Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
di masa pemerintahannya. Begitu juga langkah awal yang dilakukannya untuk menaikkan harga BBM pada 1 bulan dilantiknya Presiden Joko Widodo menjadi
Presiden yaitu pada tanggal 16 November 2014 lalu. Hal itu merupakan salah satu haknya dalam membuat kebijakan baru yang ingin ia terapkan di Negara ini.
Namun setelah pemberitaan tersebut di informasikan justru muncul hal negatif yang tercuat di ranah publik mengenai Presiden Joko Widodo, seperti aksi-aksi
unjuk rasa dan demo yang terjadi di seluruh daerah-daerah di Indonesia. Aksi unjuk rasa atau demo yang terjadi saat itu mayoritas berasal dari
mahasiswa di berbagai universitas baik negeri maupun swasta. Dalam unjuk rasanya para mahasiswa menolak adanya kenaikkan harga BBM, karena dengan
menaiknya harga BBM maka akan menaik juga seluruh harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan umum. Hal itu akan berdampak terhadap rakyat kecil yang
akan semakin susah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Para mahasiswa saat itu meminta Presiden Jokowi untuk turun dari jabatan sebagai Presiden karena
tidak dapat mensejahterakan rakyatnya terutama rakyat kecil. Seperti demo yang terjadi 18 November 2014, didepan kampus Universitas Muhammadyah
mahasiswa meminta Jokowi untuk mengembalikan tarif terdahulu dan jika tidak disetujui mahasiswa mengahrapkan Jokowi lengser dari jabatannya sebagai
pemimpin.
3
Kemudian pada tanggal Tanggal 19 November, aksi demo terjadi di depan gedung DPR yang oleh sejumlah Mahasiswa dari berbagai Ormas
3
.http:video.tvonenews.tvarsipview8811020141118aksi_demo_kenaikan_bbm_m ahasiswa_Universitas_muhamadyah_meminta_jokowi_lengser.tvOne. di akses pada 4 februari
2015, pukul 20.32 WIB.
Organisasi Masyarakat, unjuk rasa berlanjut hingga di depan istana Negara. Dalam unjuk rasanya seluruh mahasiswa meminta Jokowi turun dan diberhentikan
sebagai Presiden karena dengan dinaikannya BBM akan banyak rakyat yang menderita dan kelaparan. Serta pada tanggal 28 November 2014 demo yang
dilakukan oleh sejumlah mahasiswa di Ciamis yang menolak kenaikkan BBM dan demo untuk menurunkan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia karena
tidak dapat mensejahterakan rakyatnya dengan disetujuinya kebijakn baru yang menaikkan tarif harga BBM.
4
Tidak hanya berita-berita yang berkaitan tentang aksi-aksi demo dan unjuk rasa yang mengecam Presiden Joko Widodo yang membuat pamornya turun
di hadapan publik, melainkan pasca BBM naik kekecewaan semakin tumbuh kepada Pemerintah di hati rakyat dikarenakan dalam jangka waktu beberapa
minggu setelah Presiden Joko Widodo menaikan harga BBM, ia mengeluarkan dana kompensasi kenaikkan harga BBM yang disalurkan melalui dan PSKS
sebesar Rp. 400.000,- per tiap dua bulan. Namun penyaluran dana tersebut tidak merata kepada setiap warga yang berhak dan tidak tepat sasaran. Contohnya salah
satu warga di Cianjur yang merupakan warga miskin tidak mendapatkan dana PSKS dari pemerintah, sementara tetangganya yang keadaan perekonomiannya
lebih baik ikut mendapatkan dana tersebut. Saat berita berlangsung warga tersebut
4
http:www.tvonenews.tvstreaming . Di pada 4 Februari 2015, pukul 21.10 WIB.
mengatakan kecewa dangan sikap Jokowi yang tidak tegas dalam menangani kasus tersebut.
