Analisis Putusan Putusan Nomor 94Pid.Sus.K2013PN.Mdn.

tidak dibayar harus diganti dengan hukuman kurungan selama 6 enam bulan; 5 Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; 6 Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan; 7 Memerintahkan barang bukti Diserahkan kepada Kejaksaan Negeri Medan untuk dijadikan barang bukti dalam perkara lain; 8 Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000,- lima ribu rupiah.

2. Analisis Putusan

Berdasarkan kronologis pada kasus tersebut diatas bahwa terdakwa yang bernama Ir. Fahmi Rizal Lubis memenuhi unsur tindak pidana yang terkandung dalam Pasal 3 Jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP yaitu: 1 Setiap orang; 2 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; 3 Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan; 4 Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; Universitas Sumatera Utara 5 Sebagai orang yang melakukan atau menyuruh melakukan, atau turut melakukan tindak pidana. Berdasarkan pertimbangan hakim yang dimaksud dengan “tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi”, berpendapat bahwa perbuatan terdakwa Ir. Fahmi Rizal Lubis selaku Manager Produksi, telah terbukti dan telah terpenuhi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, untuk itu Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan terdakwa Ir. Fahmi Rizal Lubis telah menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung telah menguntungkan orang lain atau suatu korporasi didalam perkara Aquo yaitu : CV. Sri Makmur dan PT. Siemens. Berdasarkan uraian dan fakta hukum yang ada, terdakwa memenuhi syarat “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang secara langsung atau tidak langsung telah menguntungkan orang lain atau suatu korpora si” terdakwa sebagai Manager Produksi memiliki kewenangan membuat syarat teknis, terd akwa tidak memberitahukan adanya temuan perbedaan design flame tube yang disuplai CV. Sri Makmur dengan flame tube yang existing, terdakwa tidak melakukan penolakan terhadap barang yang disuplai CV. Sri Makmur sebagaimana ditentukan didalam ketentuan Pasal 35 ayat 2 Keppres Nomor : 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, akan tetapi ternyata terdakwa telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan cara Universitas Sumatera Utara yang bertentangan atau tidak sesuai dengan tujuan dan filosofi dari pengadaan barang dan jasa, oleh karenanya Majelis Hakim berkeyakinan bahwa unsur : “menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan”, telah terbukti dan terpenuhi. Berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi, barang bukti, keterangan ahli, pemeriksaan sidang lapangan dan dihubungkan dengan keterangan terdakwa, Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum dan ahli Joko Supriyanto, Ak.CFrA dari BPKP Pusat yang menyatakan kerugian keuangan negara dalam perkara ini sebesar Rp. 23.616.001.500,- dua puluh tiga miliar enam ratus enam belas juta seribu lima ratus rupiah, dengan pertimbangan bahwa faktanya hanya 1 satu unit flame tube yang mengalami kerusakan sedangkan 1 satu unit flame tube masih bagus dan bisa dioperasikan, oleh karenanya kerugian keuangan negara dalam perkara ini adalah 1 satu unit flame tube dengan harga sebesar Rp. 11.808.000.750,- sebelas miliar delapan ratus delapan juta tujuh ratus lima puluh rupiah. Terdakwa selaku Manager Produksi, tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik dan benar sehingga penyelenggaraan Pengelolaan Keuangan Negara dalam perkara ini yaitu alokasi anggaran untuk kegiatanPengadaan Pekerjaan Life Time Extention LTE Major Overhouls Gas Turbine GT-12, berupa Flame Tube PLTGU DG 10530, tidak dapat dicapai sebagaimana mestinya sesuai dengan yang ditargetkan. Bahwa dengan terbuktinya kerugian keuangan negara maka Perekonomian Negara tidak pula dibuktikan lagi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pertimbangan hakim, unsur “Sebagai orang yang melakukan atau menyuruh melakukan, atau turut melakukan tindak pidana” Dari seluruh rangkaian fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka perbuatan terdakwa tidaklah dilakukan secara berdiri-sendiri dalam mewujudkan perbuatannya, akan tetapi secara bersama-sama dan ada kesepakatan. Pengadaan BarangJasa haruslah sesuai dengn ketentuan ketentuan Pasal 3 Keppres Nomor : 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, secara tegas merumuskan : Pengadaan barangjasa wajib menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adiltidak diskriminatif dan akuntabel. Pengadaan barang flame tube tersebut tidaklah sesuai dengan pedoman yang dimaksud dalam Pasal 3 Keppres Nomor : 80 Tahun 2003 karena pengadaan flame tube ini ada perbedaan antara flame tube lama dengan flame tube baru. Tidak lengkapnya set dalam flame tube juga membuat adanya komponen lama yang dipakai dalam pemasangan. Seharusnya pengadaan flame tube haruslah sesuai dengan flame tube yang dibutuhkan. PT. Siemens Indonesia yang tidak mengatakan ciri flame tube yang akan digunakan juga membuat CV. Sri Makmur menjadi salah memberikan pengadaan flame tube. Pemasangan yang memakai komponen lama dan membuat flame tube sedikit diubah komponennya membuat garansi atas flame tube tersebut habis. Hal tersebut mengakibatkan kerugian negara dalam pemasangan flame tube di Sektor Belawan. Universitas Sumatera Utara Pengadaan barang dalam flame tube ini diduga mengakibatkan kerugian keuangan negara dan perekonomian negara dan unsur turut serta yang dilakukan beberapa terdakwa dan PT. Siemens Indonesia dengan CV. Sri Makmur yang menyebabkan pengadaan flame tube tidaklah sesuai dengan apa yang seharusnya. Jika ditinjau dari pidana denda yang diberikan kepadanya, terdakwa memang pantas dikenai pidana denda yang lumayan besar yaitu Rp. 700.000.000,- berdasarkan ketentuan dakwaan primair yang dipenuhi oleh perbuatannya. Penerapan pidana denda ini akan diterapkan apabila si terdakwa memilih melakukan pembayaran, akan tetapi bisa diganti dengan pidana penjara selama 6 bulan. Universitas Sumatera Utara 216

