Analisis Putusan Putusan Nomor 52 Pid.Sus.K2013PN.Mdn

3 Menyatakan bahwa terdakwa tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana :“Turut serta melakukan Tindak Pidana Korupsi”; 4 Menjatuhkan Pidana oleh karena itu kepada terdakwa dengan pidana penjara selama : 2 tahun dan pidana denda sebesar Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah atau diganti dengan kurungan selama satu bulan.

2. Analisis Putusan

Dalam fakta- fakta yang ada, Pengadaan Konsultan Akuntan Publik yang diadakan itu memang tidak melalui pelelangan ataupun proses tender yang bertentangan dengan ketentuan pasal 17 ayat 4 Keppres Nomor : 18 tahun 2000 yang menentukan Penunjukan Langsung adalah pengadaan jasa konsultasi yang penyedia jasanya ditentukan olek Kepala Kantor Satuan Kerja Pemimpin Proyek bagian proyek pejabat yang disamakan ditunjuk dan diterapkan untuk : a. Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah. b. Pengadaan Jasa Konsultasi yang setelah dilakukan Pelelangan Ulang hanya 1 satu peserta yang memenuhi syarat. c. Pengadaan yang bersifat mendesak khusus setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen Gubernur Bupati Walikota Direksi BUMN BUMD. d. Penyedia jasa tunggal. Universitas Sumatera Utara Biaya pekerjaan honorarium sebesar 20 dalam pengembalian PPh pasal 21 sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian kerjasama yang diparaf oleh Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si bertentangan dengan pasal 28 ayat 7 Keppres Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Instansi Pemerintah yang menyebutkan kontrak persentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi dan pekerjaan pemborongan tertentu. Dakwaan primair yang disusun oleh jaksa penuntut umum tidaklah sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Oleh karena itu terdakwa dibebaskan dari dakwaan primair. Dakwaan primair yang menuntut terdakwa dalam Pasal 2 ayat 1 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pasal tersebut mempunyai unsur yang tidak sesuai dengan perbuatan terdakwa karena terdakwa dianggap melakukan penyalahgunaan kewenangan jadi terdakwa dibebaskan dari dakwaan itu. Memang setelah ditinjau kembali, unsur dalam pasal 2 1 itu kurang memenuhi unsur dari perbuatan yang dilakukan terdakwa. Dalam kasus ini terlihat adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan terdakwa karena memperkaya orang lain dalam hal memberikan tambahan pembayaran kepada konsultan Akuntan Publik yang dianggap pembayarannya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apalagi SPM yang diberikan untuk Akuntan Publik bersifat sementara dan dianggap tidak seharusnya mencapai sebesar itu. Universitas Sumatera Utara Dalam Dakwaan Subsidair lebih lengkap dituangkan unsur-unsur tersebut dalam Pasal 3 Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi. Unsur dari Pasal 3 jo Pasal 18 tersebut adalah : 1. Setiap orang ; 2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ; 3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ; 4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara ; 5. Sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang turut serta melakukan ; Perbedaan unsur tersebut terletak dari unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat terlihat dari pengakuan Terdakwa yang berdalih membubuhkan paraf dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Konsultan Akuntan Publik tanpa membaca lembaran dokumen perjanjian tersebut adalah perintah dari Bupati Langkat padahal jika kita tinjau lagi, terdakwa adalah orang yang berpendidikan yang seharusnya tidak sembarangan membubuhkan paraf. Seharusnya dia mempelajari isi dari surat perjanjian tersebut. Dengan adanya paraf Terdakwa pada surat tersebut tanpa memperhatikan danaanggaran tersedia dan tanpa mengkaji isi surat perjanjian, maka Terdakwa haruslah bertanggung jawab atas kebenaran terhadap isi surat yang diparafnya dan Universitas Sumatera Utara Terdakwa tidak dapat berdalih karena Terdakwa adalah orang yang berpendidikan dan tentunya mengetahui apa akibat terhadap suatu paraf yang dibuat dimana sesuai fakta persidangan dana pembayaran jasa atau honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 telah dibayarkan seluruhnya kepada saksi Drs. Hasnil, Ak. MM, walaupun mulai dari proses awal penawaran dan penandatangan surat perjanjian