Fakta-Fakta Hukum Kasus Posisi

31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat 1 ke - 1 KUH Pidana ; 2 Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sidengan pidana penjara selama 7 tujuh tahun dan 6 enam bulan ; 3 Menghukum terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Simembayar denda sebesar Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah, subsidair : 3 tiga bulan kurungan ;

d. Fakta-Fakta Hukum

1 Keterangan Saksi Keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang mengenai suatu peristiwa pidana yang saksi dengar sendiri, saksi lihat sendiri, dan saksi alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya. Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian menjadi saksi tercantum dalam pasal 168 KUHAP. 71 a Saksi : Sudarsono, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi menyatakan bahwa pada tahun 2002 ada Surat Edaran dari Dirjen Anggaran yaitu Surat Edaran Nomor : SE - 49 A 2002 yaitu tentang Perubahan Tarif PPh pasal 21. Setelah adanya Surat Edaran dari Dirjen Anggaran tersebut yang membuat pada penggajian pada Pemkab Langkat ada kelebihan pembayaran atau ada kelebihan pemungutan pajak penghasilan yang berlaku untuk semua PNS secara keseluruhan dan kelebihan pembayarannya berjumlah sekitar Rp. 5.967.874.380,-. Lalu Akuntan Publik datang ke Bagian Keuangan untuk melakukan input data pada Sub Bagian Gaji kemudian data tersebut dibawa oleh 71 Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Op.,cit, hlm. 237. Universitas Sumatera Utara Akuntan Publik untuk dilakukan penghitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan dan pada tanggal 3 Juli 2003 terbit Surat Ketetapan Pajak yang menyatakan adanya kelebihan pajak dengan jumlah keseluruhannya Rp. 5.967.874.380,-. Saksi mengetahui adanya kelebihan pembayaran pajak PPh pasal 21 Pemkab Langkat malah diuntungkan sebesar Rp. 5 milyar lebih. b Saksi : Khairul, saksi menerangkan sebagai berikut : Terkait dengan pajak penghasilan, saksi mengetahui ada perubahan, karena dari tarif sebesar 10 menjadi 5 . Saksi mengetahui mengenai kelebihan itu yang jelas akan menjadi kas daerah, karena untuk gaji PNS itu memang ada dipotong pajak tapi juga diberikan tunjangan sebesar pajak, itu terdapat di daftar gaji. Pada bulan Desember 2002 kelebihan pembayaran pajak 5 jumlahnya Rp. 7 milyar sekian dan saksi tidak pernah bertemu dengan akuntan publik. c Saksi : Dhani Setiawan Isma, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut : Seingat saksi awalnya ada seseorang datang menghadap Bupati Langkat dengan membawa map biru yang berisi penawaran pekerjaan kompensasi restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang bernama dr. Safrudin dan saksi ada dipanggil Bupati Langkat untuk mengantarkan dr. Safrudin kepada Terdakwa dan selanjutnya saksi tidak mengetahui lagi proses perkembangannya. saksi pernah melihat surat Nomor : 049 Pro - tax Y XI 02 tanggal 18 Nopember 2002 perihal penawaran kompensasi restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 dari Kantor Akuntan Publik yang dibawa langsung oleh dr. Safrudin. Universitas Sumatera Utara d Saksi : Drs. Masri Zein, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi tidak mengetahui tentang pembayaran sebesar Rp. 800 juta dan saksi tidak mengetahui sama sekali kalau khusus terhadap perubahan APBD. Setahu saksi untuk penujukkan langsung akuntan untuk menghitung pajak itu adalah kalau nilainya dibawah Rp. 300 juta lebih dari itu, harus melalui tender dan saksi tidak medengar adanya proses tender terhadap penunjukkan akuntan public. Saksi juga tidak mengetahui adanya pemotongan pajak PPh pasal 21 bagi PNS di Pemkab Langkat. e Saksi : Buyung Ritonga, saksi menerangkan sebagai berikut : Pemberitahuan yang diberikan Terdakwa selaku atasan saksi bahwa ada kelebihan pembayaran pajak PPh pasal 21 bagi PNS tetapi tidak ada penjelasan mengenai nantinya pada periode satu atau dua tahun kedepan terhadap PNS pada