Analisis pendapatan pedagang buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG BUAH DI PD PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR

TENRI WALI BAHTIAR SYAM A 14105613

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(2)

TENRI WALI BAHTIAR SYAM. Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur. (Dibawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS).

Masyarakat mulai menyadari bahwa mengkonsumsi makanan alami yang memiliki kandungan vitamin maupun mineral jauh lebih baik bagi kesehatan, sehingga kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi buah meningkat. Pada tahun 2007 konsumsi buah mencapai 30,25 Kg/Tahun/Kapita, jika dibandingkan pada tahun 2006, maka pada tahun 2007 konsumsi buah mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 36,38 persen. Peningkatan konsumsi buah-buahan segar akan meningkatkan permintaan buah segar baik buah nasional maupun buah impor. Permintaan buah impor pada tahun 2007 sebesar 465.679.473 Ton dan diprediksi akan berkurang pada tahun 2008 sebesar 458.516.183 Ton. Perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai tahun 2015 masih terus meningkat seiring dengan pertambahan laju jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah. Perkiraan jumlah populasi di Indonesia pada 2010 sebanyak 240 juta dan diperkirakan konsumsi buah sebesar 57,92 Kg/Tahun/Kapita dan pada tahun 2015 diperkirakan konsumsi buah sebesar 78,74 Kg/Tahun/Kapita. Peningkatan konsumsi buah-buahan segar yang terjadi ini merupakan salah satu peluang yang harus dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga pemasaran khususnya pedagang pengecer yang terlibat dalam penyediaan dan distribusi buah. Peran lembaga pemasarn ini adalah sebagai pihak yang menghubungkan produsen buah-buahan ke konsumen.

Penyediaan buah-buahan oleh pedagang pengecer bukan hanya buah nasional saja tapi juga buah impor. Penyediaan buah-buahan tertentu akan dilakukan oleh pedagang apabila memberikan nilai positif dalam arus penerimaan, seperti kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan nasional saja atau kedenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan impor saja, atau kecenderungan pedagang menjual buah-buahan nasional sebagai komoditi utama dan menjual buah-buahan impor sebagai komoditi pelengkap saja. Hal ini tentu saja menimbulkan adanya perbedaan pendapatan pedagang buah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pedagang buah nasional dan buah impor serta pola penyediaan buah nasional dan buah impor di pasar induk kramat jati. menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah di pasar induk kramat jati, dalam menjawab tujuan pertama dilakukan dengan cara mendeskripsikan pedagang buah berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara langsung ke pedagang buah. Tujuan kedua diperoleh dengan menggunakan analisis pendapatan dengan menggunakan teori biaya ∏ = TR-TC dan nilai R/C ratio.

Berdasarkan karakteristik pedagang buah, pada umumnya pedagang buah nasional dan buah impor berusia 48 tahun keatas, sedangkan tingkat pendidikan terakhir pedagang buah nasional dan buah impor pada umumnya yaitu SMU dengan lamanya berdagang buah mayoritas diatas 21 tahun. Jumlah kios pedagang buah nasional maupun impor pada umumnya berkisar antara 4 – 5 TU, sedangkan


(3)

jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pedagang buah nasional pada umumnya berkisar antara 6 – 10 orang dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pedagang buah impor pada umumnya berkisar antara 11 – 15 orang. Pada umumnya modal pembelian buah untuk pedagang buah nasional antara 10.000.000 – 50.000.000 dan pedagang buah impor diatas 151.000.000. Berdasarkan pola penyediaan buah, pada umumnya pedagang buah di pasar Induk Kramat Jati melakukan pengumpulan (konsentrasi) produk-produk pertanian dari beberapa wilayah pemasok buah lalu dijual ke konsumen bisnis, maka dapat dikatakan bahwa pedagang buah di pasar Induk Kramat Jati merupakan pedagang grosir terkadang merangkap sebagai pedagang pengumpul.

Tingkat pendapatan pedagang buah nasional yaitu buah semangka, buah salak, buah melon, buah pisang, dan buah mangga masing-masing rata-rata sebesar Rp 6.190.442/Kios, Rp 6.444.150/Kios, Rp 5.913.425/Kios, Rp 2.511.635/Kios, dan Rp 1.191.914/Kios. Tingkat pendapatan pedagang buah impor rata-rata sebesar Rp 9.602.178/Kios. Kegiatan penjualan antara buah nasional dan buah impor yang paling menguntungkan adalah kegiatan penjualan buah nasional (buah semangka), karena nilai R/C ratio pedagang semangka sebesar 1,42 merupakan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan pedagang impor sebesar 1,21. Penjualan buah nasional musiman dan buah nasional sepanjang tahun, yang paling menguntungkan adalah kegiatan penjualan buah nasional sepanjang tahun, karena nilai R/C ratio pedagang buah nasional sepanjang tahun (buah semangka) sebesar 1,42 merupakan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan pedagang buah nasional musiman (buah salak) sebesar 1,35.


(4)

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG BUAH DI PD PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR

TENRI WALI BAHTIAR SYAM A 14105613

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(5)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur

Nama : Tenri Wali Bahtiar Syam NRP : A 14105613

Disetujui, Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 19730105 1997021 001

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 1982031 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2010

TENRI WALI BAHTIAR SYAM A 14105613


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tanggal 11 Maret 1983. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bahtiar Syam dan Ibunda Nurdaningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 04 Pagi Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada tahun 1994 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1997 di SMPN 163 Kalibata, Jakarta Selatan. Pendidikan lanjutan menengah atas di MAN 04 Model Pondok Pinang, Jakarta Selatan diselesaikan pada tahun 2001.

Penulis diterima pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Program Studi Diploma Tiga (D III) Manager Alat Mesin Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB pada tahun 2001. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan kegiatan perkuliahan di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan program diploma, penulis pernah tercatat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) Fakultas Teknologi Pertanian periode tahun 2002-2003, penulis juga pernah tercatat sebagai Ketua Pelaksana penyambutan mahasiswa baru angkatan 40 Fakultas Teknologi Pertanian, serta penulis juga pernah tercatat sebagai Koordinator Divisi Propaganda dan Strategi Taktik Aksi pada Front Mahasiswa Bogor periode tahun 2002-2003.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillaahir rohmaanir rohim, puji syukur kepada Alloh azza wa jalla atas segala berkat dan karuniaNya yang tiada terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Pedagang Buah di PD Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur”.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik pedagang buah lokal dan buah impor serta pola penyediaan buah lokal dan buah impor di pasar induk kramat jati serta menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah di pasar induk kramat jati Jakarta Timur.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2010

TENRI WALI BAHTIAR SYAM A 14105613


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillaahi robbil‘alamiin, penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, terutama Ayah dan Ibunda serta adik dan kakakku tercinta, yang selalu menyemangati penulis baik dalam bentuk dukungan moral maupun dalam bentuk lantunan doa-doa disetiap ba’da sholatnya, dengan tujuan agar anaknya/saudaranya diberikan kemudahan Alloh azza wa jalla dalam penyelesaian studi penulis. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh azza wa jalla, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Muhammad Firdaus, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing.

2. Dr. Rita Nurmalina, selaku Dosen Evaluator pada kolokium penulis.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS, selaku dosen penguji utama pada sidang penulis. 4. Rahmat Yanuar, SP, MSi, selaku dosen komisi pendidikan pada sidang

penulis.

5. Drs. H. Lukman ZA, selaku Manager Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

6. H. Setyo Margono, selaku Ketua KOPPAS Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.

7. Yudistira Marfianda, yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar penulis.

8. Akbar Zamani, Kholid Samsurrijal, Yudistira Marfianda, Agung, dan Rudi Lintau yang telah membantu dalam pengambilan data kuesioner penelitian. 9. Yayan Muhammad Ahyani, Hendri Zulfa, Wan Aswan Cahyadi, Asep Ali

Akbar, Rudi Paladium, Ariyoso, Irwan Firdaus, Didu Slow, Gabol, Hatta, Firdaus Sinulingga dan Dimas Rizaldi yang telah berkesempatan hadir dalam acara kolokium penulis.

10.Karyawan dan Karyawati pihak sekretariat penyelengaraan khusus Program Sarjana Ekstensi Agribisnis.

11.Ismie Arum, Fuji Lestari, Abdi Haris Tjolly, Eko Hendrawanto, Alam Lazuardi, Kholid Samsurrijal, Yudistira Marfianda, dan Akbar Zamani terima kasih atas dukungannya dan tukar pikiran serta masukkannya selama penulis melakukan penelitian.


(10)

12.Teman-teman satu dosen bimbingan, Rudy Hadianto, Romlah, Firdaus Sinulingga, dan Muhammad Wijaya, terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

Semoga Alloh subhana wata’ala melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan do’a, bantuan dan dukungannya kepada penulis.

