75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Secara simultan inflasi, Gross Domestic Product GDP, Financing to Deposit
Ratio FDR, Non Performing Financing NPF, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO berpengaruh signifikan terhadap Return on
Asset ROA Bank Umum Syariah di Indonesia. 2.
Secara parsial inflasi dan Gross Domestic Product GDP berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia sedangkan Financing to Deposit Ratio FDR dan Non Performing Financing NPF berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return on
Asset ROA Bank Umum Syariah di Indonesia dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return on Asset ROA Bank Umum Syariah di Indonesia. 5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang diberikan adalah : 1.
Bank Umum Syariah di Indonesia harus memperhatikan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO karena Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap Return on Asset ROA.
76 2.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar dapat menambah jumlah sampel penelitian dari Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Peneliti selanjutnya juga dapat menambahkan variabel-variabel dari dalam atau dari luar bank untuk melihat seberapa besar pengaruhnya terhadap
profitabilitas bank terutama untuk Bank Syariah. Selain itu, dimungkinkan juga melakukan penelitian tidak hanya di Indonesia, melainkan dapat melakukan
penelitian tentang Bank Syariah yang ada di luar negeri.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Perbankan Syariah
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka mengganggap
bank merupakan lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat
di negara maju dan negara berkembang antara lain aktivitas penyimpanan dan penyaluran dana.
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak Ismail, 2013:30. Definisi bank menurut Rivai, et al. 2007:109, bank merupakan bagian
dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Berdasarkan
fungsi ini bank disebut sebagai lembaga intermediasi atau lembaga perantara. Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, bank syariah
didefinisikan sebagai bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank
12 pembiayaan rakyat syariah. Sedangkan bank umum syariah adalah bank syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Danupranata, 2013:32.
Prinsip syariah menurut UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah Danupranata, 2013: 32.
Menurut Rivai dan Arviyan 2010:306, fungsi bank-bank syariah didalam menjalankan operasinya terdiri dari:
1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening investasi deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana
shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi.
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam. 4.
Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan fungsi optional.
13 Dari kegiatan perbankan di bidang syariah tersebut digolongkan pada 3
kegiatan pokok, yaitu: 1.
Kegiatan Penghimpun Dana Funding, yaitu bank mengumpulkan dana dari masyarakat untuk disimpan. Dalam perbankan syariah, prinsip dari kegiatan
funding terdiri atas: a.
Prinsip Wadi’ah titipan, yaitu penitipan dana antara pihak pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut.
b. Prinsip Mudharabah bagi hasil, yaitu kerjasama antara pemilik dana atau
penanam modal dengan pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
2. Kegiatan Penyaluran Dana Financing, yaitu dana yang terdapat di bank dapat
disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat. Dalam perbankan syariah prinsip dari kegiatan penyaluran dana terdiri atas:
A. Prinsip jual beli, dimana bentuk akadnya bisa berupa: a.
Murabahah, yaitu pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh bank selaku shahibul maal dengan pihak yang membutuhkan melalui
transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi
shahibul al maal dan pengembaliannya dapat dilakukan secara tunai atau secara angsuran.
b. Istishna, yaitu jual beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dengan pihak penjual.
14 c.
Salam, yaitu jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
B. Prinsip Kerjasama Bagi Hasil, dimana akadnya bisa berbentuk : a.
Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. b.
Musyarakah, yaitu bentuk kerjasama dimana modal ditanggung bersama antara pelaksana dengan pemilik modal. Jadi, jika ada keuntungan maupun
kerugian, maka untung rugi tersebut dibagi dua untuk bagian yang sama besarnya.
c. Ijarah sewa, yaitu sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan
pembayaran sewa menyewa murni atau sewa menyewa dengan hak untuk membeli pada akhir masa sewa.
