54 April 2010, dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari DivisiUnit Usaha
Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang menjadi cikal bakal Bank BJB Syariah.
10. PT. Bank Syariah BNI
Pada tanggal 19 Juni 2010 BNI Syariah beroperasi sebagai Bank Umum Syariah BUS yang sebelumnya masih berbentuk Unit Usaha Syariah UUS
didalam Bank Konvensional BNI. Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu,
komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin
meningkat.
Pada Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20
Payment Point.
11. PT. Maybank Syariah Indonesia
PT. Bank Maybank Syariah Indonesia Maybank Syariah berdiri pada Januari 1995 dengan nama PT. Bank Maybank Indocorp yang merupakan bank
joint venture Indonesia-Malaysia pertama. PT. Bank Maybank Indocorp menawarkan beragam jasa perbankan konvensional termasuk pembiayaan skala
besar untuk nasabah korporasi serta komersial. Tahun 2010, PT. Bank Maybank
55 Indocorp berubah menjadi bank syariah komersial dan berganti nama menjadi PT.
Bank Maybank Syariah Indonesia Maybank Syariah dan setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia tanggal 23 September 2010, Maybank Syariah
memulai kegiatan usaha sebagai bank syariah pada tanggal 1 Oktober 2010. Pemegang saham PT. Bank Maybank Syariah Indonesia adalah Malayan Banking
Berhad 99 dan PT. Prosperindo 1. Visi : Menjadi Bank Korporasi yang Bereputasi Sangat Baik di Indonesia
Misi: 1.
Membangun hubungan berkesinambungan melalui penciptaan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan
2. Menjadi bank yang kuat dalam mendukung transaksi lintas negara di Asia
Tenggara
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai minimum dan nilai maksimum
Ghozali, 2005:19. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Return on Asset ROA sebagai
variabel dependen. Inflasi, Gross Domestic Product GDP, Financing to Deposit Ratio FDR, Non Performing Financing NPF dan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional BOPO sebagai variabel independen. Statistik deskriptif variabel tersebut terdiri dari sampel Bank Umum
Syariah berdasarkan laporan keuangan tahunan dan data inflasi dan GDP yang
56 dirata-ratakan selama satu tahun yang diterbitkan oleh Bank Indonesia periode
tahun 2010-2014. Analisis deskriptif variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation ROA
55 -2.53
6.93 1.3302
1.45398 Inflasi
55 4.28
6.97 5.6360
.96321 GDP
55 5.02
6.18 5.7960
.44928 FDR
55 16.93
289.20 98.0527
38.49057 NPF
55 .00
7.10 2.7109
1.79610 BOPO
55 34.73
182.31 87.9849
19.93423 Valid N listwise
55
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa: 1.
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu Profitabilitas dengan perhitungan Return on Asset ROA. Nilai maksimum ROA dari 55 sampel perusahaan
dimiliki oleh PT. Bank Victoria Syariah sebesar 6,93, sedangkan nilai minimum ROA dimiliki oleh PT. Bank Panin Syariah sebesar -2,53 dengan
rata-rata ROA sebesar 1,3302 dan standart deviation simpangan baku sebesar 1,45398.
2. Variabel inflasi memiliki nilai minimum sebesar 4,28 yaitu pada tahun 2012
dan nilai maksimum sebesar 6,97 yaitu pada tahun 2013. Dengan rata-rata inflasi sebesar 5,6360 dan standart deviation simpangan baku sebesar
0,96321 dari jumlah sampel sebanyak 55. 3.
Variabel Gross Domestic Product GDP memiliki nilai minimum sebesar 5,02 yaitu pada tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 6,18 pada tahun 2010.
57 Dengan rata-rata GDP sebesar 5,7960
dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,44928 dari jumlah sampel sebanyak 55.
4. Variabel Financing to Deposit Ratio FDR memiliki nilai minimum sebesar
16,93 yaitu dimiliki oleh PT. Bank Victoria Syariah dan nilai maksimum sebesar 289,20 yaitu dimiliki oleh PT. Maybank Indonesia Syariah. Dengan
rata-rata GDP sebesar 98,0527 dan standart deviation simpangan baku
sebesar 38,49057 dari jumlah sampel sebanyak 55.