Pemkab Langkat tidak dilakukan pemungutan PPh pasal 21 lagi dan ada melibatkan pihak ketiga yaitu pihak konsultan akuntan publik yang bernama Sdr. Drs. Hasnil. Saksi ikut dalam melakukan pemotongan PPh pasal 21 yang mana jumlah kelebihan pembayaran yang totalnya untuk tahun 2001 dan 2002 berjumlah Rp. 5.967.874.380,-. Terhadap pembayaran kepada akuntan publik sebanyak satu kali hanya satu kali SPM sebesar Rp. 400 juta dan untuk yang kedua kalinya sebesar Rp. 793 juta sekian dan uangnya saksi serahkan kepada Terdakwa untuk diserahkan kepada akuntan publik dan jumlah keseluruhan SPM ada berjumlah 9 sembilan SPM. Universitas Sumatera Utara f Saksi : H. Syahrizal, SE, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi tidak mengetahui mengenai suatu kebijakan atau suatu Surat Edaran dari Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak bahwa ada restitusi terhadap pajak penghasilan. Saksi tidak pernah mendengar bahwa dalam tenggang waktu tahun pajak 2001 dan 2002 ada kelebihan pembayaran pajak terhadap Pegawai Negeri Sipil yang telah dilakukan pemotongan oleh bendaharawan gaji. Saksi mengetahui pada saat penyusunan APBD tahun 2003 atas perintah atasan saya untuk menampung biaya perhitungan restitusi kelebihan pajak PPh 21 sebesar Rp. 400 juta tetapi saksi tidak mengetahui apakah ada revisi terhadap APBD tersebut karena masih dianggap kurang untuk melakukan pembayaran karena adanya kesepakatan dengan pihak ketiga karena yang saksi ketahui yang ditahun 2003 itu saja, dimana yang pertama adalah sebesar Rp. 400 juta yang murni ditampung di APBD dan di Perubahan APBD sebesar Rp. 800 juta di Perubahan APBD 2003. Saksi mengetahui mengenai kelebihan tersebut setelah ada di laporan keuangan baru saksi tahu bahwa biaya restitusi itu sudah masuk dan pada waktu akan menampungkan yang sebesar Rp. 800 juta baru saksi tahu bahwa untuk biaya restitusi itu kurang sebesar Rp. 800 juta lagi. Saksi menerima gaji pada tahun 2003 sesuai dengan jumlah bersihnya dan mengenai apakah ada potongan atau tidak itu tidak saksi perhatikan. g Saksi : Amir Hamzah, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi tidak pernah melihat dan membaca mengenai surat edaran dari Dirjen Pajak mengenai perubahan pajak penghasilan. Mengenai hal pembayaran itu saksi Universitas Sumatera Utara mengetahuinya dan itu adalah berdasarkan SPM yang dimajukan oleh rekanan, maka kemudian dibayarlah uang sebesar Rp. 400 juta dan jumlah tersebut sudah ada dalam anggaran dan itu merupakan beban tetap dan dibebankan untuk biaya konsultasi jasa konsultan sebagai pihak ketiga. Saksi tidak mengetahui tentang tender pihak ketiga untuk perhitungan kelebihan pembayaran pajak dan mengenai masalah tender ataupun penunjukan langsung saksi tidak tahu, yang saksi ketahui adalah seputaran SPM saja. Ada perubahan itu adalah mengenai pembayaran sebesar Rp. 800 juta dan itu yang saksi ketahui sedangkan selebihnya saksi tidak tahu. Saksi tidak pernah ketemu dengan Drs. Hasnil MM dan yang menandatangani SPM yang Rp. 400 juta dan Rp. 800 juta tersebut adalah Terdakwa Drs. Surya Djahisa. h Saksi : Yantini Syafriani, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi tidak pernah menangani atau menerbitkan atau menandatangani SPMU terkait dengan kelebihan pembayaran pajak. Mengenai dana sebesar Rp. 800 juta adalah merupakan dana yang ditampung dalam anggaran perubahan APBD tahun 2003. Saksi tidak mengetahui mengapa terjadi perubahan pembayaran dari Rp. 400 juta menjadi Rp. 800 juta. Saksi mengetahui mengenai pemotongan dari 10 menjadi 5 berdasarkan Surat Edaran dari Dirjen Pajak tetapi saksi tidak tahu siapa yang menerima uang Rp. 800 juta. Pada waktu pencairan anggaran tersebut yaitu pada waktu penandatanganan SPM, itu sudah tidak ada uangnya lagi dan sudah dalam bentuk kwitansi. Bukan saksi yang membuat pertanggung jawaban tersebut, yang ada sama saksi sebagai bendahara sekretariat adalah anggaran yang sudah dicairkan Universitas Sumatera