Impor Sapi Tinjauan Pustaka .1 Daging Sapi

Berdasarkan tabel 4, Produksi daging sapi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 18.299,35 ton, dengan produksi terbanyak di Kota Medan mencapai 3.233,36 ton, sedangkan untuk produksi terendah berada pada daerah Gunung Sitoli sebesar 4,11 ton pada tahun 2011.

2.1.3 Impor Sapi

Dalam penyediaan daging sapi terdapat tiga pelaku utama yang perlu diperhatikan karena peranan ketiganya yang cukup signifikan dalam pencapaian ketahanan pangan daging sapi. Ketiga pelaku tersebut adalah peternakan sapi rakyat yang mengusahakan sapi lokal, industri penggemukan sapi yang mengandalkan sapi bakalan impor dan industri daging dan jeroan yang menggunakan produk daging sapi asal impor Talib, 2008. Rendahnya produksi sapi domestik menyebabkan rendahnya pula memenuhi kebutuhan akan daging sapi. Usaha yang telah dilakukan untuk menangani kekurangan sapi potong diantaranya adalah mengimpor sapi bakalan yang dilakukan sejak awal tahun 1990 dan terus meningkat hingga puncaknya tahun 1997, yaitu sebanyak 428 ribu ekor Dwiyanto, 2006. Awalnya pemenuhan permintaan daging dapat disediakan oleh peternakan rakyat. Akan tetapi karena semakin tinggi populasi masyarakat Indonesia maka kemampuan peternakan rakyat dalam memenuhi permintaan daging makin rendah. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan impor sapi bakalan yang akan digemukkan di dalam negeri selama beberapa bulan Anonimus 1, 2010. Ada 7 negara yang menguasai hampir 70 sebagai produsen sapi tetapi tidak semua negara produsen termasuk sebagai negara eksportir utama. Amerika Serikat, Brasil dan Cina adalah 3 negara produsen yang memiliki lebih dari 50 Universitas Sumatera Utara sapi potong dunia. Sedangkan Brasil, Australia, New Zealand, India dan Kanada menguasai 75 ekspor sapi potong dunia Talib, 2008. Indonesia mengimpor sapi hidup dari Australia. Jenis sapi yang diimpor yaitu Sapi Bos indicus seperti jenis sapi Brahman atau jenis campuran silang seperti sapi jenis Braford dan Droughtmaster. Sapi-sapi jenis ini sangat berhasil diternakkan di daerah tropis. Karena mempunyai ciri-ciri tahan panas, tahan terhadap kekeringan, dan serangan kutu. Sapi tersebut juga mempunyai ciri- ciri sapi jenis Bos taurus, misalnya laju pertumbuhannya tinggi, produksi susunya banyak, dan tingkat kesuburannya tinggi Anonimus 3, 2010. Sapi bakalan impor diperoleh dari Australia, walaupun harga ketika tiba di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti musim, cuaca, jarak tetapi tetap diminati oleh pihak industri penggemukan sebagai prioritas utama, karena harga beli oleh industri lebih menguntungkan daripada menggunakan sapi lokal Talib, 2008. Indonesia memilih mengimpor sapi dari Australia dan Selandia Baru selain lebih dekat juga berkaitan dengan kebijakan country based atau mengimpor sapi berbasis keamanan dan kesehatan disatu negara. Sapi yang berasal dari negara lain seperti India dan Brazil belum bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku PMK. Tujuan dari penolakan masuknya sapi dari negara tersebut karena dikhawatirkan penyakit dapat menular pada ternak yang ada di Indonesia Anonimus 4, 2012. Terdapat berbagai jenis kebutuhan pangan bangsa Indonesia yang masih disediakan melalui kegiatan impor. Ini dikarenakan ketersediaan kebutuhan Universitas Sumatera Utara pangan bagi masyarakat masih jauh dari yang dibutuhkan. Adapun total impor bahan pangan yang dilakukan pada tahun 2009. Tabel 5. Total Nilai Impor Bahan Pangan Indonesia Periode Januari- Juli 2009 No Impor Bahan Pangan Indonesia Januari-Juli 2009 1 Susu 31,04 2 Sapi Bakalan 25,53 3 Daging Sapi 9,86 4 Mentega 3,83 5 Wol dan Limbah Wol 3,44 6 Keju 3,08 7 HatiJeroan Sapi 2,55 8 Obat Hewan 2,20 9 HatiJeroan Non Sapi 2,14 10 Telur Konsumsi 0,48 11 Daging KambingDomba 0,23 Sumber: Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol1 No.2, 2013 Berdasarkan tabel 5, impor sapi bakalan merupakan impor terbanyak kedua setelah susu yaitu sebesar 25,53 sedangkan untuk impor daging sapi terbanyak ketiga dari seluruh total impor bahan pangan di Indonesia pada Januari- Juli 2009 yaitu sebesar 9,86.

2.1.4 Konsumsi Daging Sapi