5. Variabel Non Performing Financing NPF memiliki nilai minimum sebesar
0,00 yaitu dimiliki oleh PT. Bank Panin Syariah dan PT. Maybank Indonesia Syariah dan nilai maksimum sebesar 7,10 yaitu dimiliki oleh PT. Bank Victoria
Syariah. Dengan rata-rata ROA sebesar 2,7109 dan standart deviation simpangan baku sebesar 1,79610 dari jumlah sampel sebanyak 55.
6. Variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
memiliki nilai minimum sebesar 34,73 yaitu dimiliki oleh PT. Maybank Indonesia Syariah dan nilai maksimum sebesar 182,31 yaitu dimiliki oleh PT.
Bank Panin Syariah. Dengan rata-rata ROA sebesar 87,9849 dan standart deviation simpangan baku sebesar 19,93423
dari jumlah sampel sebanyak 55.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data telah terdistribusi normal dengan uji normalitas dan untuk melihat apakah penelitian tersebut terjadi
multikolinearitas, heteroskedasitas dan autokorelasi atau tidak.
58
4.2.2.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau
menceng ke kanan. Dengan adanya tes normalitas, maka hasil penelitian kita bisa digeneralisasikan pada populasi Situmorang dan Lutfi, 2014:114. Uji normalitas
pada penelitian ini dilakukan melalui pendekatan histogram dan pendekatan normal probability plots. Pada pendekatan histogram, suatu data dikatakan
berdistribusi normal apabila distribusi data yang berbentuk lonceng tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Pada normal probability plots, suatu data
dikatakan berdistribusi normal apabila pada scatter plot terlihat titik yang mengikuti data disepanjang garis normal.
59
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Dengan melihat tampilan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa variabel berdistribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak
menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot
Pada Gambar 4.2 terlihat titik yang mengikuti data disepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan data berdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Deteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat pada besarnya nilai tolerance dan Variance
60 Inflation Factor VIF, jika nilai VIF 10 dan nilai tolerance 0,1 maka tidak
terdapat masalah multikolinearitas Situmorang dan Lutfi, 2014:147.
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
Constant 2.788
3.723 .749
.458 Inflasi
.020 .199
.013 .099
.922 .487
2.055 GDP
.568 .459
.176 1.238
.222 .421
2.375 FDR
-.001 .004
-.023 -.222
.825 .768
1.302 NPF
-.002 .085
-.003 -.028
.977 .764
1.309 BOPO
-.054 .008
-.743 -6.947 .000
.740 1.351
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Pada Tabel 4.2 diatas, perhitungan tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 yang berarti
tidak ada korelasi antara variabel independen. Sementara perhitungan nilai Variance Inflation Factor VIF tidak ada yang lebih dari 10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi. 4.2.2.3
Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu residual pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Menurut Situmorang dan Lutfi 2014:121 untuk
61 mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson
DW test.
Tabel 4.3 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .765
a
.585 .543
.98296 1.836
a. Predictors: Constant, BOPO, Inflasi, NPF, FDR, GDP b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Uji autokorelasi pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,836. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 55 dan k = 5
sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,3743 dan du sebesar 1,7681 sehingga 4-du = 2,2319. Hal ini sesuai dengan ketentuan du d 4-du, yaitu 1,7681 1,836
2,2319 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif dan negatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis regresi tidak terdapat autokorelasi.
4.2.2.4 Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau sama maka disebut homokedastisitas, demikian
sebaliknya jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan variabel
62 independennya. Alat untuk menguji heteroskedastisitas yakni dengan alat analisis
grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik Situmorang dan Lutfi, 2014:121. Analisis grafik dilakukan melalui pembacaan grafik Scatterplot
sedangkan analisis statistik dilakukan melalui uji Gletser.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
Pada Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi ini layak
untuk digunakan. Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan uji Glejser seperti pada Tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant -1.680
2.894 -.580
.564
63
Inflasi .038
.155 .048
.243 .809
GDP .405
.357 .242
1.135 .262
FDR -.003
.003 -.164
-1.041 .303
NPF .039
.066 .094
.595 .555
BOPO -.001
.006 -.035
-.221 .826
a. Dependent Variable: absut
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Pada Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa variabel inflasi, Gross Domestic Product, Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing dan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 atau 5. Artinya, tidak terjadi heteroskedastisitas pada kelima variabel
independen tersebut.