Bogor, Mei 2010

TENRI WALI BAHTIAR SYAM A 14105613


(11)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Informal ... 10

2.2 Sistem Pemasaran Buah ... 11

2.4 Pasar Induk dan Pasar Penunjang ... 13

2.5 Penelitian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori ... 20

3.1.1 Tataniaga Pertanian ... 20

3.1.2 Pasar dan Bentuk Pasar ... 22

3.1.2.1 Pasar ... 22

3.1.2.2 Bentuk Pasar ... 23

3.1.3 Pedagang Eceran ... 26

3.1.4 Biaya ... 28

3.1.5 Pendapatan ... 31

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

4.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 38

4.4 Alat Pengolahan Data ... 39

4.5 Analisis Data ... 39

4.5.1 Karakteristik dan Pola Pedagang Buah ... 39

4.5.2 Analisis Pendapatan Pedagang Buah ... 40

4.6 Definisi Operasional ... 42

V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1 Pasar Induk Kramat Jati ... 45

5.2 Latar Belakang Pendirian ... 46

5.3 Kedudukan Pasar ... 46

5.4 Tugas Pokok dan Fungsi ... 47


(12)

5.4.2 Fungsi ... 47

5.5 Peremajaan Pasar ... 47

5.6 Aktivitas Tempat Usaha ... 48

5.7 Jenis Kepemilikan Usaha ... 49

5.8 Pasokan dan Distibusi ... 50

5.9 Komposisi Pegawai ... 51

5.10 Lembaga Pendukung Operasional ... 52

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Umum Pedagang Buah ... 54

6.1.1 Usia Pedagang ... 54

6.1.2 Tingkat Pendidikan ... 55

6.1.3 Lama Berdagang ... 56

6.1.4 Jumlah Tempat Usaha ... 57

6.1.5 Jumlah Tenaga Kerja Tetap ... 58

6.1.6 Modal Pembelian Buah ... 59

6.2 Pola Penyediaan Buah Lokal dan Buah Impor di Tingkat Pedagang Buah ... 59

6.2.1 Pedagang Buah Semangka ... 67

6.2.2 Pedagang Buah Salak ... 71

6.2.3 Pedagang Buah Melon ... 78

6.2.4 Pedagang Buah Pisang ... 85

6.2.5 Pedagang Buah Mangga ... 92

6.2.6 Pedagang Buah Impor ... 100

6.3 Analisis Pendapatan Pedagang Buah ... 106

6.3.1 Biaya Pedagang Buah ... 109

6.3.2 Pendapatan Pedagang Buah ... 114

VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 120

7.2 Saran ... 121

VII DAFTAR PUSTAKA ... 122


(13)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkiraan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Sampai

Tahun 2015 ...4 2 Jumlah Responden Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat

Jati Data Bulan Desember 2009 ...38 3 Sebaran Responden Menurut Usia Pedagang Buah Lokal

dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...54 4 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pedidikan Pedagang

Buah Lokal dan Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data

Bulan Desember 2009 ... 55 5 Sebaran Responden Menurut Lama Berdagang Buah Lokal

dan Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...56 6 Sebaran Responden Menurut Jumlah Tempat Usaha

Dagang Buah Lokal dan Buah Impor di Pasar Induk

Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...57 7 Sebaran Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja Tetap

Pedagang Buah Lokal dan Buah Impor di Pasar Induk

Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...58 8 Sebaran Responden Menurut Modal Pembelian Buah

Pedagang Buah Lokal dan Pedagang Buah Impor di Pasar

Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...59 9 Jumlah Angkutan Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat

Jati dan Kapasitas Rata-rata Angkutan Data Bulan

Desember 2009 ...61 10 Upah Bongkar Muat Komodi Buah Semangka (Rp/Kios)

di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...69 11 Jumlah Pembelian Buah (Kg/Kios), Harga Jual (Rp/Kg)

dan Harga Beli (Rp/Kg) serta Marjin Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Semangka di Pasar Induk Kramat Jati

Data Bulan Desember 2009 ...70 12 Jumlah Modal Pembelian Buah Semangka (Rp/Kios) Oleh


(14)

Data Bulan Desember 2009 ...71 13 Persentase Pemesan Buah Salak Pondoh ke Pemasok oleh

Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...73 14 Jumlah Pembelian Buah Salak Pondoh (Kg/Kios) Oleh

Pedagang Buah Pasar Induk Kramat Jati dari Pemasok

Buah Data Bulan Desember Tahun 2009 ... 73 15 Harga Jual (Rp/Kg), Harga Beli (Rp/Kg) dan Marjin

Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Salak Pondoh di Pasar

Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...75 16 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Salak (Rp/Kios) di

Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...76 17 Modal Pembelian Buah (Rp/Kios) Oleh Pedagang Buah

Salak di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember

2009 ...77 18 Persentase Pembelian Buah Melon oleh Pedagang Buah

Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember

2009 ...80 19 Jumlah Pembelian Buah Melon (Kg/Kios) Oleh Pedagang

Buah Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...81 20 Harga Jual (Rp/Kg) dan Harga Beli (Rp/Kg) serta Marjin

Penjualan (Rp/Kg) Pedagang Buah Melon di Pasar Induk

Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...82 21 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Melon (Rp/Kios) di

Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...84 22 Modal Pembelian Buah Melon (Rp/Kios) Oleh Pedagang

Buah Melon di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...84 23 Persentase Pembelian Buah Pisang Ambon, Pisang

Lampung dan Pisang Tanduk di Pasar Induk Kramat Jati

Data Bulan Dember 2009 ...86 24 Persentase Pembelian Buah Pisang Ambon, Pisang

Lampung dan Pisang Tanduk di Pasar Induk Kramat Jati


(15)

v

25 Harga Beli dan Harga Jual serta Marjin Penjual Buah Pisang di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember

2009 ...88 26 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Pisang (Rp/Kios) di

Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...90 27 Modal Pembelian Buah Pisang (Rp/Kios) Oleh Pedagang

Buah Pisang di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...91 28 Persentase Pembelian Buah Mangga untuk Setiap Grade

Oleh Pedagang Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati

Bulan Desember Tahun 2009 ...94 29 Jumlah Pembelian Buah Mangga (Kg/Kios) Oleh

Pedagang Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data

Bulan Dember 2009 ... 95 30 Harga Beli (Rp/Kg) dan Harga Jual (Rp/Kg) Serta Margin

Penjualan (Rp/Kg) Buah Mangga di Pasar Induk Kramat

Jati Data Bulan Desember 2009 ...96 31 Upah Bongkar Muat Komoditi (Rp/Kios) Buah Mangga di

Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...98 32 Modal Pembelian Buah Mangga (Rp/Kios) Oleh Pedagang

Buah Mangga di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...99 33 Persentase Pembelian Buah Impor Oleh Pedagang Buah

Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember

2009 ...102 34 Jumlah Pembelian Buah Impor (Dus/Kios) Oleh Pedagang

Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan

Desember 2009 ...103 35 Harga Beli (Rp/Dus) dan Harga Jual (Rp/Dus) serta Marjin

Penjualan (Rp/Dus) Buah Impor di Pasar Induk Kramat

Jati Data Bulan Desember Tahun 2009 ...104 36 Upah Bongkar Muat Komoditi Buah Impor (Rp/Kios) di

Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...105 37 Modal Pembelian Buah Impor (Rp/Kios) Oleh Pedagang

Buah Impor di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan


(16)

38 Total Biaya Tetap (Rp/Kios) Setiap Pedagang Buah di

Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...109 39 Total Biaya Variabel, Total Biaya, Total Biaya Tunia

Setiap Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data

Bulan Desember 2009 ... 111 40 Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Biaya Variabel Rata-rata

(Rp/Kg) serta Biaya Total Rata-rata Pedagang Buah di

Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...113 41 Penerimaan dan Pendapatan Pedagang Buah di Pasar

Induk Kramat Jati Data Bulan Desember 2009 ...114 42 Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg) dan Pendapatan Rata-rata

(Rp/Kg) Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data

Bulan Desember 2009 ... 115 43 Posisi Titik Impas (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) Pedagang

Buah di Pasar Induk Kramat Jati Data Bulan Desember

2009 ...116 44 Nilai R/C Ratio Pedagang Buah di Pasar Induk Kramat Jati


(17)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Grafik Perkembangan Produksi Buah di Indonesia dan Perkembangan Volume Impor Buah di Indonesia dari

Tahun 2003-2007 ...2 2 Grafik Peningkatan Konsumsi Buah-buahan Oleh

Masyarakat di Indonesia Tahun 2003-2007 ... 3 3 Kerangka Pemikiran Operasional ...36 4 Pola Penyediaan Buah Oleh Pedagang Buah Pasar Induk


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Denah Pasar Induk Kramat Jati ...123 2 Karakteristik Pedagang Buah Data Bulan Desember 2009 ...124 3 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah

Semangka Data Bulan Desember 2009 ...126 4 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Salak

Data Bulan Desember 2009 ...128 5 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Melon

Data Bulan Desember 2009 ...129 6 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Pisang

Data Bulan Desember 2009 ...131 7 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Mangga

Data Bulan Desember 2009 ...133 8 Perhitungan Pendapatan (Rp/Kios) Pedagang Buah Impor

Data Bulan Desember 2009 ...135 9 Harga (Beli Rp), Harga Jual (Rp/Kg), dan Margin Penjualan

(Rp/Kg) Buah Data Bulan Desember 2009 ... 138 10 Modal Pembelian (Rp/Kios), Penerimaan (Rp/Kios), dan

Margin Penjualan (Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009 ...139 11 Jumlah Pembelian Buah Buah Semangka (Kg/Kios), Buah

Salak (Kg/Kios), Buah Melon (Kg/Kios), dan Buah Mangga

(Kg/Kios) Data Bulan Desember 2009 ...140 12 Jumlah Pembelian Buah Buah Pisang dalam (Tanda/Kios)

dan Jumlah Pembelian Buah Pisang dalam (Kg/Kios) Data

Bulan Desember 2009 ... 141 13 Jumlah Pembelian Buah Buah Impor dalam (Dus/Kios) dan

Jumlah Pembelian Buah Impor dalam (Kg/Kios) Data Bulan

Desember 2009 ...142 14 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata

(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah


(19)

ix

15 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Salak

Data Bulan Desember 2009 ...144 16 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata

(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah

Melon Data Bulan Desember 2009 ...145 17 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata

(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah

Pisang Data Bulan Desember 2009 ...146 18 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata

(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah

Mangga Data Bulan Desember 2009 ...147 19 Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata

(Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam (Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah

Impor Data Bulan Desember 2009 ...148 20 Jumlah Kios Pedagang (TU), Gaji Karyawan Tetap dalam

(Rp/Orang/Hari) dan (Rp/Kios), Biaya Bongkar Komoditi

(Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009 ...149 21 Kuesioner Penelitian Bulan Desember 2009 ... 150


(20)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan potensi hortikultura yang cukup besar terutama pada komoditi buah tropis. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya keanekaragaman sumberdaya alam pertanian yang menghasilkan komoditi hortikultura yang beraneka ragam. Sehingga dengan adanya keberagaman sumberdaya alam tersebut, menjadikan Indonesia salah satu penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainnya.

