pangan bagi masyarakat masih jauh dari yang dibutuhkan. Adapun total impor bahan pangan yang dilakukan pada tahun 2009.
Tabel 5. Total Nilai Impor Bahan Pangan Indonesia Periode Januari- Juli 2009
No Impor Bahan Pangan Indonesia
Januari-Juli 2009 1
Susu 31,04
2 Sapi Bakalan
25,53 3
Daging Sapi 9,86
4 Mentega
3,83 5
Wol dan Limbah Wol 3,44
6 Keju
3,08 7
HatiJeroan Sapi 2,55
8 Obat Hewan
2,20 9
HatiJeroan Non Sapi 2,14
10 Telur Konsumsi
0,48 11
Daging KambingDomba 0,23
Sumber: Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol1 No.2, 2013 Berdasarkan tabel 5, impor sapi bakalan merupakan impor terbanyak
kedua setelah susu yaitu sebesar 25,53 sedangkan untuk impor daging sapi terbanyak ketiga dari seluruh total impor bahan pangan di Indonesia pada Januari-
Juli 2009 yaitu sebesar 9,86.
2.1.4 Konsumsi Daging Sapi
Pangan yang dikonsumsi oleh penduduk terdiri dari pangan pokok dan pangan hewani. Pangan pokok sebagai sumber karbohidrat sebagian besar
dipenuhi dari konsumsi beras, sedangkan pangan hewani protein banyak diperoleh dari konsumsi daging, ikan, telur dan susu. Protein hewani ini berperan
dan berfungsi sebagai zat pembangun struktur tumbuh, zat pengatur biokatalisator, sumber energi dan sebagai hormon Nugroho, 2008.
Penduduk mengacu pada sejumlah manusia yang berdiam dalam suatu wilayah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah akan
menambah pula jumlah kebutuhan hidup. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan daging sapi juga akan meningkat. Sebaliknya, semakin rendah jumlah penduduk maka kebutuhan daging sapi juga akan berkurang Supranto, 2007.
Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani. Setiap bahan pangan mempunyai kandungan gizi yang berbeda-beda baik jumlah maupun jenisnya.
Bahkan sesama bahan pangan pun ada yang berbeda jumlahnya, untuk daging sapi mempunyai kandungan protein paling tinggi dibanding dengan daging hewan
lainnya Anonimus5, 2009.
2.1.5 Harga Daging Sapi
Laju permintaan daging sapi yang lebih tinggi dari laju pasokan domestik menyebabkan harga daging sapi domestik selalu meningkat, hingga pasokan
impor semakin membesar. Harga impor yang lebih murah justru menyesuaikan dengan harga domestik yang cenderung naik Ilham, 2009.
Dari aspek konsumsi berdasarkan budaya dan rasa, posisi daging sapi tidak tergantikan dengan daging lain. Ketersediaan daging sapi selalu dibutuhkan
baik pada kelompok kelas pendapatan tinggi, sedang maupun rendah. Perilaku konsumen yang demikian menyebabkan harga daging sapi terus meningkat.
Pemicu kenaikkan harga terutama pada saat menjelang hari besar keagamaan seperti menjelang bulan puasa dan hari raya Ilham, 2009.
Pada usaha sapi potong harga relatif stabil, namun cenderung terus meningkat. Jika terjadi peningkatan harga tidak akan turun kembali. Walaupun
harga daging sapi akan turun namun tidak akan kembali pada kondisi semula. Apalagi pada kondisi yang lebih rendah. Selain itu, konsumen daging sapi
Universitas Sumatera Utara
umumnya kelas menengah ke atas. Pada konsumen ini, kenaikkan harga tidak berpengaruh nyata terhadap permintaannya Ilham, 2009.
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan Kemendag, rata-rata kenaikan harga komoditas daging sapi per tahun mencapai 9,0. Dengan
kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai angka 14,4 dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu dari Rp 50.036kg menjadi
Rp 57.259kg. Harga daging sapi pada periode tahun 2003-2012 mengalami gejolak kenaikan harga sebesar 27,3. Secara nasional, perkembangan harga
daging sapi pada tahun 2012 sampai dengan bulan September 2012 berangsur- angsur mengalami kenaikan dari awal Januari dan mulai mengalami lonjakan
harga pada bulan Juli menjelang puasa, yaitu mencapai angka 3,36 dari Rp 74.393kg menjadi Rp 76.895kg. Sedangkan tingkat harga pada bulan
Agustus 2012 terus bergerak naik mencapai 3,78 dari Rp 76.895kg menjadi Rp 79.800kg Anonimus 7, 2012.
2.1.6 Penelitian Sebelumnya