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dilakukan pada penelitian ini untuk memprediksi hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan layak dilakukan
analisis statistik. Berikut ini merupakan hasil pengolahan data dengan analisis regresi linier berganda:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant 2.788
3.723 .749
.458 Inflasi
.020 .199
.013 .099
.922 GDP
.568 .459
.176 1.238
.222 FDR
-.001 .004
-.023 -.222
.825 NPF
-.002 .085
-.003 -.028
.977 BOPO
-.054 .008
-.743 -6.947
.000 a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
64 Berdasarkan data pada Tabel 4.5 maka diperoleh model persamaan regresi
linier sebagai berikut : Y = 2,788 + 0,020X
1
+ 0,568X
2
– 0,001X
3
– 0,002X
4
– 0,054X
5
+ ɛ
Dimana : Y = Return on Asset ROA X
1
= Inflasi X
2
= Gross Domestic Product GDP X
3
= Financing to Deposit Ratio FDR X
4
= Non Performing Financing NPF X
5
= Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO ɛ = error
Persamaan regresi diatas dapat diinterprestasikan sebagai berikut: 1.
Nilai konstanta sebesar 2,788 artinya apabila nilai variabel independen inflasi, Gross Domestic Product GDP, Financing to Deposit Ratio FDR, Non
Performing Financing NPF, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO bernilai nol maka nilai variabel dependen Return on Asset
ROA konstan di 2,788. 2.
Inflasi memiliki koefisien regresi sebesar 0,020, hal ini menunjukkan bahwa jika variabel inflasi bertambah 1 satuan, maka variabel Return on Asset ROA
mengalami kenaikan sebesar 0,020.
65 3.
Gross Domestic Product GDP memiliki koefisien regresi sebesar 0,568, hal ini menunjukkan bahwa jika variabel Gross Domestic Product GDP
bertambah 1 satuan, maka variabel Return on Asset ROA mengalami kenaikan sebesar 0,568.
4. Financing to Deposit Ratio FDR memiliki koefisien regresi sebesar -0,001,
hal ini menunjukkan bahwa jika variabel Financing to Deposit Ratio FDR bertambah 1 satuan, maka variabel Return on Asset ROA mengalami
penurunan sebesar 0,001. 5.
Non Performing Financing NPF memiliki koefisien regresi sebesar -0,002, hal ini menunjukkan bahwa jika variabel Non Performing Financing NPF
bertambah 1 satuan, maka variabel Return on Asset ROA mengalami penurunan sebesar 0,002.
6. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO memiliki
koefisien sebesar -0,054, hal ini menujukkan bahwa jika variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO bertambah 1 satuan,
maka variabel Return on Asset ROA mengalami penurunan sebesar 0,054.
4.2.4 Uji Hipotesis
4.2.4.1 Uji secara Serempak Uji F
Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri inflasi, Gross Domestic Product GDP, Financing to Deposit Ratio
FDR, Non Performing Financing NPF, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO terhadap variabel dependen yaitu Return on
Asset ROA secara simultan. Uji F memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,05,
66 jika signifikansi F berada dibawah 0,05 maka variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
66.814 5
13.363 13.830
.000
a
Residual 47.344
49 .966
Total 114.158
54 a. Predictors: Constant, BOPO, Inflasi, NPF, FDR, GDP
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Dari uji F yang telah dilakukan diperoleh F hitung sebesar 13,830 sedangkan F tabel adalah 2,40. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil
tersebut maka inflasi, Gross Domestic Product, Financing to Deposit Ratio, Non Performing Financing, beban operasional terhadap pendapatan operasional
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Return on Asset ROA. F hitung lebih besar dari F tabel 13,830 2,40 dan signifikansi penelitian lebih kecil dari
0,05 0,000 0,05 dengan demikian Ha diterima.
4.2.4.2 Uji secara Parsial Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari inflasi, Gross Domestic Product, Financing to Deposit Ratio, Non
Performing Financing, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap variabel dependen yaitu Return on Asset secara parsial. Uji t memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,05, jika signifikansi t berada dibawah 0,05 maka
67 variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Apabila t hitung menunjukkan nilai lebih besar dibandingkan dengan t tabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan.