Prioritas pengembangan sektor pertanian komoditi hortikultura di titik beratkan pada komoditi unggulan yang mengacu pada pangsa pasar, keunggulan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuain agroekosistem. Meskipun demikian komoditi binaan hortikultura berdasarkan KEPMENTAN No. 511 tahun 2006 sebanyak 323 komoditas terdiri dari buah-buahan 80 jenis, sayuran 60 jenis, tanaman biofarmaka 66 jenis dan tanaman hias 117 jenis tidak luput dari perhatian untuk dikembangkan. Peningkatasn produksi hortikultura diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, bahan baku industri, peningkatan ekspor dan substitusi impor. Dengan demikian peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk merupakan kegiatan utama yang di barengi dengan upaya pengembangan pasar dan promosi. Kegiatan pengembangan produksi telah memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi regional dan penyediaan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 persen sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86 persen1.

Berbagai program dan kegiatan pembangunan hortikultura dilakukan dan difasilitasi kepada petani dan pelaku usaha di sentra dan kawasan agribisnis hortikultura. Hal ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan produksi, peningkatan kualitas produk maupun dalam pengembangan usaha.

1


(21)

2

Secara makro keberhasilan pembangunan agribisnis hortikultura ditandai dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas produksi, peningkatan areal tanam, penyerapan tenaga kerja, ketersediaan produk, dan tingkat konsumsi akan komoditi hortikultura.

Peningkatan produksi dan mutu yang dilaksanakan seperti penerapan good agricultural practise atau standard operating procedure, penataan rantai pasokan diharapkan ketersediaan buah-buahan nasional dapat dipertahankan dan diusahakan tersedia sepanjang tahun untuk memenuhi pangsa pasar domestik maupun international. Produksi hortikultura khususnya buah-buahan nusantara pada tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2006 (Gambar 1).

Sumber : http://hortikultura.deptan.go.id/dastat.htm (dalam angka, 30 Agustus 2009)

Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Buah di Indonesia dan Perkembangan Volume Impor Buah di Indonesia dari Tahun 2003-2007

Berdasarkan (Gambar 1), total produksi buah-buahan di Indonesia dari tahun 2003 – 2007 setiap tahunnya mengalami kenaikan. Produksi buah Indonesia pada tahun 2007 sebesar 13.773.192 Ton atau naik sekitar 7,64 persen bila


(22)

dibandingkan dengan produksi tahun 2006 sebesar 12.795.113 Ton. Jumlah peningkatan produksi terbesar terjadi pada tahun 2005-2006 sebesar 8,04 persen. Peningkatan konsumsi masyarakat akan buah-buahan segar akan meningkatkan permintaan buah segar baik buah nasional maupun buah impor. Peningkatan permintaan buah segar impor dapat dilihat dari besarnya volume impor komoditas buah-buahan di Indonesia di mulai dari tahun 2003 – 2007 dimana setiap tahun terjadi peningkatan.

Berdasarkan (Gambar 1), besarnya volume impor komoditas buah-buahan di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton bila dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 413.410,64 Ton, maka pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 3,40 persen. Tahun 2007 volume impor komoditas buah-buahan di Indoensia sebesar 502.156,14 Ton, hal ini mengalami peningkatan sebesar 17,47 persen bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 427.484,33 Ton.

Kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi buah masih rendah. Terutama mengkonsumsi buah nasional, pada tahun 2007 konsumsi buah nasional sebesar 30,25 Kg/Tahun/Kapita (Gambar 2).

Sumber : http://hortikultura.deptan.go.id/dastat/ekim.htm (dalam angka, 30 Agustus 2009) Gambar 2. Grafik Peningkatan Konsumsi Buah-buahan Oleh Masyarakat di

Indonesia Tahun 2003-2007

Berdasarkan (Gambar 2), penurunan dratis konsumsi masyarakat akan buah-buahan antara tahun 2003 – 2007 terjadi pada tahun 2005 sebesar 22,47 Kg/Tahun/Kapita atau minus 12,53 persen bila dibandingkan pada tahun 2004 sebesar 25,69 Kg/Tahun/Kapita. Peningkatan konsumsi buah-buahan tertinggi


(23)

4

terjadi pada tahun 2007 sebesar 30,25 Kg/Tahun/Kapita atau sebesar 36,38 persen bila dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 22,18 Kg/Tahun/Kapita.

Perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai 2015 masih akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan laju jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah (Tabel 1).

Tabel 1. Perkiraan Konsumsi Buah-buahan di Indonesia Sampai Tahun 2015 No Tahun Populasi Penduduk

(Juta)

Konsumsi (Kg/Tahun/Kapita)

Total Konsumsi (ribu Ton)

1 2010 240 57,92 13.900

2 2015 254 78,74 20.000

Sumber : PKBT IPB (2002)

Perkiraan konsumsi buah sampai tahun 2015 dimana konsumsi buah diperkiraan pada tahun 2010 sebesar 57,92 Kg/Tahun/Kapita dan pada tahun 2015 sebesar 78,74 Kg/Tahun/Kapita akan terus mengalami peningkatan (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika 2002).

Peningkatan mengkonsumsi buah segar oleh masyarakat merupakan prospek pada tahun-tahun selanjutnya sehingga merupakan pangsa pasar usaha yang potensial dibidang pertanian khususnya usaha buah. Faktor kesadaran masyarakat, faktor lain yaitu pengetahuan yang berkembang dimasyarakat bahwa mengkonsumsi buah-buahan segar sangat bermanfaat bagi tubuh. Buah-buahan merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, dan juga sebagai sumber serat (dietary fiber) yang berperan sama pentingnya seperti karbohidrat dan protein yang memberikan energi, dengan kata lain buah-buahan termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber utama vitamin dan mineral yang berperan sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Peningkatan konsumsi buah-buahan diharapkan memotivasi lembaga-lembaga pemasaran khususnya pedagang buah yang terlibat dalam penyediaan dan distribusi buah untuk mengembangkan usahanya.

Jumlah usaha yang bergerak dibidang pertanian mulai dari hulu sampai hilir masih dalam bentuk usaha kecil menengah (UKM), sehingga untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi diperlukan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pengusaha tani sendiri tidak akan mampu melakukan hal ini, mereka membutuhkan kerja sama dengan produsen yang bergerak pada bidang


(24)

penyediaan input-input pertanian untuk kelancaran di hulu dan untuk kelancaran di hilir diperlukan bantuan supplier atau pemasok hasil produk hortikultura untuk melakukan pemasaran dan penjualan produk akhir hortikultura ke konsumen.

Menurut Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Tahun 2008, bahwa eksistensi usaha kecil dan menengah (UKM) ditinjau dari jumlah usaha dan penyerapan tenaga kerja yang begitu besar, peran UKM relatif sangat rendah dibandingkan dengan usaha besar. Usaha besar tetap menguasai sebagian besar sumberdaya nasional walaupun jumlah usaha besar sangat kecil. Jumlah usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mencapai 26.209.346 unit, yang bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai 13.304.939 unit dan yang bergerak di industri pengolahan mencapai 3.217.506 unit2.

Usaha dibidang pertanian untuk saat ini mayoritas banyak terkumpul dipasar-pasar tradisional, dimana pasar-pasar merupakan salah satu tempat atau wadah bagi UKM dalam menjalankan aktivitas usahanya khususnya di sektor perdagangan. Karena pasar merupakan tempat pertemuan pembeli dan penjual dalam melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, melakukan upaya pengembangan pasar-pasar yang ada di Indonesia melalui program pemberdayaan pasar tradisional. Bantuan perkuatan yang telah direalisasikan dibeberapa pasar di Indonesia melalui kerjasama Pemerintah daerah Kabupaten/Kota serta pengelola-pengelola pasar, agar pada nantinya diharapkan pasar-pasar tradisional dapat tertata dengan rapi sehingga konsumen tidak akan sungkan untuk berbelanja dipasar-pasar tradisional serta diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern yang belakangan ini perkembangannya relatif lebih pesat.

Salah satu pasar yang ada di Indonesia adalah pasar induk kramat jati. Pasar induk kramat jati merupakan pusat distribusi yang menampung hasil produksi petani khususnya sayur mayur dan buah-buahan dalam jumlah besar yang dibeli oleh para pedagang tingkat grosir. Komoditi pertanian tersebut kemudian dilelang atau dijual kepada para pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran yang tersebar di berbagai

2


(25)

6

tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar induk menempati area yang besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti pergudagang, tempat pelelangan, pusat informasi pasar, perkantoran, bongkar muat dan parkir yang lapang. Pasar induk kramat jati merupakan pasar perdagangan besar sayur mayur dan buah-buahan khususnya daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi serta nasional pada umumnya.

