di resep dokter sebanyak 24 responden (60,0%) dan yang tidak sebanyak 16 responden (40,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa petugas apotek


(61)

bersikap ramah dan sopan dalam melayani responden sebanyak 28 responden (70,0%) dan yang tidak sebanyak 12 responden (30,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa responden tidak mengalami kesulitan ketika mengambil obat sebanyak 31 responden (77,5%) dan yang tidak sebanyak 9 responden (22,5%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Obat

No Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

1 Apakah anda tidak menunggu lama untuk mendapatkan obat?

37 92,5 3 7,5 2 Apakah petugas apotek selalu

ada di tempat ketika anda mengambil obat?

31 77,5 9 22,5

3 Apakah anda selalu

mendapatkan obat yang sesuai dengan yang tertera di resep dokter?

24 60,0 16 40,0

4 Apakah petugas apotek bersikap ramah dan sopan dalam

melayani anda?

28 70,0 12 30,0

5 Apakah anda tidak mengalami kesulitas ketika mengambil obat?

31 77,5 9 22,5

Berdasarkan hasil distribusi persepsi responden tentang mutu pelayanan obat setelah dilakukan pengolahan data maka persepsi responden tentang mutu pelayanan obat dikategorikan baik sebesar 97,5% dan buruk sebesar 2,5%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9 :

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Obat No Persepsi Responden

tentang Mutu Obat

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Baik 39 97,5

2 Buruk 1 2,5


(62)

4.3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Mutu Pelayanan Fasilitas

Persepsi responden tentang mutu pelayanan kondisi fisik fasilitas dilihat dari 5 pertanyaan dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi bahwa apakah penataan tempat ruangan pengobatan sudah baik (misalnya adanya poster-poster tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar) ? yang menjawab sudah baik sebanyak 6 responden (15,0%) dan yang tidak sebanyak 34 responden (85,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa keadaan ruangan di puskesmas seperti penerangan ruangan dan sirkulasi udara sudah cukup baik sebanyak 21 responden (52,5%) dan yang tidak 19 responden (47,5%). Responden yang memiliki persepsi bahwa responden merasa kelengkapan alat medis sudah baik sebanyak 14 responden (35,0%) dan yang tidak 26 responden (65,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa responden merasa kenyamanan, dan ketenangan tempat diberi pelayanan sudah baik sebanyak 14 responden (35,0%) dan yang tidak 26 responden (65,0%). Responden yang memiliki persepsi bahwa kebersihan ruangan poli gigi sudah baik sebanyak 22 responden (55,0%) dan yang tidak 18 responden (45,0%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitas

No Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

1 Apakah menurut anda penataan tempat ruangan pengobatan sudah baik? (misalnya adanya poster-poster tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar)


(63)

2 Apakah keadaan ruangan di puskesmas seperti penerangan ruangan dan sirkulasi udara sudah cukup baik?

21 52,5 19 47,5

3 Apakah menurut anda merasa kelengkapan alat medis sudah baik?

14 35,0 26 65,0

4 Apakah anda merasa kenyamanan, dan ketenangan tempat diberi pelayanan sudah baik?

14 35,0 26 65,0

5 Apakah anda merasa kebersihan ruangan poli gigi sudah baik?

22 55,0 18 45,0

Berdasarkan hasil distribusi persepsi responden tentang mutu pelayanan kondisi fisik fasilitas setelah dilakukan pengolahan data maka persepsi responden tentang mutu kondisi fisik fasilitas dikategorikan baik sebesar 32,5% dan buruk sebesar 67,5%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitas

No Persepsi Responden tentang Mutu Pelayanan Kondisi Fisik Fasilitas

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Baik 13 32,5

2 Buruk 27 67,5

Jumlah 40 100,0

4.3.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi

Hasil penelitian menujukkan bahwa sebanyak 33 responden (83,5%) selalu memanfaatkan fasilitas puskesmas untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut sedangkan responden yang tidak selalu memanfaatkan fasilitas puskesmas untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulut 7 responden (17,5%). Responden yang berdasarkan pengalaman yang diterima jika mengalami keluhan akan memanfaatkan


(64)

kembali pelayanan poli gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan sebanyak 32 responden (80,0%) dan yang tidak sebanyak 8 responden (20,0%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan

No Pertanyaan Ya Tidak

F % F %

1 Apakah anda selalu memanfaatkan fasilitas puskesmas untuk

memeriksakan kesehatan gigi dan mulut anda?