Utara dan kemudian saksi akan menuntut pertanggung jawabannya yang sebesar Rp. 800 juta, dan karena didalam pertanggung jawaban Surat Perintah Kerja-nya dan lain sebagainya sama dengan yang Rp. 400 juta, maka saksi hanya terima kwitansi saja. Saksi melihat bahwasannya kompensasinya adalah pada tahun 2001 dan tahun 2002 untuk PPh pasal 21 yang jumlahnya sebesar Rp. 5,9 milyar. Didalam pasal 14 ayat 2 didalam surat perjanjian disebutkan bahwasannya pembiayaan adalah sebesar 20 dari jumlah kompensasi yang dikembalikan. Untuk pemotongan pajak PPh pasal 21 setiap tahunnya dilakukan dibagian di Bagian Keuangan. i Saksi : Drs. Hasnil, Ak, saksi menerangkan sebagai berikut : Pada waktu itu ada seminar mengenai restitusi pajak, berarti dalam hal ini ada pekerjaan untuk pemerintah daerah mengenai restitusi pajak ini, kemudian setelah adanya informasi tersebut ada beberapa kantor akuntan publik yang juga melakukan restitusi pajak tersebut diseluruh wilayah Indonesia, jadi di Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi dan daerah lainnya ada dilakukan pekerjaan tersebut. Tercantum dalam surat penawaran tersebut adalah mengenai hal - hal sehubungan dengan adanya perubahan tarif PPh pasal 21. Tarif yang saksi tawarkan adalah sebesar 35 , tapi setelah bulan Januari 2003, karena ada kesalahan dari penawaran tersebut, oleh Bupati katanya dirubah, katanya “jumlahnya terlalu besar”, sehingga jadinya 20 , makanya saksi buat lagi penawaran di bulan Januari 2003. Pada waktu pembayaran saksi hanya diberikan Rp. 400 juta sebagai uang muka terlebih dahulu, setelah uang muka sebesar Rp. 400 juta saksi harus Universitas Sumatera Utara menunggu lagi selama 5 atau 6 bulan, baru pada bulan Desember 2003 saksi dibayar lagi sebesar Rp. 793 juta dan pada saat pembayaran tersebut saksi meminta tolong Pak Surya Djahisa. Kemudian oleh Pak Surya Djahisa itu dibagi dua lagi, saksi terima dulu sebesar Rp. 500 juta baru beberapa hari kemudian saksi menerima lagi sebesar Rp. 293 juta. Bahwa yang saksi bicarakan saat bertemu dengan Terdakwa adalah mengenai hal yang berhubungan dengan restitusi pajak dan akan berhubungan dengan Kabag Keuangan sehubungan dengan data - data yang akan diminta, makanya saksi kemudian dibawa ke Terdakwa Surya Djahisa pada waktu itu untuk membahas mengenai SPK. Setelah saksi bertemu dengan Terdakwa Surya Djahisa, setelah itu saksi diajak untuk ketemu dengan Bupati untuk tanda tangan SPK dan setelah dirembuk kapan pelaksanaan pekerjaannya dimulai, ada saksi katakan bahwa target saksi dalam penyusunan ini adalah selama 3 tiga bulan, tapi dalam SPK karena pekerjaan itu adalah berhubungan dengan kantor pajak biasanya untuk mengerjakannya memakan waktu lebih kurang antara 3 sampai 4 bulan, jadi didalam SPK dibuat 6 bulan kerja. Dalam pembicaraan dengan Terdakwa tidak ada dibicarakan tentang fee karena disitu Bupati telah setuju mengenai fee sebesar 20 tersebut, dari jumlah fee yang saksi terima, tidak ada diberikan kepada Terdakwa. Mekanisme restitusi pajak itu harus dilakukan oleh kantor pelayanan pajak, tapi data - datanya itu harus disiapkan oleh pihak pemerintah daerah setempat, misalnya harus disiapkan oleh Pemkab Langkat, bisa juga oleh konsultan untuk melakukan restitusi tersebut, jadi tidak bisa terhadap restitusi itu dilaksanakan, Universitas Sumatera Utara misalnya disini ada kelebihan sebesar Rp. 5 milyar, dan kantor pelayanan pajak tidak mengambil datanya, tidak mungkin seperti itu, itu yang pertama, yang kedua, karena disini ada undang - undang yang memisahkan mengenai pajak tersebut, karena tadinya hanya satu, pemerintah daerah dengan pemerintah pusat hanya satu, karena adanya perubahan itu dan karena pemerintah daerah adalah berdiri sendiri baru bisa dilaksanakan restitusi, sedangkan PNS pusat seperti PNS Kejaksaan atau PNS Mahkamah Agung yang digaji dari pusat itu tidak bisa dilaksanakan restitusi, karena untuk pusat itu berhubungan dengan pusat. j Saksi : M. Husni