1.2 Perumusan Masalah

Pasar penunjang merupakan bagian dari pasar induk yang membeli dan menampung hasil produksi petani yang berlokasi dekat dengan petani. Pasar penunjang ini berfungsi hanya menampung sementara karena komoditi yang berhasil ditampung akan dipindahkan ke pasar induk untuk selanjutnya dilelang ke pedagang tingkat eceran. Pasar penunjang dibangun di daerah yang mempunyai potensi besar sebagai sentra produksi pertanian yang berkapasitas komoditi yang diperdagangkan lebih dari 30 Ton/Hari. Berlokasi di tengah daerah produsen dan memiliki akses jalan yang cukup baik dan sarana transportasi yang cukup. Transaksi umumnya dilakukan dengan partai besar oleh para petani dengan pedagang antar daerah3.

Kegiatan operasional pasar induk telah ditopang oleh adanya pasar penunjang sehingga memudahkan dalam penyediaan komoditi yang akan dipasarkan, terutama dalam penyediaan sayur mayur dan buah-buahan. Kegiatan operasional pasar induk khususnya pasar induk kramat jati lebih banyak memasarkan dua jenis komoditi hortikultura yaitu sayur mayur dan buah-buahan. Pasar induk kramat jati dalam melakukan proses penjualan komoditi hortikultura khususnya sayur mayur dan buah-buahan dilakukan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer merupakan salah satu lembaga pemasaran dimana konsumen dapat memperoleh sayur mayur dan buah-buahan untuk dikonsumsi baik secara pribadi maupun untuk dijual kembali.

Penyediaan buah-buahan oleh pedagang pengecer bukan hanya buah nasional saja tapi juga buah impor. Buah-buahan merupakan barang akhir yang tidak tahan lama kalau dilihat dari pihak pedagang buah, dimana barang akhir

3


(26)

merupakan barang yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Buah-buahan merupakan barang antara kalau dilihat dari sisi industri pengolahan buah, dimana buah-buahan belum menjadi barang akhir dan masih akan diproses lagi sebelum dapat digunakan oleh konsumen. Penyediaan buah tertentu akan dilakukan oleh pedagang apabila memberikan nilai positif dalam arus penerimaan, seperti kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan nasional (nasional) atau kecenderungan pedagang hanya menjual buah-buahan impor, atau kencenderungan pedagang menjual buah-buahan nasional sebagai komoditi utama dan menjual buah-buahan impor sebagai komoditi pelengkap. Hal ini tentu saja menimbulakan adanya perbedaan pendapatan pedagang buah.

Menurut pengelola pasar induk kramat jati tahun 2009, permintaan akan buah segar yang didistribusikan petani dari beberapa daerah di Indonesia ke pasar induk kramat jati kurang lebih 1.000 Ton setiap hari. Jumlah tersebut terutama didominasi enam belas jenis buah, salah satunya yaitu jeruk yang mencapai rata-rata 400 Ton setiap hari. Buah lainnya yang paling banyak dipasok yakni melon sebanyak 150 Ton – 200 Ton, pada saat panen raya pasokan buah melon segar bisa mencapai 50 truk atau sekitar 300 Ton setiap hari. Buah jeruk dan melon, kedua jenis buah tersebut paling banyak dipasok karena kebetulan sedang panen di beberapa sentra produksi. Pasar induk Kramat Jati sebenarnya lebih dikenal orang sebagai pusat buah mangga dan duku, namun karena dua jenis buah tersebut tidak sedang panen, maka jumlahnya pun relatif terbatas.

Enam belas jenis buah yang saat ini banyak dipasok petani yakni pisang, nenas, jeruk, pepaya, alpukat, apel, semangka, salak, kedondong, durian, dukuh, mangga, anggur nasional, markisah, melon, dan manggis. Buah-buah yang dijual ke konsumen ada yang didatangkan langsung dari petani namun sebagian melalui pedagang perantara. Pasokan buah selama sepekan ini diantaranya, jeruk 1.768 Ton, Melon 1.093 Ton, Semangka 608 Ton, Pepaya 336 Ton, Nenas 268 Ton, Pisang 254 Ton, Alpukat 201 Ton, Salak 178 Ton, Apel 156 Ton, Kedondong 113 Ton, Mangga 87 Ton, Markisah 78 Ton, Anggur nasional 13 Ton (PD Pasar Kramat Jati).


(27)

8

Buah imporpun yang masuk ke Indonesia berdasarkan nilai impor dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun 2008 volume impor apel telah mencapai 145.000 Ton, pear 94.000 Ton, jeruk 25.000 Ton, durian 21.000 Ton, dan anggur 1.100 ton4. Penjualan buah impor di pasar induk kramat jati pada umumnya lebih laris ketimbang buah nasional, meskipun harga relatif lebih mahal. Buah impor yang ramai saat ini adalah pear jenis Lie yang diimpor dari China dan buah apel impor dari China, disisi lain penjualan buah nasional di pasar induk kramat jati terlihat lebih sepi.5

Sesuai dengan uraian sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik pedagang buah nasional dan buah impor serta pola penyediaan buah nasional dan buah impor?

2. Berapa pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing pedagang buah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan karakteristik pedagang buah nasional dan buah impor serta

pola penyediaan buah nasional dan buah impor di pasar induk kramat jati. 2. Menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah nasional dengan pedagang

buah impor serta pedagang buah nasional musiman dengan buah nasional yang tersedia sepanjang tahun di pasar induk kramat jati.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan pola pikir ilmiah serta mencoba menerapkan teori yang didapat selama dibangku perkuliahan dengan mengaplikasikan kekondisi realita yang ada, sehingga dapat menambah wawasan dan cara berpikir penulis, selain itu penelitian ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Kegunaan lainnya diharapkan dapat berguna bagi pedagang, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan literatur bagi penelitian selanjutnya,

4

http://www.sinarharapan.co.id/berita [21 Maret 2010].

5


(28)

dimana dapat memberikan informasi bagi yang ingin mengenal dan mempelajari kondisi pedagang buah-buahan, khususnya pedagang buah-buahan di pasar induk kramat jati.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini akan mengambarkan mengenai karakteritsik pedagang buah, mengetahui pola penyediaan buah serta menganalisis tingkat pendapatan pedagang buah di pasar induk kramat jati lalu membandingkan tingkat pendapatan pedagang buah. Pedagang buah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedagang buah yang berjualan di dalam lokasi pasar induk kramat jati. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan Desember 2009 sampai dengan 1 Januari 2010.


(29)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Informal

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. IX tahun 1995 tentang usaha kecil menyatakan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan atau hasil penjualan per tahun sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-. 3. Milik warga negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri.

5. Bentuk usaha perorangan.

Menurut Syaukat dan Sutara dalam Zuhriski (2008), ciri-ciri sektor informal adalah produsen berskala kecil, menggunakan tenaga kerja sendiri untuk produksi barang, serta berkecimpung dalam kegiatan bisnis, transportasi dan penyedia jasa. Sektor informal merupakan komponen ekonomi nasional dan nasional yang tumbuh secara cepat. Walaupun pendapatan secara individu rendah, secara kolektif pendapatan tersebut relatif tinggi. Sektor informal bukan hanya pilihan bagi pencari kerja yang kurang terdidik atau terlatih dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, tetapi juga menjadi pilihan beberapa pencari kerja terdidik atau terlatih dari kalangan menengah yang sulit menembus kesempatan kerja pada sektor informal. Sektor informal dapat secara langsung berkontribusi terhadap penurunan dan pengentasan kemiskinan.

Pialang atau perantara merupakan usaha bisnis yang berdiri sendiri dan beroperasi sebagai penghubung antara produsen dan konsumen akhir atau pemakai dari kalangan industri. Pialang memberikan jasa dalam hal pembelian maupun penjualan, yaitu segala sesuatu yang bergerak dari produsen ke konsumen. Pialang selain melayani arus produk dari produsen ke konsumen, secara aktif juga membantu pemindahan hak kepemilikan (ownership). Pialang biasanya diklasifikasikan atas dasar apakah mereka memiliki barang yang dipasarkan atau tidak. Pialang dagang (merchant middlemen) memiliki produk


(30)

yang dipasarkan. Dua kelompok utama pialang dagang, yaitu pengecer dan grosir (pedagang besar). Pialang agen tidak memiliki produk yang dipasarkan (Stanton 1996).

Setiap pedagang pengecer dalam melaksanakan kegiatannya selalu bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan pedagang. Berbagai cara atau strategi pemasaran dilakukan pedagang untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Pemilihan tempat, keputusan harga dan promosi merupakan faktor yang menentukan dalam memperoleh pasar. Pemilihan produk yang tepat juga merupakan faktor yang sangat penting. Seorang pedagang pengecer harus bisa menentukan pola penyediaan produk dalam hal ini adalah buah-buahan agar produk tersebut dapat terjual dengan cepat karena sifatnya yang mudah rusak sehingga dapat merugikan pedagang. Pola penyediaan yang dilakukan oleh pedagang tentunya memiliki faktor yang mempengaruhi dalam menjual buah tertentu.

2.2 Sistem Pemasaran Buah

Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen serta perusahaan lain. Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya mampu menjual dirinya sendiri. Idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap membeli, yang dibutuhkan adalah menyediakan produk atau jasa. Pemasaran secara lengkap merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha. Pemasaran merupakan sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan


(31)

12

barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Keputusan-keputusan dalam pemasaran harus dibuat untuk menentukan produk dan pasarnya, harga dan promosinya. Kegiatan pemasaran tidak bermula pada saat selesainya proses produksi, juga tidak berakhir pada saat penjualan dilakukan. Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen jika mengharapkan usahanya dapat berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahan (Swastha dan Sukotjo 1988).

