Latar Belakang Permasalahan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Permasalahan pendistribusian barang merupakan salah satu permasalahan yang penting bagi suatu perusahaan. Proses pengiriman barang yang dilakukan dengan tepat waktu akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Penentuan rute pendistribusian barang akan berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan selama perjalanan, dimana semakin jauh jarak yang ditempuh dalam pengiriman barang akan menimbulkan waktu pengiriman yang lama dan mengakibatkan biaya operasional yang semakin tinggi. Oleh karena itu, penentuan rute distribusi yang tepat akan meningkatkan efisiensi suatu perusahaan. Permasalahan penentuan suatu rute distibusi erat kaitannya dengan penentuan perjalanan dari suatu titik atau cabang ke suatu titik atau cabang lain dalam suatu rute distribusi. Permasalahan penentuan rute distribusi ini sering disebut dengan istilah vehicle Routing Problem atau Traveling Salesman Problem. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam proses pendistribusian barang dari titik awal ke titik akhir antara lain kapasitas alat angkut, volume permintaan dan jarak yang ditempuh dalam proses pendistribusian. Rute distribusi barang harus dapat menggunakan alat angkut secara efisien untuk dapat memenuhi permintaaan konsumen. Proses pendistribusian barang pada PT. Pos Indonesia Medan dilakukan sesuai paket pengiriman barang berdasarkan tipe layanan pengiriman paket yang Universitas Sumatera Utara disediakan oleh perusahaan. Pendistribusian barang dilakukan dari daerah asal yaitu kantor pusat di jalan pos no 1 Medan ke daerah tujuan pengiriman. Proses pendistribusian barang yang dilakukan perusahaan belum mempertimbangkan kapasitas alat angkut. Rata-rata utilitas dari mobil angkut yang digunakan adalah 20,58 untuk mobil berkapasitas 2 ton dan 35,42 untuk mobil berkapasitas 7 ton. Hal tersebut menandakan bahwa sering terjadi pemanfaatan kapasitas mobil angkut yang belum optimal dan penggunaan jumlah mobil angkut yang terlalu banyak. Penerapan rute distribusi yang selama ini dilakukan oleh PT. Pos Indonesia Medan juga belum dipertimbangkan secara ilmiah. Proses pendistribusian barang dilakukan melalui 3 sub rute yang tidak seimbang dari segi Jarak tempuh dan jumlah Kantor Pos yang dikunjungi. Dari segi jarak tempuh, pada sub rute 1 jarak yang ditempuh adalah 687 km, sub rute 2 adalah 197 km dan sub rute 3 adalah 890 km. Sedangkan dari segi jumlah Kantor Pos Pemeriksa yang dikunjungi, sub rute 1 terdiri dari 3 Kantor Pos Pemeriksa, sub rute 2 terdiri dari 2 Kantor Pos Pemeriksa dan sub rute 3 terdiri dari 6 Kantor Pos Pemeriksa. Hal ini menyebabkan proses pengiriman barang belum dilaksanakan dengan optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan penentuan rute distribusi dengan menggunakan algoritma heuristik dengan mempertimbangkan kapasitas alat angkut dan jarak tempuh. Sehingga dihasilkan suatu rute pendistribusian barang yang dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Universitas Sumatera Utara Permasalahan tentang Vehicle Routing Problem pernah dibahas dalam menentukan jalur distribusi karung pada pelanggan Ngatilah dan Septian, 2008. Pada permasalahan ini, proses distribusi dalam satu kali pengiriman produk hanya dilakukan pada satu pelanggan. Hal ini menyebabkan jalur pengiriman yang ditempuh semakin panjang tanpa melihat kapasitas alat angkut dan jarak yang akan ditempuh. Dengan menggunakan metode heuristik, permasalahan tersebut dapat diatasi dan menghasilkan penghemataan rute dari 12 rute menjadi 8 rute, penghematan jarak tempuh sebesar 24,20 , dan penghematan biaya transportasi sebesar 29,53 . Metode Traveling Salesman Problem juga pernah digunakan dalam pengiriman suatu produk terhadap berbagai daerah pemasaran Wirdianto, 2007. Dalam penelitian ini digambarkan adanya kapasitas yang berlebih yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mensuplai daerah yang lain. Hal ini menyebabkan rute distribusi makin panjang dan penggunaan alat angkut yang berlebihan. Dengan menggunakan Metode heuristik yaitu simulated annealing, permasalahan distribusi ini dapat diatasi dengan mempertimbangkan kuantiti muat maksimum kendaraan, waktu loading dan unloading kendaraan, volume kebutuhan pelanggan. Sehingga didapatkan rute kendaraan yang efisien yang dapat mengurangi jarak tempuh 65,82 km dan mengurangi 2 unit kendaraan. Pembahasan lain mengenai vehicle routing problem adalah tentang penyelesaian masalah distribusi BBM, dimana sering kapal tanker digunakan mengangkut BBM dengan jumlah yang lebih kecil dari kapasitas alat angkut Sinaga, 2008. Dengan menggunakan metode heuristik jarak tempuh, waktu Universitas Sumatera Utara tempuh dan biaya operasional yang digunakan untuk mendistribusikan BBM dapat diminimumkan. Selain itu, tingkat utilitas alat angkut yang digunakan semakin tinggi sehingga proses distribusi dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menggunakan metode heuristik karena dapat menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan Traveling Salesman Problem ataupun Vehicle Routing Problem. Melalui penggunaan metode ini, diharapkan dapat meminimumkan jarak tempuh rute distribusi dan dapat meningkatkan penggunaan utilitas alat angkut yang digunakan oleh PT. Pos Indonesia Medan.

1.2. Perumusan Masalah