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant 2.788
3.723 .749
.458 Inflasi
.020 .199
.013 .099
.922 GDP
.568 .459
.176 1.238
.222 FDR
-.001 .004
-.023 -.222
.825 NPF
-.002 .085
-.003 -.028
.977 BOPO
-.054 .008
-.743 -6.947
.000 a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Dari hasil uji statistik t pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa: 1.
Besar t hitung variabel inflasi adalah sebesar 0,099 dengan nilai signifikansi 0,922. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel 0,099
˂ 1,676, dilihat dari signifikansinya nilai signifikansi inflasi lebih besar dari
0,05 0,922 ˃ 0,05. Maka diperoleh kesimpulan bahwa inflasi berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset ROA. 2.
Besar t hitung variabel Gross Domestic Product adalah sebesar 1,238 dengan nilai signifikansi 0,222. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih kecil dari t
tabel 1,238 ˂ 1,676, dilihat dari signifikansinya nilai signifikansi Gross
Domestic Product lebih besar dari 0,05 0,222 ˃ 0,05. Maka diperoleh
kesimpulan bahwa Gross Domestic Product berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset ROA.
68 3.
Besar t hitung variabel Financing to Deposit Ratio adalah sebesar -0,222 dengan nilai signifikansi 0,825. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih kecil
dari t tabel -0,222 ˂ 1,676, dilihat dari signifikansinya nilai signifikansi
Financing to Deposit Ratio lebih besar dari 0,05 0,825 ˃ 0,05. Maka
diperoleh kesimpulan bahwa Financing to Deposit Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset ROA.
4. Besar t hitung variabel Non Performing Financing adalah sebesar -0,028
dengan nilai signifikansi 0,977. Hasil tersebut menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel -0,028
˂ 1,676, dilihat dari signifikansinya nilai signifikansi Non Performing Financing lebih besar dari 0,05 0,977
˃ 0,05. Maka diperoleh kesimpulan bahwa Non Performing Financing berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Return on Asset ROA. 5.
Besar t hitung variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO adalah sebesar -0,947 dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil tersebut
menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel 0,947 1,676 dengan arah negatif, dilihat dari signifikansinya nilai signifikansi BOPO lebih kecil dari
0,05 0,000 0,05. Maka diperoleh kesimpulan bahwa Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return on Asset ROA.
4.3. Pembahasan
Berdasarkan pengujian secara simultan diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 13,830 dengan nilai signifikansi 0,000 dan dapat disimpulkan bahwa
inflasi, Gross Domestic Product GDP, Financing to Deposit Ratio FDR, Non
69 Performing Financing NPF, Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional BOPO secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset ROA Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2010-2014.
Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :
1. Pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah
Berdasarkan pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return on asset ROA.
Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,922 dan nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel 0,099
˂ 1,676. Hal ini bertentangan dengan teori Ebert dan Griffin dalam Murhadi
2013:72 yang menyatakan bahwa ketika suatu negara mengalami kenaikan inflasi yang tinggi dan bersifat uncertainty tidak menentu maka resiko dari
investasi dalam asset-aset keuangan akan meningkat dan kredibilitas mata uang domestik akan melemah terhadap mata uang global dan hal ini berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas bank. Yang menjadi alasannya adalah inflasi tidak hanya berpengaruh buruk bagi perekonomian suatu negara, tetapi dengan adanya
inflasi yang terkendali dan sesuai dengan target pemerintah maka pertumbuhan ekonomi akan baik, sehingga pendapatan nasional dan produksi nasional akan
naik. Dengan kenaikan pendapatan nasional dan produksi nasional maka akan meningkatkan profitabilitas perbankan karena produsen akan meminjam uang
kepada bank untuk menambah modal usahanya dan untuk masyarakat dengan kenaikan pendapatan maka akan menambah tabungannya di bank. Pengaruh yang
70 tidak signifikan artinya bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh secara langsung
terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian dari Ravika Fauziah 2011 yang meneliti bahwa tidak ada
pengaruh inflasi dengan ROA Bank Muamalat dan t hitungnya bernilai positif. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Ayu Yanita Sahara 2013 yang
meneliti bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia tahun 2008-2010.
2. Pengaruh Gross Domestik Product GDP terhadap Profitabilitas Bank