Pertukaran merupakan konsep inti pemasaran, pertukaran merupakan proses mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Pertukaran juga merupakan suatu proses penciptaan nilai karena biasanya berakibat keadaan dua pihak menjadi lebih baik. Agar pertukaran dapat tercipta maka lima persyaratan berikut harus dipenuhi, antara lain (Kotler 2005) :

1. Sekurang-kurangnya ada dua pihak.

2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bisa bernilai bagi pihak lain. 3. Masing-masing pihak mampu mengkomunikasikan dan menyerahkan sesuatu. 4. Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak imbalan

pertukaran.

5. Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan tindakan yang tepat dan diinginkan.

Pemasaran merupakan kegiatan yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran, seperti halnya pada sistem tataniaga pertanian lainnya. Tataniaga hortikultura ditandai dengan kegiatan pengumpulan oleh pedagang pengumpul (Desa/Kecamatan/Kabupaten) dan kegiatan penyaluran atau borongan serta eceran. Karakteristik yang melekat pada produk hortikultura dan produk pertanian pada umumnya adalah produk dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar, hal ini menyebabkan sifat produk hortikultura mudah rusak (perishable) karena masih ada proses-proses lain setelah produk pertanian dipanen yaitu pengolahan pasca panen.

Menurut Haryadi dalam Despriza (2003), komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan bahan kering (dry matter).


(32)

Sifat yang voluminous atau bulky menyebabkan produk hortikultura susah diangkut dan biaya pengangkutannya mahal. Harga pasar produk hortikultura ditentukan oleh mutu (kualitas), bukan hanya kuntitasnya saja. Penanganan yang cepat dan tepat disemua tingkat tataniaga. Lembaga tataniaga yang bergerak dalam pemasaran komoditas seperti itu menghadapi resiko fisik dan ekonomis yang tinggi, sehingga dapat diperkirakan bahwa lembaga ini juga ingin mendapatkan marjin keuntungan yang tinggi.

Karakteristik produk hortikultura mudah rusak (perishable), maka peranan lembaga pemasaran sebagai pihak menghubungkan produsen buah-buahan ke konsumen sangat penting. Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas buah agar kualitas buah yang diterima konsumen tetap bagus dan tidak menurun. Salah satu lembaga pemasaran yang berperan penting dalam mempercepat sampainya produk ke tangan konsumen adalah pedagang eceran. Usaha eceran meliputi seluruh aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa langsung ke konsumen, baik digunakan untuk kepentingan bisnis maupun digunakan untuk keperluan pribadi (non bisnis).

Menurut Lukmanto dan Suharyanto dalam Despriza (2003), stategi bisnis jangka panjang pengecer dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1. Pemilihan lokasi yang strategis. 2. Menekan biaya agar relatif rendah.

3. Meningkatkan mutu private label dan menyediakan produk segar.

Keberhasilan suatu bisnis eceran juga tidak terlepas dari citra yang ditampilkan oleh pengecer, hal ini disebabkan karena citra berperan penting dalam mengkomunikasikan harapan terhadap publik dan sebagai penyaring terhadap pelayanan yang kurang baik. Citra tidak hanya dapat mempengaruhi konsumen, namun juga dapat mempengaruhi pegawai, calon pegawai dan pemilik sumber daya sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi keuangan suatu bisnis eceran.

2.3 Pasar Induk dan Pasar Penunjang

Menurut Menteri Perdagangan Republik Indonesia Tahun 2009, mendefinisikan pasar induk sebagai pusat distribusi yang menampung hasil


(33)

14

produksi petani dalam jumlah partai besar yang dibeli oleh para pedagang tingkat grosir. Komoditi pertanian tersebut kemudian dilelang atau dijual kepada para pedagang tingkat eceran untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar-pasar eceran yang tersebar di berbagai tempat mendekati lokasi para konsumen. Pasar Induk menempati area yang besar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti pergudangan, tempat pelelangan, pusat infomasi pasar, perkantoran, bongkar muat dan parkir yang lapang.

Peranan, fungsi serta guna pasar induk sebagai berikut :

1. Membantu pedagang grosir komoditi pertanian (sayur mayur dan buah-buahan) mendapatkan tempat berdagang yang layak.

2. Membina pedagang grosir menjadi pedagang yang tumbuh menjadi besar namun lebih profesional yang bisa memelihara mekanisme perdagangan yang sehat.

3. Menciptakan akses pasar dan transparansi harga bagi petani produsen sehingga mereka bisa lebih mengetahui kualitas yang dibutuhkan pasar serta lebih meningkatkan produksi dan pendapatannya.

4. Membantu pemerintah kota atau daerah dalam menata tata ruang wilayah serta membina pelaku usaha menjadi pelopor pembangunan ekonomi rakyat. 5. Membantu pemerintah dalam menciptakan pasar dalam negeri yang

terintegrasi antar wilayah. Disparitas harga antar wilayah menjadi kecil dan dengan cepat bisa di hilangkan, hal ini bisa terwujud karena sistem distribusi menjadi lebih baik dan tersedia informasi yang lebih akurat tentang dinamisme kebutuhan konsumen dan dinamisme produksi para petani.

6. Membantu agar margin distribusi menjadi lebih rendah dan tingkat fluktuasi harga konsumen lebih mudah dikendalikan.

Pasar Penunjang adalah bagian dari pasar induk yang membeli dan menampung hasil produksi petani yang berlokasi jauh dari pasar induk. Pasar ini bertugas sebagai penampung sementara karena komoditi yang berhasil ditampung akan dipindahkan ke pasar induk untuk selanjutnya dilelang ke pedagang tingkat eceran.

Pasar Penunjang dibangun di daerah yang mempunyai potensi besar sebagai sentra produksi pertanian yang berkapasitas komoditi yang


(34)

diperdagangkan lebih dari 30 Ton/hari. Berlokasi di tengah daerah produsen dan memiliki akses jalan yang cukup baik dan sarana transportasi yang cukup. Transaksi umumnya dilakukan dengan partai besar oleh para petani dengan pedagang antar daerah. Peranan, fungsi serta guna pasar penunjang sebagai berikut :

1. Membantu petani yang berada di wilayah sentra-sentra produksi mandapatkan akses pasar yang lebih dekat dan lebih transparan.

2. Merupakan sarana pengumpulan hasil produksi petani dari berbagai sentra produksi untuk kemudian diangkut ke pasar induk.

3. Membantu petani di sentra produksi mendapatkan akses permodalan karena di pasar penunjang ditempatkan lembaga keuangan mikro.

4. Membantu petani meningkatkan kualitas produksinya karena pasar penunjang menyediakan pusat informasi dan tenaga pendamping yang dapat memberikan edukasi kepada petani tentang berbagai pengetahuan teknis yang perlu diketahui para petani.

5. Menyediakan data yang lebih akurat tentang kapasitas produksi suatu sentra produksi.

6. Menyediakan informasi tentang pola tanam petani sehingga diharapkan dapat diantisipasi lebih awal kemungkinan terjadinya over supply atau lack of supply yang dapat menyebabkan harga menjadi tidak stabil.

Prosedur serta penentuan tempat lokasi berdagang di pasar induk dan dipasar penunjang ditentukan lewat kocokan (diundi), dengan prioritas atau ketentuan penempatan sebagai berikut :

1. Komoditas utama (dagangan komoditas utama pasar) dibagi merata (untuk pemerataan lokasi).

2. Komoditas umum dibagi merata setelah komoditas utama.

Pemesan tempat jualan atau lapak jualan dengan menggunakan surat pemesanan, di dalam surat pemesanan tercantum persyaratan :

1. Uang pendaftaran pemesanan tempat berjualan sebesar Rp 500.000,-. Dengan ketentuan uang pendaftaran dapat hangus jika; lapak atau los tidak ditempati paling lama setelah 2 minggu beroperasi, volume dagangan yang terjadi tidak


(35)

16

mencapai target atau tidak sesuai dengan volume yang dilaporkan pada saat pemesanan tempat.

2. Menyanggupi pembayaran administrasi penggunaan lapak sebesar Rp 75,-/Kg untuk komoditas yang dijual. Biaya administrasi merupakan pembayaran rutin setelah beroperasi, yaitu :

 Untuk barang masuk

 Biaya Administrasi sebesar Rp 75,-/Kg. Terdiri dari biaya administrasi pengelola (termasuk sewa los dan biaya prasarana) sebesar Rp 65,-/Kg, biaya buruh (biaya bongkar) sebesar Rp 10,-/Kg.

 Biaya jasa timer bongkar untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan bongkar.

 Biaya parkir.  Untuk barang keluar :

 Biaya jasa muat barang belanjaan

 Biaya timer kendaraan muat untuk mengatur ketertiban jalur kendaraan muat.

Berfungsinya Pasar Induk dan Pasar Penunjang maka petani akan sangat terbantu dalam memasarkan dan meningkatkan produksinya serta mandapatkan pendapatan yang wajar. Konsumen juga akan menikmati produk pertanian yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Para pedagang dan pengusaha akan lebih bergairah karena mendapatkan tempat yang layak dan sehat untuk berusaha. Pemerintah dapat mengendalikan harga dengan mudah karena pasar di dalam negeri menjadi lebih terintegrasi dan margin distribusi menjadi lebih rendah.

