1. Produksi Daging Sapi X
1
Untuk produksi daging sapi nilai koefisien regresi sebesar -0,001, artinya nilai ini menunjukkan ketika produksi daging sapi menurun sebesar 1.000 ton per
bulan, maka harga daging sapi di Sumatera Utara akan meningkat sebesar Rp. 1.000 per kg per bulan, dimana faktor lain dianggap tetap.
2. Impor Sapi X
2
Pada impor sapi nilai koefisien regresi sebesar 0,002, artinya nilai ini menunjukkan ketika impor sapi naik sebesar 1.000 ton maka harga daging sapi di
Sumatera Utara akan meningkat sebesar Rp. 2.000 per kg per bulan, dimana faktor lain dianggap tetap.
3. Konsumsi Daging Sapi X
3
Pada konsumsi daging sapi nilai koefisien regresi sebesar 183230,32 artinya nilai ini menunjukkan ketika konsumsi daging sapi meningkat sebesar 1
kg maka harga daging sapi akan meningkat sebesar Rp. 18.3230,32 per kg dimana faktor lain dianggap konstan.
4. Harga Daging Sapi Bulan Sebelumnya Y
t-1
Pada harga daging sapi bulan sebelumnya nilai koefisien regresi sebesar 0,894 artinya nilai ini ketika harga daging sapi bulan sebelumnya meningkat
sebesar Rp. 10.000 per kg maka harga daging sapi di Sumatera Utara juga akan meningkat sebesar Rp. 8.940 per kg, dimana faktor lain dianggap tetap.
5.2.3 Uji Kesesuaian Model
Dari tabel Lampiran diperoleh nilai R-square R
2
sebesar 0,854. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas produksi daging sapi, impor sapi, konsumsi
daging sapi dan harga daging sapi bulan sebelumnya mampu menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
variabel terikat harga daging sapi di Sumatera Utara sebesar 85,4 , sementara
14,6 dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari model persamaan.
5.2.4 Uji F Uji Simultan
Dari tabel Lampiran 6 diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,1 10. Dengan demikian H
ditolak dan H
1
diterima. Hal ini menunjukkan variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh secara nyata terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara.
5.1.5 Uji t Uji Parsial Dari tabel Lampiran 7 diperoleh nilai signifikan t:
1. Produksi Daging Sapi
Sapi potong merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan pangan hewani. Saat ini produksi
daging sapi lokal masih rendah sehingga belum mampu memenuhi permintaan masyarakat. Menurut Direktorat Jendral Peternakan 2003 dalam Hadiwijoyo
2009, bahwa sebagian besar usaha ternak di Indonesia baru mampu memenuhi kebutuhan daging sapi domestik sekitar 75 persen dari peternakan rakyat yang
skala usahanya hanya 1-5 ekor sapi dan usaha tersebut dilaksanakan sebagai usaha sampingan.
Berdasarkan hasil penelitian uji parsial untuk variabel produksi daging sapi X
1
sebesar 0,488 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α 0,1 10.
Dengan demikian H diterima dan H
1
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh produksi daging sapi terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara
adalah tidak nyata.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian berdasarkan koefisien regresi produksi daging sapi menurun sebesar 1.000 ton per bulan, maka harga daging sapi di Sumatera Utara akan
meningkat sebesar Rp. 1.000 per kg, dimana faktor lain dianggap tetap. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ketika jumlah barang yang ditawarkan lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah barang yang diminta maka harga barang tersebut meningkat.
2. Impor Sapi
Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan daging sapi domestik khusunya Sumatera Utara adalah melakukan
impor sapi. Sapi-sapi tersebut diimpor dari Australia karena memiliki laju pertumbuhan yang tinggi, tahan panas dan tingkat kesuburannya yang tinggi.
Tujuan Indonesia melakukan impor sapi bakalan adalah untuk dipelihara dalam waktu beberapa bulan dengan pemberian pakan yang cukup hingga sapi mencapai
bobot siap untuk diproduksi. Menurut Hadi 1999 dalam Kariyasa 2010 mengatakan bahwa jika tidak ada perubahan teknologi secara signifikan dalam
proses produksi daging sapi serta tidak adanya peningkatan populasi sapi, maka senjang antara produksi daging sapi dengan jumlah permintaan akan semakin
melebar, sehingga berdampak pada volume impor yang semakin membesar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai impor sapi X
2
diperoleh sebesar 0,006 yaitu lebih kecil
dibandingkan dengan α 0,1 10. Dengan demikian H
1
diterima dan H ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh impor sapi
terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara adalah nyata. Kemudian berdasarkan koefisien regresi impor sapi naik sebesar 1.000 ton maka harga
Universitas Sumatera Utara
daging sapi di Sumatera Utara akan meningkat sebesar Rp. 2.000 per kg, dimana faktor lain dianggap tetap.
3. Konsumsi Daging Sapi
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan Kariyasa 2010, komoditas daging sapi bagi sebagian penduduk Indonesia masih merupakan
barang mewah, sehingga meningkatnya jumlah penduduk tidak secara otomatis meningkatkan jumlah permintaan daging sapi. Bagi sebagian masyarakat
Indonesia konsumsi daging sapi hanya dilakukan pada hari-hari tertentu saja, misalnya hari besar keagamaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh konsumsi daging sapi X
3
diperoleh sebesar 0,099 yaitu lebih kecil
dibandingkan dengan α 0,1 10. Dengan demikian H
1
diterima dan H ditolak. Hal ini menunjukkan pengaruh konsumsi
daging sapi terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara adalah nyata. Kemudian berdasarkan koefisien regresi, jika konsumsi daging sapi meningkat
sebesar 1 kg maka harga daging sapi juga akan meningkat sebesar Rp. 18.3230,32 per kg dimana faktor lain dianggap konstan.
4. Kemudian Harga daging sapi bulan sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian harga daging sapi bulan sebelumnya Y
t-1
sebesar 0,000 yaitu lebih besar dibandingkan α 0,1 10. Dengan demikian H
ditolak dan H
1
diterima. Hal ini menunjukkan pengaruh harga daging sapi bulan sebelumnya terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara adalah nyata.
Kemudian berdasarkan koefisien regresi harga daging sapi bulan sebelumnya jika meningkat sebesar Rp. 10.000 per kg maka harga daging sapi di Sumatera Utara
juga akan meningkat sebesar Rp. 8.940 per kg, dimana faktor lain dianggap tetap.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan