6.2. Analisis Jarak Tempuh
Penentuan rute distribusi yang optimal sangat dipengaruhi oleh jarak yang akan ditempuh dalam proses pendistribusian barang. Karena semakin jauh jarak
tempuh maka semakin jauh pula waktu tempuh mobil angkut yang digunakan dan sebaliknya semakin pendek jarak tempuh maka waktu yang diperlukan dalam
melakukan proses distribusi akan semakin singkat. Perbandingan jarak tempuh dari sub rute distribusi yang dijalankan
perusahaan dengan sub rute distribusi yang diusulkan terdapat pada tabel 6.2.
Tabel 6.2. Perbandingan Jarak Distribusi Sub
Rute Jarak Sub Rute Awal
km Sub
Rute Jarak Sub Rute Usulan
km
1 687
1 802
2 197
2 890
3 890
Total 1774
1692
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rute yang diusulkan memiliki total jarak tempuh yang lebih pendek dibandingkan dengan rute yang digunakan
perusahaan, dimana pengurangan total jarak tempuh sebesar 82 km. Hal tersebut terjadi karena adanya pengurangan sub rute yang terbentuk sehingga berdampak
pada pengurangan jarak total dari rute yang ditempuh dalam melakukan proses distribusi.
Dari sub rute yang terbentuk, disempurnakan lagi dengan menggunakan metode nearest neighor untuk menentukan jarak tempuh yang paling minimum.
Penentuan jarak minimum dari sub rute yang terbentuk dengan metode ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan prinsip bahwa Kantor Pos Pemeriksa yang pertama dikunjungi adalah Kantor Pos Pemeriksa yang memiliki jarak terdekat dengan Kantor Pos
Pusat Medan. Kantor Pos Pemeriksa yang akan dikunjungi selanjutnya adalah Kantor Pos Pemeriksa yang terdekat dengan Kantor Pos Pemeriksa yang terakhir
dikunjungi. Dengan menggunakan metode ini terjadi perubahan urutan kunjungan Kantor Pos Pemeriksa yang dilalui pada proses pengiriman barang yang
mengakibatkan jarak rute distribusi yang lebih minimum. Kelemahan dari metode ini adalah jika sub rute yang terbentuk memiliki banyak cabang, metode ini
kurang menghasilkan sub rute dengan jarak yang paling minimum, sehingga perlu menggunakan metode lain yang lebih akurat.
Pengurangan jarak tempuh tentu akan mengurangi waktu tempuh mobil angkut. Estimasi feasibilitas setiap sub rute dapat dilihat pada tabel 6.4.
Tabel 6.3.Estimasi Feabilitas Sub
Rute Waktu Distribusi Usulan
Waktu Tersedia
menit Estimasi
Feabsible Tanpa Allowance
menit Dengan Allowance
menit
1 1.252,7
1.441 1920
Feasible 2
1.471,7 1.693
1920 Feasible
Berdasarkan Tabel 6.3. dapat dilihat bahwa penjadwalan distribusi sub rute 1 dan sub rute 2 feasible karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses
distribusi lebih kecil dari waktu yang tersedia. Hal tersebut menunjukkan bahwa rute tersebut dapat dijalankan sesuai dengan jumlah mobil yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perhitungan rute yang diusulkan telah mempertimbangkan kelonggaran. Dengan adanya kelonggaran allowance yang diberikan,
pendistribusian yang direncanakan akan dapat mengatasi hambatan dan kendala yang dapat terjadi selama proses pendistribusian barang sehingga waktu siklus
pendistribusian tidak akan terganggu. Kelonggaran allowance yang diberikan dalam rute distribusi yang direncanakan adalah sebesar 15 . Sehingga waktu
siklus pendistribusian rute yang direncanakan akan dapat dipenuhi untuk dilaksanakan.
6.3. Perhitungan Utilisasi