3. Prinsip Jasa Keuangan Service, yaitu dalam melaksanakan tugasnya dibidang
jasa keuangan, pihak bank mengutip biaya jasa. Adapun bentuk jasa yang disediakan oleh pihak bank adalah:
a. Wakalah, yaitu pemberian kuasa dari nasabah kepada bank untuk
melakukan sesuatu, misalnya pembelian suatu barang. b.
Kafalah, yaitu jaminan atau garansi yang diberikan oleh peminjam kepada pihak ketiga pemberi pinjaman untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
peminjam. Dalam hukum positifnya dikenal sebagai pemberian jaminan perorangan atau perusahaan.
15 c.
Hawalah, yaitu pengalihan hutang. Dalam prakteknya mengenai hiwalah ini akan dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan factoring atau anjak
piutang. d.
Rahn Gadai, yaitu penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai jaminan.
e. Qardh, yaitu penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan syariah
dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu
tertentu. f.
Sharf, yaitu pertukaran antara emas dan perak atau sebaliknya, atau pertukaran antara mata uang asing dengan mata uang lainnya.
2.1.2 Profitabilitas
Sebagaimana dengan bank umum lainnya, tugas utama bank syariah dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba,
meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Laba merupakan garis bawah atau hasil kinerja akhir yang menunjukkan dampak bersih
dari kebijakan dan aktivitas bank dalam satu tahun keuangan. Tren dalam stabilitas dan pertumbuhan laba adalah indikator kinerja terbaik bagi sebuah bank
baik dimasa lalu maupun masa depan Greuning dan Iqbal, 2011:112. Tingkat laba yang dihasilkan oleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas.
Menurut Brigham dan Houston 2012:146, profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas,
manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.
16 Menurut Syahyunan 2013:92, profitabilitas digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen.
Definisi profitabilitas menurut Dendawijaya 2005:118, profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan
merupakan salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan yang bersangkutan. Untuk itu maka dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis
yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio profitabilitas tersebut terdiri dari Return on Assets ROA dan
Return on Equity ROE. ROA menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap nilai asset dan mencerminkan kemampuan manajemen untuk menggunakan
sumber daya bank dalam menghasilkan laba. Sedangkan ROE mencerminkan seberapa efektif manajemen bank menggunakan dana dari pemegang sahamnya.
Untuk perusahaan perbankan, penggunaan ROA lebih diutamakan karena ROA terfokus pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi
perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return on
Assets ROA dan tidak memasukkan unsur Return on Equity ROE. Menurut Dendawijaya 2005:119, Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat.
Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
17 dari penggunaan asset. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya
kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya Rivai dan Arviyan, 2010:866.
Rumus yang digunakan untuk mencari ROA adalah sebagai berikut Rivai, et al., 2007:720 :
2.1.3 Analisis Makro Ekonomi
Analisis makro ekonomi merupakan analisis terhadap faktor-faktor eksternal yang bersifat makro, yang berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar
perusahaan, sehingga tidak dapat dikendalikan secara langsung oleh perusahaan. Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan yang
dalam hal ini keputusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keputusan manajemen perusahaan perbankan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat
dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank. Sementara faktor eksternal faktor yang berasal dari luar perusahaan, meliputi kebijakan
moneter, fluktuasi nilai tukar, dan tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga dan inovasi instrument keuangan Siamat, 2005:77.
18
2.1.3.1 Inflasi
Inflasi merupakan indikator penting dan tolak ukur perekonomian yang berkaitan erat dengan daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi makro. Inflasi
juga merupakan salah satu indikator penting yang mendapat perhatian dari pemerintah disamping data ekspor, impor dan Produk Domestik Bruto PDB
www.bps.go.id. Menurut Sumanjaya, et al. 2011:97, inflasi dapat diartikan sebagai
kecenderungan kenaikan harga barang secara umum yang berlangsung sepanjang masa sehingga mengakibatkan jumlah uang yang beredar lebih besar
dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia atau nilai uang lebih rendah dihadapkan dengan nilai barang atau jasa.
Ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan bersifat uncertainty tidak menentu maka resiko dari investasi dalam asset-aset keuangan
akan meningkat dan kredibilitas mata uang domestik akan melemah terhadap mata uang global. Tingkat inflasi biasanya diukur melalui tingkat perubahan indeks
harga konsumen atau Consumer Price Index Ebert dan Griffin dalam Murhadi, 2013:72.
Inflasi yang terjadi di Indonesia dipengaruhi banyak faktor antara lain siklus tahunan yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan tingginya
inflasi. Seperti bulan Ramadhan, tahun ajaran baru dan akhir tahun atau awal tahun. Selain ketiga faktor yang sudah rutin terjadi diatas, juga ada faktor lain.
Secara teoritis ada beberapa faktor penyebab terjadinya inflasi, yakni inflasi
19 timbul karena adanya tekanan dari sisi supply cost push inflation, dari sisi
permintaan demand pull inflation dan dari ekspektasi inflasi. Faktor – faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh
depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara – negara partner dagang, peningkatan harga – harga komoditi yang diatur pemerintah
administered price, terjadinya bencana alam dan tergangggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang
dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh prilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan
ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya www.bps.go.id. Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah
satu institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank sangat rentan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya. Salah
satu teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut adalah teori dana yang dipinjamkan the Loanable Fund Theory. Dalam teori ini apabila jumlah uang
yang diminta melebihi jumlah yang disediakan, maka akan dapat mengakibatkan kenaikan harga uang atau tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga dalam hal ini
adalah suku bunga yang mencerminkan kesesuaian antara suku bunga simpanan sisi penawaran dan suku bunga pinjaman sisi permintaan. Keuntungan terbesar
bank adalah dari selisih bunga simpanan dan penawaran sehingga bank harus mampu mengelola dan sedapat mungkin mengantisipasi inflasi agar tingkat
keseimbangan mediasinya terjaga Rivai, 2008:192.
20
2.1.3.2 Gross Domestic Product GDP
Gross Domestic Product GDP merupakan faktor yang paling sering dipergunakan dalam mengukur kinerja makro ekonomi. Menurut Eber dan Griffin
dalam Murhadi 2013:71, yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product GDP adalah total nilai pasar dari barang dan jasa akhir
final goods and services yang dihasilkan di dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.
Perkembangan ekonomi suatu negara yang diukur dengan pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah
perekonomian dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam konsep nilai tambah value added yang diciptakan oleh sektor - sektor ekonomi
di wilayah yang bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan
PDB. Dengan demikian, PDB dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara atau sebagai cerminan keberhasilan
suatu pemerintahan dalam menggerakkan sektor - sektor ekonomi. PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga
konstan. PDB atas dasar harga berlaku, sering disebut dengan PDB nominal yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu periode waktu
menurut harga yang berlaku pada waktu tersebut. Sementara PDB atas dasar harga konstan, sering disebut dengan PDB riil merupakan PDB atas dasar harga konstan
dimana faktor harganya telah dihilangkan. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dari PDB atas harga konstan. Hal ini dimaksudkan agar
21 pertumbuhan ekonomi benar-benar merupakan pertumbuahan volume barang dan
jasa, bukan pertumbuhan nilai yang masih mengandung kenaikanpenurunan harga www.bps.go.id.
Keterkaitan dengan dunia perbankan adalah dimana GDP terkait dengan tabungan saving. Jika GDP naik, maka akan diikuti peningkatan pendapatan
masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung saving juga ikut meningkat. Jika tingkat tabungan tinggi maka perekonomian akan mempunyai persediaan
modal yang besar dan tingkat output yang tinggi sehingga tingkat profitabilitas juga tinggi. Jika tingkat tabungan rendah, perekonomian akan memiliki persediaan
modal yang kecil dan tingkat output yang rendah. Salah satu kegiatan bank sebagai mediasi sektor keuangan adalah mengumpulkan dana dari masyarakat dan
menyalurkannya dalam investasi. Keuntungan dari investasi itulah yang nantinya menjadi bagian dari profitabilitas suatu perusahaan Mankiw, 2007:191. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gross Domestic Product GDP tahunan sesuai dengan data lain yang digunakan. Data diambil langsung dari
Badan Pusat Statistik BPS.