Hatib, S.Sos, M.Si, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi hanya menangani masalah restitusi tahun 2010 keatas. Pada saat itu saksi ada juga bertanya pada teman - teman yang kebetulan ada juga menangani kasus yang sama, memang pada waktu itu ada kelebihan pembayaran karena tarif. Setahu saksi terhadap kelebihan pembayaran itu seharusnya itu dikompensasi bukan di restitusi, misalnya dibulan Januari, pada bulan berikutnya yaitu di bulan Februari itu pajaknya tidak dipotong tapi dikompensasikan. Pada saat tahun 2001 sampai tahun 2008 tidak ada keterlibatan pihak kantor pajak, karena petugas pajak itu tidak boleh mengintervensi, kalau sekarang sudah ada AR yang bisa mendampingi wajib pajak untuk menghitungnya. k H. Syamsul Arifin, SE, saksi menerangkan sebagai berikut : Saksi mengatakan pernah dilakukan perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan pihak Kantor Akuntan Publik Hasnil, M. Jasin Rekan dalam rangka penghitungan kelebihan pembayaran pajak PNS PPh pasal 21 tahun 2001 - 2002 . Saat itu ada datang seseorang dari Jakarta bernama Hasnil Universitas Sumatera Utara menawarkan jasa kepada Kabupaten Langkat untuk menghitungkan kelebihan pajak tersebut, namun pada saat itu karena saksi kurang mengerti dan saksi menyarankan untuk membahasnya kepada pihak yang berkompeten dari Kabupaten Langkat, selanjutnya mengenai pembahasan hal tersebut saksi tidak mengetahuinya dan akhirnya saksi menandatangani kerjasama tersebut berdasarkan hasil penghitungan Kabupaten Langkat mendapat kompensasi senilai Rp. 5.967.874.380,-.. l Saksi : Marulitua Siahaan, saksi menerangkan sebagai berikut : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menerima surat pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan pasal 21 Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002, setelah diketahui bahwa SPT tersebut lebih bayar maka secara sistem dokumen tersebut dipisahkan dan dimasukkan dalam kelompok lebih bayar, selanjutnya dilakukan penelitian secara administrasi yang ditindak lanjuti dengan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak terhadap wajib pajak yang SPT-nya lebih bayar tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan bila ternyata benar lebih bayar, maka terhadap SPT pajak penghasilan kelebihan pembayaran tersebut dikompensasikan ke masa berikutnya. Bila hasil pemeriksaan terdapat kekurangan pembayaran maka diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berikut sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 tiap bulannya terhitung sejak tanggal kewajiban menyampaikan SPT dilaksanakan. Bahwa benar surat PHP - 21 WPJ. 01 KP. 0406 2003 tanggal 30 Juni 2003 perihal Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah benar tanda tangan saksi dan surat tersebut merupakan hasil pemeriksaan dari Kantor Pelayanan Pajak atas Universitas Sumatera Utara SPT PPh pasal 21 Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002 ternyata masih ada kesalahan penghitungan yakni kekurangan pembayaran sebesar Rp. 24.607.822,- untuk tahun 2001 dan sebesar Rp. 19.636.493,- untuk tahun 2002 yang diberikan kepada wajib pajak atau kuasanya. 2 Keterangan Ahli a Ahli dari Penuntut Umum 1 Ahli : Drs. Augus Hendra Simatupang, menerangkan sebagai berikut : Setelah diketahui adanya kelebihan pembayaran pajak tersebut kemudian dilakukan perhitungan pajak - pajak dari wajib pajak dan setelah pemeriksaan dilakukan apabila hasilnya menyatakan lebih bayar maka diterbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar yang kelebihannya dikompensasikan ke masa atau tahun pajak berikutnya. Untuk melakukan kompensasi tersebut, petugas pajak menerbitkan surat pemberitahuan atas kelebihan pembayaran pajak yang menyatakan bahwa kelebihan bayar tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang terhutang atas penghasilan karyawan yang bersangkutan dalam bulan berikutnya. Berdasarkan pasal 3 ayat 4 Undang - Undang Nomor : 16 tahun 2000, apabila