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perkembangan sanksi pidana denda dalam sistem pemidanaan di Indonesia pada awalnya dianggap merupakan pidana yang paling ringan begitu pula yang tertulis dalam Pasal 13 KUHP. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu ada penggeseran di dalam pemidanaan yang menampilkan pidana denda mengganti posisi pidana kebebasan, berorientasi pada pertimbangan meningkatnya kesejahteraan dan kemampuan financial pada semua golongan masyarakat tersebut. Pidana denda juga semakin ditingkatkan dalam peraturan- peraturan di luar KUHP ataupun di dalam RUU KUHP. 2. Penerapan pidana denda dalam pemidanaan di Indonesia berdasarkan ketiga kasus korupsi tersebut terlihat belum maksimal. Kasus tersebut adalah putusan Nomor 52Pid.Sus.K2013PN.Mdn, putusan Nomor: 78PID.SUSTPK2013 PN.JKT.PST, dan putusan Nomor. 94Pid.Sus.K2013 PN.Mdn. Ketiga kasus tersebut adalah kasus Tindak Pidana Korupsi yang diatur di dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi . Dalam ketiga kasus korupsi tersebut terlihat bahwa penegak hukum dalam penjatuhan pidana pidana denda memberikan pilihan yaitu pidana denda dan kurungan. Pada Putusan Nomor 52Pid.Sus.K2013PN.Mdn memenuhi unsur turut serta dalam Pasal 18 dan dikenai pidana denda Rp. 50.000.000,-, Putusan Nomor 78PID.SUSTPK2013 PN.JKT.PST memenuhi unsur Pasal Pasal 2 ayat Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

1 4 16

PENUTUP PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

0 2 9

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 8

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 1

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 1 28

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 36

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 3

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14