2.4 Penelitian Terdahulu

Despriza (2003), dengan judul penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penyediaan dan pendapatan pengecer buah, kasus di kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan pola penyediaan buah nasional dan impor di pedagang pengecer buah. Mengetahui faktor yang menentukan keputusan pedagang pengecer dalam menjual buah tertentu dan mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang. Tujuan pertama dilakukan dengan cara mendeskripsikan pedagang pengecer, lalu


(36)

dilanjutkan dengan matriks perbandingan berpasangan. Tujuan kedua diperoleh dengan menggunakan analisis faktor dan tujuan ketiga diperoleh dengan melakukan analisis regresi.

Pedagang pengecer kios buah didominasi oleh pedagang yang berusia 26-35 tahun yaitu sebesar 44 persen. Pedagang yang sedikit jumlahnya yang berusia 36-45 tahun dan 46-55 tahun, masing-masing sebesar 13 persen. Pedagang buah ini seperti halnya pedagang buah kelompok pertama lebih banyak yang berpendidikan SMP yaitu sebesar 43 persen. Rata-rata omset penjualan per hari adalah Rp 91.000,-. Sebanyak 43 persen pedagang mendominasi omset penjualan per hari sebesar Rp 500.000 – Rp 700.000,-. Pedagang ini umumnya melakukan pembelian buah untuk dijual 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Umumnya pedagang buah di Kota Bogor menjual buah sebanyak 8 sampai 12 jenis buah. Beberapa pedagang buah yang hanya menjual 6 jenis buah, namun ada juga pedagang yang menjual buah 14 jenis buah.

Hasil analisis faktor yang dilakukan, terbentuk tiga faktor utama (komponen utama). Komponen itu adalah komponen utama pertama, yaitu ketahanan buah terhadap kerusakan terdiri dari variabel susut (X9), bentuk (X12)

dan ketahanan fisik (X1). Bila dilihat dari nilai communility nya adalah susut

sebesar 82,8 persen, bentuk sebesar 72,3 persen dan ketahanan fisik sebesar 51,3 persen. Komponen utama kedua adalah daya tarik buah oleh konsumen terdiri dari warna (X11), cepat dibeli (X6), dan lama simpan (X3). Variabel warna mempunyai

nilai communility sebesar 63,3 persen, yang artinya sebesar 63,3 persen dari variabel ini bisa dijelaskan oleh variabel yang terbentuk. Variabel cepat dibeli memiliki nilai communility sebesar 46,8 persen. Hal ini berarti sekitar 46,8 persen dari variabel cepat dibeli bisa dijelaskan oleh tiga komponen utama yang terbentuk. Komponen utama ketiga adalah biaya dan penerimaan adalah marjin penjualan (X2) dan jarak pembelian (X5). Variabel marjin penjualan memiliki nilai communility yang cukup tinggi yaitu sebesar 78,9 persen. Hal ini berarti variabel marjin penjualan bisa menjelaskan tiga komponen yang terbentuk sebesar 78,9 persen. Variabel jarak pembelian memiliki nilai communility sebesar 78,2 persen. Nilai ini berarti variabel jarak pembelian bisa menjelaskan tiga komponen yang terbentuk sebesar 78,2 persen.


(37)

18

Hasil pendugaan terhadap pendapatan diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 71,9 persen yang artinya 71,9 persen keragaman dalam pendapatan dapat dijelaskan oleh peubah-peubah bebasnya dalam model. Variabel omset penjualan, jumlah jenis buah dan proporsi penjualan buah impor merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Proporsi omset tiga buah yang cepat laku dan proporsi omset tiga buah yang ketahanan fisiknya baik merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

Zuhriski (2008), dengan judul penelitian analisis pendapatan pedagang sayur keliling di kelurahan tegallega Kota Bogor. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut; 1) Berapa tingkat pendapatan usaha pedagang sayur keliling, 2) Apakah usaha pedagang sayur keliling menguntungkan. Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) di Kelurahan Tegallega Kota Bogor. Zuhriski dalam penelitiannya membagi penjualan sayur kedalam empat wilayah. Data dan informasi dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Alat analisis yang digunakan ∏ = TR-TC dan R/C ratio.

Analisis total penjualan yang diperoleh terlihat bahwa wilayah sangat mempengaruhi para pedagang sayur keliling dalam menjajakan sayurannya. Wilayah tiga merupakan wilayah yang memiliki nilai penjualan tertinggi bila dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya. Rata-rata pedagang sayur keliling diwilayah tiga memperoleh total penjualan dalam satu minggu sebesar Rp 620.716,67 total penjualan terendah berada pada wilayah empat. Penyebabnya karena wilayah ini tidak memiliki kepadatan penduduk seperti di wilayah tiga. Rata-rata pedagang sayur keliling di wilayah empat dalam satu minggu memperoleh total penjualan sebesar Rp 464.083,33.

Berdasarkan pendapatan tunai yang diperoleh pedagang sayur di masing-masing wilayah terlihat bahwa pedagang sayur keliling di wilayah memperoleh pendapatan tunai sebesar Rp 83.066,67 dengan pendapatan total sebesar Rp 41.469,85. Pendapatan tunai terendah terdapat pada wilayah empat dengan nilai sebesar Rp 58.100,00 dan pendapatan total sebesar Rp 20.283,07. Pendapatan tunai dipengaruhi oleh biaya-biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan oleh masing-masing pedagang di masing-masing wilayah berbeda.


(38)

Hasil analisis pendapatan pedagang sayur keliling yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha pedagang sayur keliling dimasing-masing wilayah menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C ratio di tiap-tiap wilayah. Pedagang sayur keliling di wilayah tiga memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,072. Sedangkan nilai R/C ratio terendah terdapat pada wilayah empat yakni sebesar 1,046. Dari kedua nilai R/C ratio dapat diketahui bahwa usaha pedagang sayur keliling menguntungkan karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Perbedaan R/C ratio antar wilayah tidak terlalu besar, hal ini di sebabkan karena biaya tenaga kerja dimasukkan kedalam analisis.


(39)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teori 3.1.1 Tataniaga Pertanian

Menurut Bachtiar Rivai dalam Limbong dan Situros (1987), mendefinisikan tataniaga pertanian merupakan serangkaian jasa-jasa untuk mengusahakan benda-benda mengalir mulai dari titik produksi hingga titik konsumsi. Pengertian jasa-jasa dalam hal ini termasuk atau mencakup semua fungsi yang merubah benda dalam hal bentuk, waktu, tempat atau hak milik. Pengertian jasa bila ditinjau dari segi ekonomi maka kegiatan tataniaga pertanian merupkan kegiatan yang produktif, karena memberikan kegunaan bentuk, kegunaan waktu, kegunaan tempat dan kegunaan hak milik pada komoditi hasil pertanian.

Menurut Limbong dan Situros (1987), kegiatan tataniaga pertanian dari tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan, kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi tataniaga. Fungsi tataniaga tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu :

1. Fungsi pertukaran.

Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian berhubungan dengan pemindahan hak milik dari sejumlah barang atau jasa yang dipasarkan dengan tujuan untuk persediaan produksi atau untuk dijual kembali.

Fungsi penjualan bertujuan untuk mencari atau mengusahakan agar ada pembeli atau adanya permintaan pasar yang cukup baik terhadap barang atau jasa yang dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan, selain itu fungsi penjualan juga melakukan kegiatan mencari pasar lokasi atau tempat, kwalitas maupun waktu yang tepat untuk memasarkan komoditi pada setiap pasar tujuan (pasar sasaran).


(40)

2. Fungsi fisik.

Fungsi fisik merupakan semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang atau jasa sehingga menimbulkan guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu. Fungsi fisik meliputi kegiatan Penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan bertujuan untuk menyimpan barang selama belum dijual atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu untuk diolah.

Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di daerah konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai kegiatan perencanaan jenis alat angkutan yang digunakan, volume yang akan diangkut, waktu pengangkutan dan jenis barang yang akan diangkut. Fungsi pengangkutan harus dapat direncanakan dengan matang menginggat komoditi hasil pertanian bersifat mudah busuk, dalam jumlah yang besar, memerlukan tempat, dan mudah rusak.

3. Fungsi fasilitas.

Fungsi fasilitas merupakan tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standardisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Fungsi standardisasi dan grading bertujuan untuk penentuan mutu suatu barang dengan menggunakan berbagai ukuran seperti warna, susunan kimia, ukuran bentuk, kekuatan atau ketahanan, kadar air, tingkat kematangannya dan rasa.

Fungsi penanggungan resiko merupakan resiko kejadian yang tidak diduga seperti kehilangan, kebakaran, penurunan harga. Resiko tersebut dapat saja terjadi ketika penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan. Fungsi pembiayaan meliputi penyediaan dana untuk membeli komoditi yang hendak dijual, menyediakan kredit bagi para langganan, dan membayar semua biaya-biaya dimulai dari proses pengankutan sampai proses komoditi tersebut siap dijual kekonsumen akhir. Fungsi informasi pasar meliputi kegiatan pengumpulan informasi pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut. sehingga pedagang dapat menentukan pemasaran komoditi selanjutnya.


(41)

22

Definisi tataniaga pertanian seharusnya dapat memberikan keterangan tentang komoditi, partisipan dan luas pasar dan batas pasar dengan pasar, selain itu juga dapat memberikan indikasi tentang struktur pasar atau sifat dari proses pembentukan harga, karena proses tataniaga pertanian sebenarnya dimulai sebelum komoditi dihasilkan.

