tidak dibayar harus diganti dengan hukuman kurungan selama 6 enam bulan;
5 Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 6
Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan; 7
Memerintahkan barang bukti Diserahkan kepada Kejaksaan Negeri Medan untuk dijadikan barang bukti dalam perkara lain;
8 Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000,- lima
ribu rupiah.
2. Analisis Putusan
Berdasarkan kronologis pada kasus tersebut diatas bahwa terdakwa yang
bernama Ir. Fahmi Rizal Lubis memenuhi unsur tindak pidana yang terkandung
dalam Pasal 3 Jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP yaitu:
1 Setiap orang;
2 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi; 3
Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;
4 Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Universitas Sumatera Utara
5 Sebagai orang yang melakukan atau menyuruh melakukan, atau turut
melakukan tindak pidana. Berdasarkan pertimbangan hakim yang dimaksud dengan “tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi”, berpendapat bahwa perbuatan terdakwa Ir. Fahmi Rizal Lubis selaku Manager Produksi, telah
terbukti dan telah terpenuhi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, untuk itu Majelis Hakim
berpendapat bahwa perbuatan terdakwa Ir. Fahmi Rizal Lubis telah menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung telah menguntungkan orang lain atau suatu korporasi didalam perkara Aquo yaitu : CV.
Sri Makmur dan PT. Siemens. Berdasarkan uraian dan fakta hukum yang ada, terdakwa memenuhi syarat
“menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung telah
menguntungkan orang lain atau suatu korpora si” terdakwa sebagai Manager
Produksi memiliki kewenangan membuat syarat teknis, terd akwa tidak memberitahukan adanya temuan perbedaan design flame tube yang disuplai CV.
Sri Makmur dengan flame tube yang existing, terdakwa tidak melakukan penolakan terhadap barang yang disuplai CV. Sri Makmur sebagaimana
ditentukan didalam ketentuan Pasal 35 ayat 2 Keppres Nomor : 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, akan tetapi
ternyata terdakwa telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan cara
Universitas Sumatera Utara
yang bertentangan atau tidak sesuai dengan tujuan dan filosofi dari pengadaan barang dan jasa, oleh karenanya Majelis Hakim berkeyakinan bahwa unsur :
“menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan”, telah terbukti dan terpenuhi.
Berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi, barang bukti, keterangan ahli, pemeriksaan sidang lapangan dan dihubungkan dengan keterangan terdakwa,
Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum dan ahli Joko Supriyanto, Ak.CFrA dari BPKP Pusat yang menyatakan kerugian keuangan
negara dalam perkara ini sebesar Rp. 23.616.001.500,- dua puluh tiga miliar enam ratus enam belas juta seribu lima ratus rupiah, dengan pertimbangan bahwa
faktanya hanya 1 satu unit flame tube yang mengalami kerusakan sedangkan 1 satu unit flame tube masih bagus dan bisa dioperasikan, oleh karenanya kerugian
keuangan negara dalam perkara ini adalah 1 satu unit flame tube dengan harga sebesar Rp. 11.808.000.750,- sebelas miliar delapan ratus delapan juta tujuh ratus
lima puluh rupiah. Terdakwa selaku Manager Produksi, tidak melaksanakan tugas dan
tanggung jawab dengan baik dan benar sehingga penyelenggaraan Pengelolaan Keuangan Negara dalam perkara ini yaitu alokasi anggaran untuk
kegiatanPengadaan Pekerjaan Life Time Extention LTE Major Overhouls Gas Turbine GT-12, berupa Flame Tube PLTGU DG 10530, tidak dapat dicapai
sebagaimana mestinya sesuai dengan yang ditargetkan. Bahwa dengan terbuktinya kerugian keuangan negara maka Perekonomian Negara tidak pula dibuktikan lagi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pertimbangan hakim, unsur “Sebagai orang yang melakukan atau menyuruh melakukan, atau turut melakukan tindak pidana” Dari seluruh
rangkaian fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka perbuatan terdakwa tidaklah dilakukan secara berdiri-sendiri dalam mewujudkan perbuatannya, akan tetapi
secara bersama-sama dan ada kesepakatan. Pengadaan BarangJasa haruslah sesuai dengn ketentuan ketentuan Pasal 3
Keppres Nomor : 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, secara tegas merumuskan : Pengadaan barangjasa
wajib menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adiltidak diskriminatif dan akuntabel. Pengadaan barang flame tube
tersebut tidaklah sesuai dengan pedoman yang dimaksud dalam Pasal 3 Keppres Nomor : 80 Tahun 2003 karena pengadaan flame tube ini ada perbedaan antara
flame tube lama dengan flame tube baru. Tidak lengkapnya set dalam flame tube juga membuat adanya komponen lama yang dipakai dalam pemasangan.