Pemda Langkat ada kendala atau kesulitan dalam melakukan perhitungan SPT tahun 2002 maka Pemda Langkat dapat meminta kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat dan mengisi surat pemberitahuan penundaan hingga SPT tahun 2002 dapat dilaporkan maksimal 6 bulan penundaan kewajiban penyampaian SPT tahun 2002. Berdasarkan pasal 7 Undang - Undang Nomor : 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua Undang - Undang Nomor : 16 tahun 2000 Universitas Sumatera Utara tentang perubahan kedua Undang - Undang Nomor : 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan apabila ada keterlambatan, maka ada sanksi berupa denda keterlambatan sebesar Rp. 100.000,- dan untuk kelebihan pembayaran tidak akan dikenakan denda karena denda hanya dikenakan apabila ada kekurangan pajak. 2 Ahli : Drs. Berman Sihombing, menerangkan sebagai berikut : Kesimpulan terhadap pemeriksaan data tersebut adalah Berdasarkan pengujian terhadap dokumen, maka ahli menyimpulkan bahwa pengadaan jasa akuntan publik untuk perubahan SPT tahun 2001 2002 tidak sesuai dengan ketentuan yaitu sebagai berikut : 1. Pengadaan tersebut tanpa persetujuan Kepala SKPD 2. Pengadaan Jasa Akuntan Publik tidak sesuai dengan ketentuan presiden No 18 tahun 2000, belum disahkannya ABD tahun 2003, tidak ada dokumen pengadaan, tidak ada undangan dan pengumuman kepada perserta lainnya, tidak ada pelelangan. Berdasarkan peneitian ahli dalam kontraknya tidak ada menyebutkan berapa nilai atau harga kontrak yang seharusnya pasti disebutkkan sesuai ketentaun Keppres, tidak adanya jaminan dan teknis hasil pekerjaan yang dilaksanakan, karena kewenangan menetapkan kompensasi kelebihan pajak itu ialah kewenangan Direktorat Jenderal Pajak. Hasil perhitungan ahli kerugian negara mencapai Rp.1.193.574.876,- satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah yang Universitas Sumatera Utara berdasarkan bukti pengeluaran berkas daerah untuk pengurusan konpensasi pajak Penghasilan, ada berupa SPT, SPM, kwitansi. b Saksi Ahli dari Penasehat Hukum Terdakwa 1 Ahli : Dr. Faisal Akbar Nasution, Sh, M.Hum, menerangkan sebagai berikut : Ahli berpendapat Terdakwa yang menjabat selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat yang menerima perintah dari Bupati Langkat untuk memparaf surat perjanjian kerja tersebut tidak dapat dikenakan pertanggung jawaban karena Terdakwa adalah penerima mandat dari atasannya dan untuk itu yang dapat dikenakan pertanggung jawabannya adalah Bupati Langkat. 2 Ahli : Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum., menerangkan sebagai berikut : Ahli berpendapat Terdakwa menparaf SPK tersebut karena adanya perintah lisan dari Bupati Langkat, jadi apabila ada unsur pidana yang bertanggung jawab secara pidana adalah Bupati Langkat, sebab Terdakwa hanya menjalankan perintah jabatan oleh karena itu Terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat dilindungi Undang - Undang sebagai alasan pembenar sesuai dalam pasal 51 KUHPidana. 3 Surat Surat yang termasuk alat bukti adalah ”surat resmi” yang dibuat “pejabat umum” yang berwenang untuk membuatnya, tapi agar surat resmi yang bersangkutan dapat bernilai sebagai alat bukti dalam perkara pidana, surat resmi itu harus memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat Universitas Sumatera Utara atau dialami si pejabat, serta menjelaskan dengan tegas alasan keterangan yang dibuatnya. 72 Alat bukti yang termasuk surat sesuai dengan alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum JPU adalah 41 empat puluh satu surat yang terdiri dari 36 Surat Perintah Membayar Uang SPMU, Surat Perjanjian Kerja antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP.Hasnil, M. Yasin dan Rekan-Divisi Konsulen Pajak Nomor : 01 SPKS 2003 tertanggal 18 Januari 2003, Keputusan Bupati Kabupaten Langkat Nomor : 012 KEU I 2003 tentang Penunjukan langsung dari Konpensasi Restitusi atas kelebihan PPh Pasal 21 tanggal 17 Januari 2003, Keputusan Bupati Langkat Nomor : R - 645 KEU 2003 tentang Otorisasi Anggaran Belanja Rutin TA - 2003 tertanggal 18 Juli 2003, Keputusan Bupati Langkat Nomor : R 935 KEU 2003 tertanggal 10 Nopember 2003 tentang Otoritas Anggaran Belanja Rutin Tahun Anggaran 2003, dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor : 01 SPKS 2003 tanggal 03 Juli 2003. 