2.1.4 Rasio Keuangan Perbankan Syariah 2.1.4.1 Financing to Deposit Ratio FDR
Financing to Deposit Ratio FDR adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dikerahkan oleh bank Rivai dan Arviyan, 2010:784. Menurut Dendawijaya 2005:116, Financing to Deposit Ratio FDR adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
22 Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan maka dengan demikian, jumlah dana yang menganggur bekurang sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas Rivai dan
Andria, 2008:243. Bank Indonesia menetapkan besarnya financing to deposit ratio tidak boleh melebihi 110, yang berarti bank boleh memberikan kredit atau
pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110 Rivai dan Arviyan, 2010:785.
Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk
menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran Financing to Deposit Ratio FDR, yaitu dengan memperhitungkan berbagai
aspek yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban pada bank. Apabila
hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya
akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada dibawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan
dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur idle money.
23 Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing to Deposit Ratio
FDR adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan dana pihak ketiga Rivai dan Arviyan, 2010:784.
2.1.4.2 Non Performing Financing NPF
Berdasarkan Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 dan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian dari pembiayaan, adalah “penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.
Sehubungan dengan peran bank syariah sebagai lembaga intermediary dalam kaitannya dengan penyaluran dana masyarakat atau fasilitas pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, bank syariah menanggung risiko kredit atau risiko pembiayaan. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 37 ayat 1 UU Perbankan
Syariah yang menyatakan bahwa penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam
pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah apabila pembiayaan tersebut dinyatakan bermasalah.
Pembiayaan bermasalah atau non performing financing NPF merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan yang diberikan. Misalnya berapa persen
24 jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tidak dapat ditagih
Purwanto, 2011. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan,
sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank Dendawijaya, 2005:88. Menurut Hidayat 2014:122, apabila tingkat NPF
semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami
kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah non performing
financing memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank. Adapun beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut
Djamil, 2012:73 yaitu: 1.
Faktor intern berasal dari pihak bank, terdiri dari: a.
Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah. b.
Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah. c.
Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah. d.
Proyeksi penjualan terlalu optimis. e.
Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor.
f. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable
g. Lemahnya supervisi dan monitoring.
25 h.
Terjadinya emosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian
pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat. 2.
Faktor ekstern,terdiri dari : a.
Karakter nasabah tidak amanah tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya
b. Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam
persaingan usaha c.
Usaha yang dijalankan relatif baru. d.
Bidang usaha nasabah telah jenuh. e.
Tidak mampu menanggulangi masalah kurang menguasai bisnis. f.
Meninggalnya key person. g.
Perselisihan sesama direksi. h.
Terjadi bencana alam. i.
Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi
perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.
Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas pembiayaan dipengaruhi oleh kualitas pembiayaan yang merupakan sumber utama
bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas
pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan
26 terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun
dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi.
Adapun tingkat dari Non Performing Financing dapat dihitung dengan sebuah rasio yaitu sebagai berikut :
2.1.4.3 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO sering disebut rasio efisiensi merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio biaya beban
operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya beban operasional dengan pendapatan operasionalnya Rivai, et al.,
2007:722. Adapun tingkat dari Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BOPO dapat dihitung dengan sebuah rasio yaitu sebagai berikut:
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang inflasi, Gross Domestic Product GDP, Financing to Deposit Ratio FDR, Non Performing Financing NPF, Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO dan profitabilitas, yaitu:
27
Tabel 2.1 Penelitiaan Terdahulu
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Data Hasil Penelitian
Mirza Vejzagic
dan Hashem
Zarafat 2014
An analysis of
macroecono mic
determinants of
commercial banks
profitability in Malaysia
for the period 1995-2011
Dependent: ROA
Independen:
1. GDP
2. Inflasi
3. Suku
Bunga Analisis
regresi linear
berganda 1.