Seharusnya pengadaan flame tube haruslah sesuai dengan flame tube yang dibutuhkan.
PT. Siemens Indonesia yang tidak mengatakan ciri flame tube yang akan digunakan juga membuat CV. Sri Makmur menjadi salah memberikan pengadaan
flame tube. Pemasangan yang memakai komponen lama dan membuat flame tube sedikit diubah komponennya membuat garansi atas flame tube tersebut habis. Hal
tersebut mengakibatkan kerugian negara dalam pemasangan flame tube di Sektor Belawan.
Universitas Sumatera Utara
Pengadaan barang dalam flame tube ini diduga mengakibatkan kerugian keuangan negara dan perekonomian negara dan unsur turut serta yang dilakukan
beberapa terdakwa dan PT. Siemens Indonesia dengan CV. Sri Makmur yang menyebabkan pengadaan flame tube tidaklah sesuai dengan apa yang seharusnya.
Jika ditinjau dari pidana denda yang diberikan kepadanya, terdakwa memang pantas dikenai pidana denda yang lumayan besar yaitu Rp. 700.000.000,-
berdasarkan ketentuan dakwaan primair yang dipenuhi oleh perbuatannya. Penerapan pidana denda ini akan diterapkan apabila si terdakwa memilih
melakukan pembayaran, akan tetapi bisa diganti dengan pidana penjara selama 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara
216
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan sanksi pidana denda dalam sistem pemidanaan di Indonesia
pada awalnya dianggap merupakan pidana yang paling ringan begitu pula yang tertulis dalam Pasal 13 KUHP. Akan tetapi seiring dengan berjalannya
waktu ada penggeseran di dalam pemidanaan yang menampilkan pidana denda mengganti posisi pidana kebebasan, berorientasi pada pertimbangan
meningkatnya kesejahteraan dan kemampuan financial pada semua golongan masyarakat tersebut. Pidana denda juga semakin ditingkatkan
dalam peraturan- peraturan di luar KUHP ataupun di dalam RUU KUHP.
2.
Penerapan pidana denda dalam pemidanaan di Indonesia berdasarkan ketiga kasus korupsi tersebut terlihat belum maksimal. Kasus tersebut adalah
putusan Nomor 52Pid.Sus.K2013PN.Mdn, putusan Nomor: 78PID.SUSTPK2013
PN.JKT.PST, dan putusan Nomor. 94Pid.Sus.K2013 PN.Mdn. Ketiga kasus tersebut adalah kasus Tindak Pidana Korupsi yang diatur di dalam
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
. Dalam ketiga kasus korupsi tersebut terlihat bahwa penegak hukum dalam penjatuhan pidana pidana
denda memberikan pilihan yaitu pidana denda dan kurungan. Pada Putusan
Nomor 52Pid.Sus.K2013PN.Mdn memenuhi unsur turut serta dalam Pasal 18 dan dikenai pidana denda Rp. 50.000.000,-, Putusan Nomor
78PID.SUSTPK2013 PN.JKT.PST memenuhi unsur Pasal Pasal 2 ayat
Universitas Sumatera Utara