4 Keterangan Terdakwa Hukum mengadakan suatu minimum bukti, yaitu bahwa suatu pengakuan salah terdakwa seluruhnya di muka Hakim, untuk dapat menjadi bukti yang sempurna, harus disertai keterangan yang jelas tentang keadaan-keadaan, dalam mana peristiwa pidana diperbuat, keterangan mana semua atau sebagian harus cocok dengan keterangan si korban atau dengan lain-lain bukti. 73 72 Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Sinar Grafika, 1985, hlm. 286. 73 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana Indonesia, Bandung: Sumur Bandung, 1977, hlm. 103. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2001 dan 2002 Pemerintah Kabupaten Langkat tidak mengetahui adanya kelebihan pembayaran pajak penghasilan PNS. Kemudian pada awal tahun 2003 Akuntan Publik dari Kantor Akuntan Publik Hasnil M. Yasin dan rekan yang bernama Drs. Hasnil datang keruang kerja di Bagian Keuangan Setdakab. Langkat menunjukkan adanya Surat Edaran Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI tentang Perubahan tarif PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah bagi pajabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pensiunan atas penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah yang isinya tarif atas Pajak Penghasilan pasal 21. Surat Edaran ini tidak ada ditujukan kepada Pemerintah Kota Kabupaten termasuk Kabupaten Langkat. Pada saat itu Sdr. Hasnil membawa surat penawaran perihal Penawaran Kompensasi dan Restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang surat penawaran itu sudah ditanda tangani Kantor Akuntan Publik Hasnil M. Yasin dan Rekan oleh Drs. Hasnil, MM selaku Managing Partner dan menyetujui Pemerintah Daerah kabupaten Langkat yang ditandatangani H. Syamsul Arifin, S.E. selaku Bupati Langkat. Selanjutnya beberapa hari berikutnya Sdr. Hasnil menemui Terdakwa kembali dengan membawa surat Perjanjian Kerja antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP. Hasnil, M. Yasin Rekan - Divisi Konsulen Pajak Nomor : 01 SPKS 2003 tanggal 18 Januari 2003 dan mengajak Terdakwa menemui Bupati Langkat untuk menandatangani surat perjanjian tersebut dan Terdakwa paraf disebelah kanan paraf Sdr. HASNIL pada tiap - tiap lembar surat perjanjian dan memaraf pada sebelah kanan tanda tangan Universitas Sumatera Utara Bupati Langkat, sedangkan Terdakwa belum sepenuhnya membaca surat perjanjian tersebut. Isi surat penawaran Nomor : 020 Pro - Tax Y I 03 tanggal 08 Januari 2003 perihal penawaran kompensasi dan restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang telah ditandatangani Bupati Langkat yang intinya adalah mengajukan proposal untuk melakukan penyusunan dan penyampaian perubahan SPT atas Pajak Penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan 2002 di lingkungan pemerintah Kabupaten Langkat, yang waktu penyampaian SPT diperhitungkan 75 tujuh puluh lima hari kerja. Terdakwa baru mengetahui setelah adanya Surat Penawaran Nomor : 020 Pro - Tax Y I 03 tanggal 08 januari 2003 perihal penawaran kompensasi dan restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang telah disetujui Bupati yakni Surat Penawaran Nomor : 049 Pro - Tax Y 11 02 tanggal 18 November 2002 perihal Penawaran Kompensasi Restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang mana honorarium penyusunan dan penyampaian SPT sebesar 35 dari kompensasi pajak dari Pemerintah Kabupaten Langkat namun belum disetujui Bupati, sedangkan yang disetujui adalah sebesar 20 . Alasan terdakwa memberikan paraf pada Surat Perjanjian Kerja tersebut karena adanya perintah Bupati langkat H. Syamsul Arifin. Setelah ditandatangani Surat Perjanjian Kerja antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP. Hasnil, M. Yasin Rekan - Divisi Konsulen Pajak Nomor : 01SPKS 2003 tanggal 18 Januari 2003, maka terdakwa selaku Kabag Keuangan sekaligus Sekretaris Panitia Anggaran mengusulkan dan memasukkan merencana anggaran untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp. Universitas Sumatera Utara 400.000.000,- yang pada akhirnya disetujui DPRD Kab. Langkat yang dituangkan dalam Perda Nomor : 12 tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah Tahun Anggaran 2003 dengan kode nomor 2.2.2. 