GDP berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA
2. Inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap
ROA
3. Suku bunga tidak
berpengaruh signifikan terhadap
ROA
Ayu Yanita
Sahara 2013
Analisis pengaruh
inflasi, suku bunga BI dan
Produk Domestik
Bruto terhadap
Returno on Asset ROA
Bank Syariah di Indonesia
Dependen: ROA
Independen:
1. Inflasi
2. Suku bunga
BI 3.
Produk Domestik
Bruto Analisis
regresi linear
berganda 1.
Inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA.
2. Suku bunga BI
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA.
3. PDB berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
ROA.
Aulia Fuad
Rahman dan Ridha
Rochmani ka 2012
Pengaruh pembiayaan
jual beli, pembiayaan
bagi hasil dan rasio
Non Performing
Financing terhadap
Profitabilitas Bank Syariah
di Indonesia Dependen:
ROA Independen:
1. Pembiayaan
jual beli 2.
Pembiayaan bagi hasil
3. Non
Performing Financing
Analisis regresi
linear berganda
1. Pembiayaan jual beli berpengaruh
signifikan positif terhadap ROA
2. Pembiayan bagi hasil berpengaruh
signifikan negatif terhadap ROA
3. Rasio Non
Performing Financing
berpengaruh signifikan positif
terhadap ROA
28 Lanjutan Tabel 2.1
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Data Hasil Penelitian
Benget M.
Nainggo lan
2010 Pengaruh
Capital Adequacy
Ratio, Non Performing
Loan, Operational
Efficiency Ratio,
Financing to Deposit Ratio
terhadap Return on
Asset
Bank Mega Syariah
Indonesia Dependen:
Return on Asset ROA
Independen:
1. Capital
Adequacy Ratio
2. Non
Performing Loan
3. Operational
Efficiency Ratio
4. Financing to
Deposit Ratio
Analisis regresi
linear berganda
1. Capital Adequacy
Ratio memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap ROA
2. Non Performing Loan
memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA
3. Operational
Efficiency Ratio memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA
4. Financing to Deposit
Ratio tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA
Ben Khediri
Karim, Ben Ali
Mohame d Sami
dan Ben Khediri
Hichem 2010
Bank Specific,
Industry Specific and
Macroecono mic
Determinants of African
Islamic Banks
Profitability Dependen:
ROA Independen:
1. Capital ratio
2. Operational
Efficiency Ratio
3. Structure
Assets 4.
Size 5.
GDP 6.
Inflasi Analisis
regresi linear
berganda 1.
Capital Ratio berpengaruh positif
dan signifikan terhadap ROA
2. Operational
Efficiency Ratio berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROA
3. Structure Assets
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA
4. Size berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA
5. GDP berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA
6. Inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan
29 terhadap ROA
Lanjutan Tabel 2.1 Peneliti
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data
Hasil Penelitian
Adi Stiawan
2009 Analisis
pengaruh faktor
makroekono mi, pangsa
pasar dan karakteristik
bank terhadap
profitabilitas bank syariah
Dependen: ROA
Independen:
1. Inflasi
2. GDP
3. Pangsa
pasar 4.
FDR 5.
CAR 6.
NPF 7.
BOPO Asumsi
klasik dan regresi linear
berganda 1.
Inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA
2. GDP tidak
berpengaruh signifikan terhadap
ROA.
3. Pangsa pasar
berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA.
4. FDR berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA.
5. CAR berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA.
6. NPF berpengaruh
negatif signifikan terhadap ROA.
7. BOPO berpengaruh
negatif signifikan terhadap ROA.
2.3 Kerangka Konseptual