33 82,5 7 17,5

2 Berdasarkan pengalaman yang anda terima di puskesmas gunungsitoli selatan, jika nanti anda akan

mengalami keluhan apakah anda akan memanfaatkan kembali pelayanan poli gigi di puskesmas gunungsitoli selatan?

32 80,0 8 20,0

Berdasarkan hasil distribusi pemanfaatan pelayanan poli gigi setelah dilakukan pengolahan data maka pemanfaatan pelayanan poli gigi dikategorikan baik sebesar 30,0% dan buruk sebesar 70,0%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi No Pemanfaatan Pelayanan Poli gigi Frekuensi

(F)

Persentase (%)

1 Baik 12 30,0

2 Buruk 28 70,0


(1)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort pemanfaatan poli = buruk .692 .562 .853

N of Valid Cases 40

pelayanan fasilitas * pemanfaatan poli

Crosstab

pemanfaatan poli

Total baik buruk

pelayanan fasilitas baik Count 9 4 13

% within pelayanan fasilitas 69.2% 30.8% 100.0% % within pemanfaatan poli 75.0% 14.3% 32.5%

% of Total 22.5% 10.0% 32.5%

buruk Count 3 24 27

% within pelayanan fasilitas 11.1% 88.9% 100.0% % within pemanfaatan poli 25.0% 85.7% 67.5%

% of Total 7.5% 60.0% 67.5%

Total Count 12 28 40

% within pelayanan fasilitas 30.0% 70.0% 100.0% % within pemanfaatan poli 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 30.0% 70.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 14.115a 1 .000

Continuity Correctionb 11.483 1 .001


(2)

Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear

Association

13.762 1 .000

N of Valid Cases 40

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,90. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pelayanan fasilitas (baik / buruk)

18.000 3.349 96.734

For cohort pemanfaatan poli = baik 6.231 2.019 19.226

For cohort pemanfaatan poli = buruk .346 .152 .791

N of Valid Cases 40

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 40 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 40 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 40 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


(3)

Score df Sig.

Step 0 Variables dokter 6.222 1 .013

administrasi 5.079 1 .024

fasilitas 14.115 1 .000

Overall Statistics 21.580 3 .000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 28.196 3 .000

Block 28.196 3 .000

Model 28.196 3 .000

Step 2a Step -8.232 1 .004

Block 19.965 2 .000

Model 19.965 2 .000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 20.673a .506 .717

2 28.904b .393 .557

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

b. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.


(4)

Classification Tablea

Observed

Predicted

pemanfaatan poli Percentage Correct baik buruk

Step 1 pemanfaatan poli baik 6 6 50.0

buruk 1 27 96.4

Overall Percentage 82.5

Step 2 pemanfaatan poli baik 9 3 75.0

buruk 4 24 85.7

Overall Percentage 82.5

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a dokter 20.184 8183.949 .000 1 .998 5.830E8

administrasi 1.863 1.258 2.194 1 .139 6.444

fasilitas 21.723 8183.949 .000 1 .998 2.718E9

Constant -21.629 8183.949 .000 1 .998 .000

Step 2a administrasi 2.398 1.156 4.305 1 .038 11.000

fasilitas 3.497 1.156 9.148 1 .002 33.000

Constant -2.398 1.136 4.452 1 .035 .091

a. Variable(s) entered on step 1: dokter, administrasi, fasilitas.

Variables not in the Equationb

Score df Sig.

Step 2a Variables dokter 6.562 1 .010

Overall Statistics 6.562 1 .010

a. Variable(s) removed on step 2: dokter.


(5)

(6)

 

 

 

 


Dokumen yang terkait

Persepsi Jajaran Pimpinan Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2014

3 74 82

Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Poliklinik Gigi di Puskesmas Mutiara Kabupaten Asahan Tahun 2011

8 66 91

Pengaruh Persepsi tentang Tugas dan Desain Organisasi Kesehatan terhadap Kinerja Petugas dalam Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Rabies di Kota Medan Tahun 2011

2 71 117

Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Poli Gigi Di Puskesmas Dolok Masihul Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

7 48 94

Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Kelurahan Pasar Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

27 351 111

Hubungan Persepsi Tentang Keterampilan Guru Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi Untuk Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Swasta Al-Azhar Medan

4 77 87

Pengaruh Persepsi Masyarakat Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2016

4 38 118

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi - Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua - Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

0 0 7

Pengaruh Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Poli Gigi di Puskesmas Gunungsitoli Selatan Tahun 2014

0 0 13