kerja sudah tidak sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku tentang tata cara pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat. Surat Perjanjian Kerja tersebut tidak mencantumkan plafon tarif tetapi disepakati pembayaran sebesar 20 dari kompensasi pengembalian pajak penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan 2002 adalah merupakan perbuatan yang menyalahgunakan kewenangan yang bertentangan dengan : 1 Peraturan Pemerintah Nomor : 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah : a Pasal 25 menyebutkan : “tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD dan ditempat dalam lembaran daerah” ; b Pasal 27 ayat 2 menyebutkan : “setiap orang yang diberi wewenang menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab atas kebenaran dan akibat dari penggunaan bukti tersebut” ; 2 Pasal 18 ayat 3 Undang - Undang Nomor : 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara : “Pejabat yang menandatangani dan atau Universitas Sumatera Utara mengesahkan dokumen yang bekaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN APBD bertanggung jawab atas kebenaran materil dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti yang dimaksud” ; 3 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 29 tahun 2002 tentang “Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD” : 4 Pasal 27 huruf c Keppres Nomor : 18 tahun 2000 menyebutkan : “dokumen kontrak sekurang – kurangnya memuat ketentuan nilai atau harga kontrak pekerjaan serta syarat - syarat pembayaran” ; 5 Pasal 28 ayat 7 Keppres Nomor : 18 tahun 2000 menyebutkan : “kontrak presentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi dibidang konstruksi dan pekerjaan pemborongan tertentu” ; Berdasarkan pertimbangan yang ada maka terpenuhi unsur-unsur dakwaan subsidair, Terdakwa melakukan kerugian bagi negara mencapai Rp. 1.193.574.876,- satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah. Tetapi yang dilihat dari fakta yang ada, perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Langkat bersama - sama dengan saksi Drs. Hasnil, MM selaku pimpinan KAP Hasnil M. Yasin Rekan serta Bupati Langkat H. Syamsul Arifin, SE yang telah membubuhkan paraf pada Surat Perjanjian Kerja Kontrak tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku yaitu tidak adanya dilakukan tender atau pelelangan dalam penghunjukkan kantor akuntan publik yang akan mengerjakan pengurusan kompensasi restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 Universitas Sumatera Utara Kabupaten Langkat dan perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si yang yang mengusulkan dan memasukkan merencanakan anggaran untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp. 400.000.000,- empat ratus juta rupiah yang kemudian disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat untuk dana pembayaran honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan PPh pasal 21 yang dikerjakan oleh KAP Hasnil, M. Yasin Rekan adalah merupakan perbuatan yang turut serta melakukan tindak pidana. Berdasarkan pertimbangan yang ada maka Hakim pantas menjatuhkan hukuman bahwa memang si Terdakwa memenuhi unsur dakwaan subsidair lebih tepatnya pasal 18 UUNo. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Thun 2001 Tentang tindak Pidana korupsi yang memenuhi unsur “sebagai orang yang telah melakukan atau turut serta melakukan.

B. Putusan Nomor: 78PID.SUSTPK2013PN.JKT.PST

1. Kasus Posisi

a. Kronologis

Bahwa Terdakwa Sutrisno, SP, M.Hum menjabat sebagai Direktur Utama PT. Hidayah Nur Wahana berdasarkan Akta Notaris No. 26 tanggal 24 Januari 2012 tentang Pernyataan Keputusan RUPSLB Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. Hidayah Nur Wahana yang dibuat di hadapan Notaris S.S.M. Enarwanto, SH beralamat di Jl. Wonosari Km 6 No 272 A Baturetno, Banguntapan, Bantul Yogyakarta 55197. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

1 4 16

PENUTUP PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

0 2 9

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 8

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 1

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 1 28

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 36

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 3

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14