1049 dalam butir 17 biaya pengurusan PPh Pasal 21 sebesar Rp. 400.000.000,- namun setelah keluarnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan pasal 21 dari Departemen Keuangan RI Ditjen Pajak Kantor Pelayanan pajak Nomor : 0000420102119 03 tanggal 03 Juli 2003 dan Nomor : 00075 20101 119 03 tanggal 03 Juli 2003 Pemkab Langkat mendapatkan Kompensasi sebesar Rp. 5.967.874.380,- sehingga kami memasukkan di APBD kekurangan fee konsultan sebesar Rp. 800.000.000,- dalam Peraturan Daerah Nomor : 14 tahun 2003 tentang Perubahan APBD tahun 2003 kode rekening 2.2.3.1049. Nilai kompensasi yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Langkat atas kelebihan pembayaran PPh pasal 21 PNS Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002 dengan jumlah keseluruhannya sebesar Rp. 5.967.874.380 yang menjadi penerimaan APBD tahun 2003. Setahu Terdakwa secara administrasi pembayaran terhadap pekerjaan penghitungan kelebihan PPh pasal 21 tersebut dilakukan melalui SPM tanggal 22 Juli 2003 sebesar Rp. 400.000.000,- dan SPM tanggal 3 Desember 2003 sebesar Rp. 793.574.876,-. Terdakwa tidak mengetahui alasan penunjukan langsung terhadap Kantor Akuntan Publik Hasnil, M. Yasin Rekan untuk melakukan pekerjaan penghitungan kelebihan pembayaran PPh pasal 21 karena tidak ada proses penunjukan yang dilakukan oleh Pemkab Langkat. Universitas Sumatera Utara 5 Petunjuk Petunjuk dalam pasal 188 KUHAP adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk disebut oleh Pasal 184 KUHP masih mengikuti HIR Pasal 295. Hal ini berbeda dengan Ned. Sv. yang baru maupun Undang-Undang Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1950 yang telah menghapus petunjuk sebagai alat bukti. 74 Dalam kasus ini yang merupakan persesuaian yang dapat ditangkap dari fakta-fakta hukum yang berupa keterangan terdakwa, keterangan saksi ataupun surat bahwa pemilihan terhadap konsultan akuntan publik tidaklah melalui Pelelangan Umum Terbatas Pemilihan langsung. Berdasarkan fakta yang ada dan dari beberapa keterangan saksi memang tidak ada Pelelangan Umum atau proses tender terhadap akuntan publik dan bahkan beberapa saksi tidak mengetahui adanya akuntan publik karena tidak ada pengumuman kepada masyarakat penyedia barangJasa dan sebagian dari saksi bahkan tidak tahu berapa besar pembayaran terhadap akuntan publik karena menurut mereka berdasarkan ketentuan yang ada pembayaran terhadap akuntan publik itu seharusnya tidak lebih dari Rp 300.000.000,-. Berdasarkan fakta- fakta yang ada juga bahwa tidak ada Panitia Pengadaan Barang Jasa. 74 Andi Hamzah, Op.,cit. hlm. 253. Universitas Sumatera Utara

e. Pertimbangan Hakim

Dokumen yang terkait

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

PENDAHULUAN PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

1 4 16

PENUTUP PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG No. 31 TAHUN 1999 Jo. UNDANG-UNDANG No. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN KONVENSI PBB MENGENAI KORUPSI, 2003 TERHADAP PENGEMBALIAN ASET NEGARA.

0 2 9

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 8

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 1

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 1 28

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 36

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

0 0 3

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14