3.1.2 Pasar dan Bentuk Pasar 3.1.2.1 Pasar

Menurut Swastha dan Sukotjo (1988), konsumen yang membeli suatu barang atau jasa akan terlibat dalam suatu transaksi pembelian. Transaksi jual-beli yang terjadi dilakukan oleh penjual dan pembeli. Kejadian ini berlangsung pada saat tertentu di tempat tertentu, sehingga pasar dapat dianggap sebagai suatu tempat. Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Definisi pasar dapat diketahui adanya tiga unsur penting yang terdapat dalam pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya beli mereka, dan kemauan untuk membelanjakan uangnya.

Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang menjadi objek transaksi. Kedua pihak (pembeli dan penjual), mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang.

Proses transaksi dapat berjalan dan kedua belah pihak mencapai tujuannya, masing-masing pihak akan selalu berusaha mencari informasi yang akurat dan up to date tentang berbagai hal. Pembeli berusaha mendapatkan informasi tentang barang apa saja yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, berapa jumlah yang tersedia, dimana barang tersebut tersedia serta bagaimana kualitasnya. Penjual di pihak lain, juga mencari informasi tentang barang apa saja yang dibutuhkan oleh


(42)

konsumen, kapan dibutuhkan, berapa banyak yang dibutuhkan, kwalitas seperti apa yang diinginkan dan dimana konsumen merasa senang untuk mendapatkannya.

Pembeli dan penjual pada dasarnya yang paling dibutuhkan oleh kedua belah pihak tersebut adalah adanya media atau wadah yang dapat mengumpulkan dan menyebar luaskan objek transaksi termasuk bagaimana transaksi dapat dilakukan, dalam era globalisasi seperti sekarang ini dengan semakin intensifnya penggunaan teknologi informasi, transaksi dapat dilakukan melalui jaringan internet dimana pembeli dan penjual tidak perlu harus bertemu langsung.

Hanya saja tidak semua pembeli dan penjual dapat memanfaatkan kecanggihan internet dalam melakukan transaksi, wadah ini hanya dapat digunakan oleh sebagian kecil penduduk yang mengerti tentang penggunaan internet dan memiliki cukup penghasilan yang memadai. Mayoritas penduduk masih membutuhkan wadah atau tempat transaksi yang mudah digunakan dan dijangkau, serta dimana pembeli dan penjual dapat langsung bertemu secara fisik, dalam kaitan ini agar transaksi bisa berjalan lancar, aman dan tertib, dibutuhkan tempat yang layak yaitu pasar.

3.1.2.2 Bentuk Pasar

Pasar menurut persaingannya dibagi menjadi empat, yaitu (Rahardja dan Manurung 2001; Sudarman dan Algifari 1991) :

1. Pasar persaingan sempurna (perfect competition market), seorang produsen yang beroperasi pada pasar persaingan sempurna dikatakan pada kondisi keseimbangan apabila dari output yang dia jual dapat diperoleh keuntungan maksimum atau kerugian minimum. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri sebagai berikut :

 Penjualnya banyak.

 Barang yang dijual bersifat homogen.

 Barang yang dijual seorang penjual merupakan bagian kecil dari seluruh barang yang ada di pasar tersebut.

 Setiap penjual mempunyai kebebasan masuk atau keluar pasar.  pengetahuan penjual dan pembeli tentang keadaan pasar lengkap.


(43)

24

 Mobilitas sumber ekonomi di seluruh pasar adalah bebas dan tidak ada hambatan.

2. Pasar persaingan monopoli, sebab terjadinya pasar monopoli diantaranya sebagai berikut; 1) produsen memiliki faktor produksi strategis yang tidak dimiliki oleh produsen lain. 2) pemilikan hak paten. 3) pemberian pemerintah. 4) ukuran pasar yang sangat kecil sehingga dengan satu produsen saja sudah cukup memenuhi permintaan pasar. 5) produsen menerapkan kebijaksanaan penetapan harga (lirnit pricing policy), yaitu menetapkan harga jual yang sangat rendah sehingga produsen lain tidak mau memasuki pasar tersebut. Seorang monopolis dapat menentukan harga jual di pasar bagi produk yang dihasilkannya sesuai dengan tingkat keuntungan yang dia harapkan, apabila monopolis menginginkan jumlah ouput yang terjual sedikit, maka dia harus menaikkan harga jual produknya, begitu pun sebaliknya. Pasar monopoli memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Pasar hanya terdapat satu penjual dan banyak pembeli.

 Tidak ada penjual lain yang dapat menjual output pengganti bagi output yang dijual monopolist tersebut.

 Ada halangan masuk pasar bagi penjual lain, baik bersifat alami maupun buatan (barier to entry).

3. Pasar persaingan monopolistik, struktur pasar persaingan monopolistik hampir sama dengan pasar persaingan sempurna, cuman produk yang dihasilkan didalam pasar persaingan monopolistik tidak homogen, melainkan terdiferensiasi (differentiated product). Diferensiasi produk ini mendorong produsen (penjual) untuk melakukan persaingan non harga, terutama melalui iklan untuk membangun citra terhadap produk yang dijual produsen. Walaupun ada kemungkinan produk yang di jual produsen satu dengan produsen yang lain saling menjadi subtitusi. Ciri pasar persaingan monopolistik sebagai berikut :

 Produsen (penjual) banyak.

 Barang yang dijual terdiferensiasi.

 Barang yang dijual seorang penjual merupakan bagian kecil dari seluruh barang yang ada di pasar tersebut.


(44)

 Setiap penjual mempunyai kebebasan masuk atau keluar pasar.  pengetahuan penjual dan pembeli tentang keadaan pasar lengkap.

 Mobilitas sumber ekonomi di seluruh pasar adalah bebas dan tidak ada hambatan.

4. Pasar persaingan oligopoli, pasar dimana terdiri dari hanya sedikit produsen (penjual). Produsen memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi harga pasar. Produk dapat homogen atau terdiferensiasi. Perilaku setiap produsen akan mempengaruhi perilaku produsen lainnya dalam pasar. Jadi, kondisi pasar oligopoli mendekati kondisi pasar monopoli. Ciri pasar oligopoli sebagai berikut :

 Hanya sedikit produsen (penjual).  Produknya homogen atau terdiferensiasi.

 Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.  Kompetisi non harga.

 Produsen (penjual) memperhatikan reaksi konsumen terhadap produk yang dijual.

Pasar menurut kepentingan usahanya dibagi menjadi empat, yaitu (Swastha dan Sukotjo 1988; Kotler 2005) :

1. Pasar konsumen, merupakan pasar yang terdiri dari sekelompok pembeli yang membeli barang-barang untuk dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses lebih lanjut. Termasuk dalam pasar konsumen ini adalah pembeli-pembeli individual atau pembeli rumah tangga (non bisnis). Barang yang dibeli adalah barang konsumsi. Produsen didalam pasar konsumen berusaha membangun citra produk yang unggul. Pembangunan citra ini menuntut didapatkannya pemahaman yang jelas tentang konsumen sasaran, kebutuhan-kebutuhan apa yang akan dipenuhi oleh produsen, dan pengkomunikasian penentuan posisi merek secara gencar dan kreatif.

2. Pasar penjual atau pasar bisnis, merupakan pasar yang terdiri atas individu-individu dan lembaga atau oragnisasi yang membeli barang-barang untuk dipakai lagi (bisnis), baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam memproduksi barang lain yang kemudian dijual. Barang yang dibeli adalah barang industri. Produsen yang menjual barang-barang dipasar industri atau


(45)

26

pasar bisnis menghadapi para pembeli profesional yang terlatih, terinformasi dengan baik dan terampil dalam menilai tawaran yang bersaing. Pembeli di pasar industri membeli barang berdasarkan kegunaan barang tersebut sehingga memungkinkan mereka untuk membuat atau menjual kembali produk ke pembeli lain dan juga mereka membeli produk dalam rangka mencari laba. 3. Pasar global, produsen yang menjual barang dipasar global menghadapi

keputusan dan tantangan tambahan, yaitu produsen harus memutuskan negara mana yang harus dimasuki, bagaimana cara memasuki negara tujuan, bagaimana cara mengadaptasi fitur produk dan jasa mereka ke masing-masing negara, bagaimana menetapkan harga produk mereka di negara-negara yang berlainan dalam suatu cakupan harga yang cukup sempit untuk menghindari terciptanya pasar gelap bagi barang yang di jual.

4. Pasar pemerintah, merupakan pasar dimana terdapat lembaga-lembaga pemerintah, seperti departemen-departemen, direktorat, kantor-kantor dinas, dan instansi pemerintah lainnya.

3.1.3 Pedagangan Eceran

Menurut Stanton (1996), eceran mencakup semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan penjualan barang atau jasa ke konsumen akhir untuk pemakai non bisnis atau pribadi. Meskipun eceran umumnya dilakukan melalui toko pengecer, kadang-kadang eceran juga dapat dilakukan oleh pranata-pranata lain. Perusahaan atau pabrikan, grosir atau toko pengecer yang menjual sesuatu ke konsumen akhir untuk pemakaian non bisnis dapat dikatakan sedang melakukan penjualan eceran. Hal ini berlaku tanpa melihat bagaimana produk dijual (langsung ke konsumen, melalui telepon, pos, atau mesin otomatis) atau di mana produk dijual (di toko atau langsung ke rumah konsumen).

Pengecer (retailer) atau toko eceran adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang terutama (lebih dari setengah volume penjualan toko) ke konsumen rumahtangga untuk digunakan secara non bisnis. Istilah pengecer pada umumnya sama dengan penyalur (dealer), sedangkan diluar fungsi ini, pialang yang berfungsi sebagai grosir disebut distributor.