5
Menurut Lingkar Survei Indonesia kenaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi berdampak pada turunnya kepuasan publik terhadap pemerintah. Serta
popularitas presiden Joko Widodo anjlok pasca keputusan kenaikkan harga BBM, menurut peneliti LSI-Denny JA, Ade Mulyana. Ade mengatakan, kepuasan
masyarakat terhadap Jokowi hanya mencapai 44,94 persen. Presentase itu cukup rentan karena bersaing dengan ketidakpuasan masyarakat yang mencapai 43,82
persen. Sementara sisanya 11,24 persen menyatakan tidak tahu alias abstain. Kepuasan terhadap kepemimpinan Jokowi lebih banyak dirasakan oleh
masyarakat berpendidikan rendah dengan tingkat ekonomi kelas menengah bawah. Menurunnya kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi pun
terjadi pada pemilih Jokowi-JK di Pemilu Presiden 2014 lalu. Ini mengindikasikan Jokowi mulai ditinggalkan pendukungnya sendiri pasca
kenaikkan BBM.
6
Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti apakah pemberitaan- pemberitaan mengenai kenaikkan harga BBM pada bulan November tahun 2014
lalu terhitung sejak tanggal 17 November hingga Desember di TV One mampu merubah citra seorang Presiden Joko Widodo, yang pada sebelumnya seorang
Joko Widodo memiliki citra yang positif di hadapan mayoritas masyarakat
5
http:video.tvonenews.tvarsipview8792420141126keluarga_miskin _ini_tidak_ter
daftar_penerimaan_dana_kompensasi_kenaikan_bbm.tvOne. di akses pada 5 februari 2015, pukul 19.00 WIB.
6
http:www.cnnindonesia.compolitik20141121164517-32-13053popularitas-jokowi- anjlok-pasca-kenaikan-bbm
. Diakses pada 6 Februari 2015, Pukul 23.05 WIB
Indonesia terutama para pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur sebagai responden dalam penelitian ini yang pernah dijadikan salah satu tempat blusukan
atau berkampanye Presiden Joko Widodo terhadap rakyat kecil sehingga ia dapat terpilih dari seorang Gubernur hingga Presiden Republik Indonesia sesuai dengan
hasil survey yang dilakukan oleh LSI yang mengatakan pamor seorang Presiden Joko Widodo anjlok pasca kenaikkan harga BBM.
TV One merupakan salah satu televisi yang mengabarkan suatu pemberitaan secara actual sesuai dengan slogannya yaitu “terdepan
mengabarkan”. Media ini juga merupakan salah satu anak perusahaan dari Bakrie Group. Alas an peneliti memilih media elektronik TV One, karena menurut
peneliti, selain mengabarkan berita secara faktual, TV One dalam memberitakan tentang Presiden Joko Widodo terlihat kurang berimbang. Hal itu dapat dilihat
dari tone negatif, positif atau netral yang terjadi saat penanyangan pemberitaan Presiden Joko Widodo saat memberitakan berita tersebut yaitu pada tanggal 17
November hingga 17 Desember pemberitaan tentang Presiden Joko Widodo lebih besar frekuensi tone negatif dibandingkan dengan frekuensi tone positif yakni
negatif berjumlah 101 sedangkan positif sebanyak 71kali . Berdasarkan Permasalahan di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana
citra seorang Presiden Joko Widodo di kalangan rakyat menegah kebawah yaitu para pedagang Pasar Kramat Jati Jakarta Timur setalah adanya pemberitaan
mengenai kenaikkan harga BBM yang belum genap 100 hari pada masa pemerintahannya. Apakah teori Agenda Setting yang dijelaskan oleh McCombs
dan Shaw, yang melihat bahwa apa yang dianggap penting oleh media, juga
dianggap penting oleh publik berlaku dalam penelitian yang ingin peneliti lakukan.
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Hubungan Pemberitaan Kenaikan Harga BBM di TV One Terhadap Citra Kepresidenan Joko Widodo Survei
Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang menonton TV One
”.