Pengaturan Pidana Denda Dalam KUHP

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah semakin tidak disukainya pidana penjara atau kurungan, karena dinilai seringkali tidak efektif terutama bagi tindak pidana tertentu seperti tindak pidana ekonomi maupun narkotika. Kurang disukai nya pidana penjara ini juga bertolak dari susut pandang “Cost and Benefit” yang berkaitan dengan masalah efisiensi. Semakin banyak penghuni penjara berarti semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh negara, sedang uang negara berarti uang rakyat juga. Jumlah biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan output yang diperoleh dari pidana perampasan kemerdekaan itu.

C. Pengaturan Pidana Denda di Indonesia

1. Pengaturan Pidana Denda Dalam KUHP

Di dalam Pasal 10 KUHP, pidana pokok terbagi atas : 1 Pidana Mati 2 Pidana Penjara 3 Pidana Kurungan 4 Pidana Denda 5 Pidana Tutupan Pidana Denda merupakan suatu bentuk pidana tertua yang lebih tua daripada pidana penjara. Mungkin setua dengan pidana mati. 54 Pembuat undang-undang tidak menentukan suatu batas maksimum yang umum, namun setiap pasal dalam KUHP ditentukan batas maksimum pidana denda yang dapat dijatuhkan oleh Hakim. Berbeda halnya dengan batas maksimum umum pidana denda yang dapat 54 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Jakarta : Pradnya Paramita, 1993, hal 53. Universitas Sumatera Utara dijatuhkan oleh Hakim. Berbeda halnya dengan batas maksimum umum pidana denda, maka dalam KUHP ada ditentukan satu batas minimum yang umum pidana denda yang tertulis dalam Pasal 30 ayat 1 yaitu : Banyaknya denda sekurang- kurangnya dua puluh lima sen. 55 Oleh karena, ancaman-ancaman hukum terhadap tindak pidana menyebabkan orang mati karena kesalahan, menyebabkan orang luka brat karena kesalahan dan menyebabkan karena kesalahannya, kebakaran, peletusan atau banjir, dalam Pasal 359, 360 dan 188 KUHP terlalu ringan sehingga perlu diperberat. Kemudian diundangkanlah Undang-Undang No. 1 Tahun 1960 yang dalam pasal 1 ditentukan bahwa : Ancaman hukuman dalam pasal-pasal 359, 360 dan 188 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dinaikkan sehingga pasal-pasal tersebut seluruhnya berbunyi sebagai berikut : Pasal 359 : Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun. Pasal 360 : 1 Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun. 2 Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah. 55 R. Soesilo, op.cit., hal 51. Universitas Sumatera Utara Pasal 188 : Barangsiapa menyebabkan karena kesalahannya kebakaran, peletusan atau banjir, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun atau hukuman denda sebanyak-banyaknya tiga ratus rupiah, jika terjadi bahaya umum untuk barang karena hal itu, jika terjadi bahaya kepada maut orang lain, atau jika hal itu berakibat matinya seseorang. Kemudian, dikarenakan jumlah-jumlah pidana denda dalam Perundang- undangan pidana, baik dalam KUHP yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1918 maupun dalam ketentuan-ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945 adalah terdapat ancaman-ancaman hukuman denda yang tidak seimbang lagi dengan beratnya tindak pidana yang dilakukan, berhubung ancaman-ancaman hukuman denda itu sekarang menjadi terlalu ringan jika dibandingkan dengan nilai mata uang pada masa kini, sehingga jumlah ancaman hukuman denda itu perlu dinaikkan. Sebagai ukuran diambil pertimbangan bahwa semua harga barang sejak tanggal 17 Agustus 1945 rata-rata telah meningkat sampai 15 kali harga pada waktu itu. Oleh karena itu, maksimum jumlah hukuman denda itu dilipatgandakan dengan 15 kali dalam mata uang rupiah. Sehingga, diundangkanlah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang No. 18 Tahun 1960, yang dalam pasal 1 ditentukan bahwa : 1 Tiap jumlah hukuman denda yang diancamkan, baik dalam KUHP, sebagaimana beberapa kali telah ditambah dan diubah dan terakhir dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1960 Lembaran Negara Tahun 1960 No. 1 maupun dalam ketentuan-ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945, sebagaimana telah diubah sebelum hari mulai berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini, harus dibaca dalam mata uang rupiah dan dilipatgandakan menjadi lima belas kali. Universitas Sumatera Utara Jadi, mengingat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 18 Tahun 1960 ini maka batas minimum yang umum denda itu sekarang menjadi 15 x 25 sen = Rp . 3,75 Ayat 2 : Ketentuan dalam ayat 1 tidak berlaku terhadap jumlah hukuman denda dalam ketentuan-ketentuan tindak pidana yang telah dimasukkan dalam tindak pidana ekonomi. Jadi, diantara peraturan-peraturan pidana yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945 ada beberapa aturan yang telah diperberat ancaman dendanya, yaitu tindak pidana yang telah digolongkan tindak pidana ekonomi sehingga tidak perlu lagi dinaikkan jumlah dendanya. Pidana denda mempunyai sifat perdata mirip dengan pembayaran yang diharuskan dalam perkara perdata terhadap orang yang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Perbedaannya ialah denda dalam perkara pidana dibayarkan kepada negara atau masyarakat dalam perkara perdata kepada orang pribadi atau badan hukum. Pidana denda dalam perkara pidana juga dapat diganti dengan pidana kurungan jika tidak dibayar. Selain itu, denda tidaklah diperhitungkan sesuai dengan jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan sebagaimana dalam perkara perdata. Pidana denda tetap dijatuhkan walaupun terpidana telah membayar ganti rugi secara perdata kepada korban. Lamanya pidana kurungan pengganti denda ditentukan secara kasus demi kasus dengan putusan Hakim, minimum umum satu hari dan maksimum enam bulan Pasal 30 ayat 3 KUHP. Maksimum ini dapat dinaikkan menjadi delapan Universitas Sumatera Utara bulan dalam hal gabungan concursus, residivis dan delik jabatan menurut pasal 52 dan 52 bis pasal 30 ayat 5 KUHP. Berdasarkan ketentuan pasal 30 KUHP tersebut, pidana denda dalam KUHP adalah hanya berbentuk uang dan tidak boleh berbentuk barang, hanya saja apabila denda tersebut tidak dibayar oleh terpidana baik karena ketidakmampuan atau ketidakmaunya, maka pidana denda itu dapat diganti ke dalam bentuk pidana kurungan yang disebut dengan hukuman kurungan subsider atau pengganti.

2. Perumusan Pidana Denda dalam Rancangan KUHP

Dokumen yang terkait

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

1 4 16

PENUTUP PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

0 2 9

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 8

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 1

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 1 28

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 36

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 3

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14