(1)

Lampiran 19. Perhitungan Biaya Rata-rata (Rp/Kg), Penerimaan Rata-rata (Rp/Kg), Pendapatan Rata-rata (Rp/Kg), dan Titik Impas dalam

(Rp/Kios) dan (Kg/Kios) untuk Pedagang Buah Impor Data Bulan Desember 2009

No

Kode

Pedagang

Biaya Rata-rata (Rp/Kg)

Penerimaan Rata-rata

(Rp/Kg)

Pendapatan Rata-rata

(Rp/Kg)

Titik Impas (TR=TC)

(AFC)

(AVC)

(ATC)

(AR)

(π)

(Rp/Kios)

(Kg/Kios)

1

IMP-01

870

10.850

11.720

13.882

2.162

13.537.112

975

2

IMP-02

626

10.639

11.265

13.944

2.680

11.884.590

852

3

IMP-03

663

10.850

11.513

13.529

2.016

14.229.077

1.052

4

IMP-04

782

11.416

12.198

14.778

2.580

12.380.141

838

5

IMP-05

840

10.573

11.413

14.185

2.772

11.611.400

819

6

IMP-06

658

8.723

9.381

11.196

1.815

13.701.006

1.224

7

IMP-07

704

9.546

10.250

12.500

2.250

12.903.375

1.032

8

IMP-08

679

10.317

10.996

13.172

2.177

15.140.385

1.149

9

IMP-09

747

11.975

12.722

15.273

2.551

14.266.134

934

10 IMP-10

837

11.116

11.953

13.946

1.993

15.260.127

1.094

11 IMP-11

905

10.450

11.354

13.314

1.960

14.717.963

1.105

12 IMP-12

611

10.854

11.464

13.667

2.203

14.829.847

1.085

13 IMP-13

655

9.492

10.147

13.121

2.973

11.448.474

873

14 IMP-14

751

9.400

10.151

12.250

2.099

14.210.406

1.160

15 IMP-15

661

8.601

9.262

11.102

1.840

14.369.544

1.294

Rata-rata

732

10.320

11.053

13.324

2.271

13.632.639

1.032

Tertinggi

905

11.975

12.722

15.273

2.973

15.260.127

1.294


(2)

Lampiran 20. Jumlah Kios Pedagang (TU), Gaji Karyawan Tetap dalam

(Rp/Orang/Hari) dan (Rp/Kios), Biaya Bongkar Komoditi

(Rp/Kios) Data Bulan Desember 2009

No Uraian Jumlah

Terendah Tertinggi Rata-rata

1 Jumlah Kios Pedagang (TU)

 Semangka 2 5 4

 Salak 2 6 4

 Melon 2 5 4

 Pisang 2 6 4

 Mangga 2 6 4

 Import 3 6 5

2 Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

 Semangka 4 12 8

 Salak 5 15 10

 Melon 4 12 8

 Pisang 5 18 10

 Mangga 5 15 9

 Import 8 20 14

4 Gaji Karyawan Tetap (Rp/Orang/Hari)

 Semangka 20.000 40.000 27.500

 Salak 20.000 40.000 29.000

 Melon 20.000 45.000 27.500

 Pisang 20.000 40.000 27.000

 Mangga 20.000 30.000 26.000

 Import 40.000 50.000 48.667

5 Gaji Karyawan Tetap (Rp/Kios)

 Semangka 262.500 672.000 388.967

 Salak 457.100 525.000 350.000

 Melon 218.750 787.500 415.392

 Pisang 280.000 840.000 498.750

 Mangga 262.500 560.000 407.517

 Impor 700.000 1.190.000 938.389

6 Biaya Bongkar Komoditi (Rp/Kios)

 Semangka 100.000 366.667 233.625

 Salak 75.000 206.250 110.000

 Melon 175.000 291.667 216.417

 Pisang 215.385 314.103 245.300

 Mangga 67.308 112.180 84.853


(3)

Lampiran 21. Kuesioner Penelitian Bulan Desember 2009

Nama Responden

:

Tgl/bulan/tahun pengambilan data

:

...

/Desember/2009

Jenis kategori pedagang

: Grosir/Pengecer/Grosir dan Pegecer

Awal memulai usaha

: Tanggal

...

bulan

...

tahun

...

A.

Informasi Karakteristik Pedagang Buah.

1.

Umur

: ... (tahun)

2.

Status Pernikahan

:

( )Sudah Menikah ( ) Belum Menikah

3.

Jumlah tanggungan keluarga

: ...

4.

Status dalam keluarga

: ...

5.

Pendidikan Terakhir

:

( ) SD ( ) SLTP ( ) SMU ( ) Diploma ( ) Sarjana

6.

Tempat asal pedagang

: ...

7.

Pekerjaan sebelum jadi pedagang

: ...

8.

Pengalaman berdagang/lama berdagang

: ...

9.

Jumlah tenaga kerja tetap

:...(Orang)

10.

Jumlah tenaga kerja tidak tetap

:...(Orang)

11.

Jenis tempat berjualan

: Kios

12.

Nomor tempat usaha

: ...

13.

Perizinan penjualan

: ...

14.

Jumlah komoditi buah yang dijual

:...(Buah)

15.

Sumber penghasilan selain berdagang

: ...

16.

Pedagang menggunakan lembaga konsultasi : ...

B.

Pola penyediaan buah.

1.

Aktivitas penjualan

a.

Mulai jam berapa

: ...

Kuesioner ini digunakan dalam penelitian sebagai informasi dalam

penyusunan skripsi yang berjudul

Analisis Pendapatan Pedagang Buah di

PD Pasar Induk Kramat Jati

. Oleh

Tenri Wali BS

(A 14105613)

, Program

Sarjana Penyelengaraan Khusus Manajemen Agribisnis, Departemen

Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(4)

b.

Selesai jam berapa

: ...

c.

Waktu efektif penjualan

: ...

2.

Buah apa saja yang anda jual dan berapa rata-rata penjualan per harinya

Buah Import

Volumenya (Ton)

Apel Import

Pear

Lengkeng

Anggur Import

Durian Import

Buah Lokal

Melon

Semangka

Mangga

Pisang

Salak

3.

Asal pasokan buah

Buah Import

Volumenya (Ton)

Rata-rata penjualan perhari (Ton)

Apel Import

Pear

Lengkeng

Anggur Import

Durian Import

Buah Lokal

Volumenya (Ton)

Rata-rata penjualan perhari (Ton)

Melon

Semangka

Mangga

Pisang

Salak

4.

Harga beli buah dari pemasok dan harga jual buah ke konsumen

Buah Import

Pemasok (Rp/Kg)

Konsumen (Rp/Kg)

Apel Import

Pear

Lengkeng

Anggur Import

Durian Import

Buah Lokal

Pemasok (Rp/Kg)

Konsumen (Rp/Kg)

Melon

Semangka

Mangga

Pisang

Salak

5.

Ketika melakukan pemesan, berapa volume pemesanan buah

Buah Import

(Kg)

Buah Lokal

(Kg)

Apel Import

Melon

Pear

Semangka

Lengkeng

Mangga

Anggur Import

Pisang


(5)

6.

Pemesan buah-buahan dilakukan dalam jangka waktu

Buah Import

(Hari/Minggu/Bulan)

Buah Lokal

(Hari/Minggu/Bulan)

Apel Import

Melon

Pear

Semangka

Lengkeng

Mangga

Anggur Import

Pisang

Durian Import

Salak

7.

Pesanan buah dilakukan dengan cara

( ) Mendatangi langsung ke petani

( ) Petani yang mendatangi anda

Alasannya :

( ) ...

( ) ...

( ) ...

( ) ...

Alasannya :

( ) ...

( ) ...

( ) ...

( ) ...

8.

Apa alasan anda memilih buah untuk dijual

( ) Tidak mudah rusak

( ) Jarak pemasok dekat

( ) Lagi musim panen

( ) Harga jualnya mahal

( ) Buahnya laku terjual

( ) Bentuk buah tersebut menarik

( ) Rasa buah tersebut

( ) Karena Pesanan

( ) Persediaan habis

( ) Tidak mudah busuk

( ) Harga belinya murah

( ) Merupakan ciri khas toko

... ... ...

9.

Alat pengemasan buah dan kapasitasnya : ...

... ... ...

C.

Perhitungan pendapatan pedagang buah.

1.

Modal Awal (investasi)

: ...

I.

Penerimaan pedagang

2.

Harga jual buah

: ...

II.

Pengeluaran pedagang

3.

Biaya pembelian buah (kosongkan jika menggunakan kendaraan pribadi)

a.

Sewa kendaraan

: ...

b.

Ongkos perjalanan (tol dan lain-lain)

: ...

c.

Upah tenaga kerja angkut

: ...

4.

Biaya pembelian buah (kosongkan jika menyewa kendaraan)

d.

Bensin

: ...

e.

Ongkos perjalanan (tol dan lain-lain)

: ...

f.

Upah tenaga kerja angkut

: ...


(6)

5.

Biaya Pengemasan

a.

Upah tenaga kerja

: ...

b.

Plastik

: ...

c.

Kardus kemasan

: ...

6.

Biaya bongkar muat komoditi

a.

Biaya parkir

: ...

b.

Upah tenaga kerja bongkar

: ...

7.

Biaya sewa lapak/los

: ...

8.

Berapa umur kardus pengemasan

: ...

9.

Berapa umur buah yang dijual

: ...

10.

Biaya konsumsi

: ...

11.

Biaya tenaga kerja

: ...

12.

Iuran pasar (per hari/per bulan)

:

a.

Listrik

: ...

b.

Penggunaan fasilitas umum

: ...